59. GERA

4K 245 22
                                    

Setelah memarkirkan motornya, Gesang mengajak Lusiana ke kelas bersama. Sudah bukan pemandangan yang mengherankan lagi mereka kembali dekat. Bahkan seluruh murid di SMA Tirta Jaya mengetahui jika Gesang dan Lusiana kembali bersahabat.

"Sang, kamu duluan aja. Aku mau ke kantin dulu beli minum. Lupa nggak bawa minum buat minum obat," kata Lusiana dengan senyum tipisnya.

Gesang mengangguk dan meninggalkan Lusiana tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Lusiana berjalan menuju kantin. Gadis itu tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang tidak membawa minum. Sebenarnua dia ke kantin untuk menemui Tisya. Jika bukan karena ancaman itu, Lusiana tidak mau menemui Tisya. Adik kelas songong yang berani dengan kakak kelas sepertinya.

Sesampainya di kantin, yang Lusiana lihat pertama kali itu senyum licik Tisya. Lusiana jengah melihatnya.

"Nggak usah basa-basi, gue nggak ada waktu," kata Lusiana datar. Tisya bangkit dari bangku kantin dan berdiri di depan Lusiana.

"Jauhin Gesang," suruh Tisya.

Lusiana berdecih. Matanya menyorot tajam ke deoan mengarah ke Tisya. Senyum remehnya tercetak jelas.

"Gue udah tutup mulut. Apa masih kurang?"

Tisya menganggukkan kepalanya. "Oh tentu. Lo jauhin dia atau gue kasih tau ke dia kalo lo itu sebenernya udah sem ...."

"Oke. Gue bakal jauhin dia," sela Lusiana mengalah. Tisya memang licik. Bahkan lebih licik darinya.

"Bagus," cetus Tisya penuh dengan senyum kemenangan. Gadis itu berjalan keluar kantin dengan angkuhnya.

Lusiana sendiri menahan amarahnya. "Gue nggak bisa kayak gini terus. Gue nggak bisa ditindas sama orang lain. Come on, Lusiana! Come on! Ke mana Lusiana yang dulu?!"

>>><<<

Ujian untuk kelas dua belas semakin dekat, acara demi acara mulai di susun oleh pengurus OSIS untuk memberikan kenang-kenangan di masa akhir sekolah kakak kelas mereka. Dari acara doa bersama yang akan di gelar bulan depan, promnight  dua bulan mendatang, dan terakhir acara wisuda yang akan di gelar bersamaan dengan acara kelulusan.

Memang sudah menjadi ketentuan di SMA ini, jika promnight di gelar sebelum acara wisuda. Seluruh murid kelas dua belas diberi hiburan setelah menjalankan hari-hari menegangkan mereka, sebelum kembali menghadapi hari yang lebih menegangkan karena mendapatkan hasil dari ujian mereka.

Dan di acara promnight nanti, Rania dan Trio RAP dipilih menjadi pengisi acara. Bukan hanya mereka. Beberapa murid yang tergolong dalam ekstrakurikuler kesenian dan kebudayaan lainnya juga ikut memeriahkan.

"Nggak terasa gue hampir dua semester sekolah di sini," celetuk Rania yang sedang memangku gitar milik Rahmat.

"Kalo lo enjoy terus sih nggak bakalan terasa, Ran. Gue aja udah kepikiran gimana sibuknya kita nanti pas udah jadi kelas dua belas," timpal Rahmat.

Anung meletakkan stik drum-nya dan duduk di samping Putra. "Gue aja udah mikir nanti mau kuliah di mana, tapi satu yang belum ...," katanya menggantungkan ucapan.

"Apaan?" tanya Putra.

"Gue belum kepikiran mau kuliah jurusan apa," jawab Anung dengan cengiran khasnya.

"Kedokteran, Nung," usul Rania.

Anung menjentikkan jarinya. "Ide bagus. Ntar kalo gue jadi dokter kan gue bisa sembuhin lo kalo lagi sakit, ya kan?" katanya menggoda Rania. Tetapi yang digoda malah bergidik ngeri mendengarnya.

GERA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang