66. GERA

4.7K 272 68
                                    

Baru saja Rania mendapatkan pesan dari Gesang. Laki-laki itu meminta Rania untuk tidak memasukkan ke hati kata-kata mamanya tadi. Tentu Rania tidak akan memasukkan ke dalam hati. Rania bisa memakluminya. Rania memang sempat tersinggung tetapi ya sudahlah lupakan saja. Rania juga tadi ingin pulang karena tidak mau membuat mama Gesang semakin marah dan berpikir macam-macam tentangnya.

"RANIA!"

Pekikan dari luar kamar, membuat Rania mendengus pelan. Rania tahu itu suara siapa.

"Masuk nggak dikunci!"

Beberapa saat kemudian, pintu kamar Rania terbuka. Diko masuk ke dalam kamar sepupunya itu dengan setumpuk soal Matematika. Rania tau tujuan Diko apa.

"Ajarin gue, Ran," pinta Diko memelas.

"Wani piro?" tantang Rania sembari menaikturunkan alisnya.

"Ah lo gitu amat sama gue, kapan-kapan gue traktir deh," sahut Diko. Rania mengangguk setuju.

"Aturan mah gue kali Kak yang minta diajarin sama lo. Bukan malah lo yang minta diajadin sama gue. Kan secara tingkatan pendidikan lo lebih tinggi," pungkas Rania.

"Iya nanti kalo gue bisa gue ajarin lo. Sekarang lo ajarin gue dulu nih materi kelas sebelas sama sepuluh, gue ribet banget nyari rumus-rumusnya. Lo masih inget nggak?"

"Lo lupa juga emang? Nggak lo, nggak Gesang sama aja! Jangan sampe Kak Linggar juga lupa," sahut Rania.

Diko mengerutkan keningnya, Rania tadi bertemu Gesang?

"Apa lo mau nanya gue tadi ketemu sama Gesang gitu?" tebak Rania.

"Kok lo tau? Cenayang lo ya!"

"Enak aja! Dari muka lo kelihatan," balas Rania menunjuk muka Diko dengan pensil di tangannya.

"Kelihatan apa? Kelihatan ganteng ya? Makasih, lo juga cantik."

Rania bergidik geli. "Kelihatan keponya!"

"Udah-udah, jadi gue ajarin nggak nih?"

"Ya jadi, Ran," balas Diko sudah siap dengan membuka soal Matematika yang merupakan materi kelas sepuluh dan sebelas.

Diko selalu mengeluh dan mencubit Rania jika terlalu cepat menjelaskannya, membuat Rania sering marah-marah. Lagi pula, saat Rania menjelaskan Diko malah mencari celah untuk mengobrol tentang Zeya, bagaimana Rania tidak marah padanya.

"Bisa konsentrasi nggak sih, Kak? Ampun dah nggak bisa anteng dari tadi!" hardik Rania mulai jengah dengan Diko yang tidak serius.

Diko meringis pelan. "Ini konsen kok, tapi lo kapan-kapan ajakin Zeya main ke sini ya," pintanya lagi-lagi mencari celah.

"Sejak kapan sih lo suka sama Zeya?" tanya Rania menatap serius kedua mata Diko.

Diko yang mendapat pertanyaan seperti itu mencoba menyangkal, "Apaan sih lo nanya begitu? Siapa yang suka sama Zeya?"

"Gelagat lo tuh aneh tau nggak?! Suka kan lo sama Zeya. Kalo lo suka sama Zeya, kak Valleta mau lo ke manain? Astaghfirullah, Kak Diko jangan main-main ah sama hati," timpal Rania.

Diko terkekeh pelan dan mengacak puncak kepala Rania. "Kan lo tuh sama aja sama Gesang apalagi Linggar noh. Mikirnya jauh banget gue bakal suka sama Zeya. Tapi emang iya sih, kalo deket sama Zeya ada rasa lain gitu," ungkapnya.

Rania gemas sekali dengan laki-laki di depannya ini. Serasa ingin mencakar-cakar wajahnya sampai laki-laki itu mengadu sakit.

"Tuh kan! Gue aduin ke tante nih kalo lo macem-macem. Kak, Zeya tuh sahabat gue, janganlah lo mainin hati dia," ujar Rania kesal.

GERA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang