15. GERA

8.3K 439 6
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

>>><<<

"Rania, cepetan Gesang udah nunggu kamu daritadi!" tegur Dena, bundanya dari luar kamar.

Rania yang sedang membalas pesan Galvan menggerutu pelan. Tumben Gesang menjemputnya ke rumah. Berangkat sekolah bareng Gesang cuma nambah-nambah gosip aja. Gosip kemarin belum selesai ditambah gosip yang baru.

"Iya, Bun," balas Rania sambil berjalan keluar kamarnya.

"Ngapain aja sih kamu? Habis sarapan bukannya berangkat malah ke kamar lagi," tegur Bundanya.

"Ini Rania ambil hape," ucap Rania sambil memperlihatkan ponselnya.

Dena menggelengkan kepalanya pelan dan meminta Rania untuk cepat menemui Gesang di ruang tamu.

Saat Rania sampai di ruang tamu, Gesang sudah ditemani oleh Tantenya. Rania melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Pukul 6.30 AM.

"Berangkat kapan?" tanya Rania basa-basi karena jujur saja Rania tidak ada topik untuk berbicara dengan Gesang setelah kejadian kemarin sore itu. Saat Gesang menjemputnya ke sekolahan.

"Sekarang," jawab Gesang, "Tante, Bun, kami berangkat dulu," pamitnya sembari mencium punggung tangan Marwah dan Dena bergantian. Rania juga melakukan hal yang sama.

Kedua remaja tanggung itu berjalan keluar rumah dan menaiki motor Gesang membelah keramaian Jakarta di pagi hari ini.

Selama di perjalanan Rania dan Gesang sama-sama diam. Keduanya tidak mengeluarkan suara sama sekali. Hanya terdengar kebisingan dari kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang.

Sesampainya di sekolahan, Rania langsung turun dari atas motor Gesang, melepaskan helm yang ia pakai dan menyodorkan pada laki-laki itu. Rania memperhatikan suasana parkiran khusus murid yang pagi ini nampak ramai. Pandangan sinis mengarah padanya, membuatnya sedikit gelisah.

Gesang yang dari tadi memperhatikan Rania, paham sekali dengan perasaan gadisnya. Tanpa pikir panjang, Gesang menggenggam jemari Rania dan membawa gadis itu menjauh dari parkiran.

"Lo aman sama gue, Ran. Lo nggak usah takut sama gosip murahan mereka. Mana Rania yang nggak peduli sama omongan orang?" ujar Gesang berbisik.

Rania mendongak dan memejamkan matanya sebentar. Seharusnya tidak perlu ia memikirkan omongan mereka. Gosip-gosip murahan yang tidak pernah penting dihidupnya. Lagipula, yang mereka semua tuduhkan semata-mata hanya karena Lusiana yang terlalu lebay.

"Salah ya emang gue deket sama lo, Sang?" tanya Rania spontan, membuat Gesang menghentikan langkahnya dan menatap sepasang iris indah milik Rania.

Gesang dengan mantap menggelengkan kepalanya. "Harus berapa kali gue bilang, kalo gue lebih suka lo deket-deket sama gue, ketimbang lo harus jauhin gue.

"Lo deket sama gue itu nggak salah, karena gue yang mau, bukan lo. Mereka nggak suka itu karena iri, juga karena hasil kompor Lusiana yang selalu melebih-lebihkan keadaan di belakang lo."

"Maksudnya?" Rania mengerutkan kening bingung.

"Lusiana selalu nyita perhatian semua orang saat dia nyamperin gue. Di mana pun, nggak cuma di kantin. Dia ngomong banyak hal, dan seakan-akan gue jauhin dia itu karena lo. Padahal kenyataannya nggak seperti itu. Gue jauhin dia karena sikap dia sendiri yang buat gue muak. Jadi, lo nggak perlu gelisah sama gosip murahan yang lagi panas-panasnya di sini. Serahin semuanya ke gue. Gue bakal bersihin nama lo," pungkas Gesang memaparkan.

GERA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang