Enam

239 27 3
                                    

"Kalau selama ini pelanggan Said Ban datang hanya untuk membeli pelek kelas lokal atau hanya sekadar memperbaiki pelek atau ban yang rusak, nah, mulai bulan depan, bengkel kita juga akan memberi penawaran bagi mereka yang ingin menghias atau memodifikasi mobil mereka dengan pelek dan ban yang lebih trendi, keren, dan merupakan keluaran luar dengan kualitas nomor satu." Palupi menjelaskan rencana terobosan terbaru Said Ban yang sudah direncanakannya sejak beberapa bulan terakhir dengan optimis.

Melihat para pecinta otomotif Medan yang sedang menggandrungi tren-tren terbaru bentuk pelek untuk mobil-mobil mereka membuat Palupi langsung menyambar kesempatan untuk merambah bisnis itu. Setelah melakukan riset, dia akhirnya memutuskan untuk secepatnya mewujudkan rencananya.

"Pelek dan ban dengan kualitas luar begitu pasti mahal, Bos. Saya khawatir pelanggan kita pindah ke bengkel lain dengan alasan harga. Selama ini yang datang kemari kan bukan hanya kalangan berduit. Bahkan ada sebagian yang datang hanya untuk sekadar service ringan saja." Hardy, kepala mekanik yang selama ini paling bertanggung jawab terhadap kepuasaan para pelanggan mengungkapkan kekhawatirannya.

"Said Ban tidak akan berubah. Kita hanya menambah jenis pelayanan kepada para pelanggan. Kita beri mereka kesempatan untuk memilih. Untuk yang datang beli pelek atau hanya sekadar service atau beli kualitas lokal, ya, layani mereka sesuai permintaan. Untuk yang datang karena ingin mendandani mobil dengan jenis pelek yang lagi tren, tawarkan kepada mereka produk terbaik kita. Sesuai slogan Said Ban yang kita pegang selama ini: Melayani sesuai kebutuhan."

"Tapi, Saya lebih setuju kalau misalkan kita buka cabang baru dengan pelayanan yang baru pula. Tidak di lokasi yang sama. Saya khawatir, mobil-mobil tahun rendah yang biasa datang merasa terintimidasi dengan keberadaan mobil-mobil super keren dan mewah itu, akhirnya memilih pindah ke bengkel lain. Yah, enggak bisa pungkiri juga, pelek dan ban mahal, apalagi merupakan produk luar pasti peminatnya orang-orang berduit yang enggak akan merasa sayang ngerogoh kantong demi mengikuti tren."

Palupi tercenung beberapa saat mendengar ucapan Hardi. Dia juga memikirkan hal yang sama. Tetapi keinginan menjadi penyedia pertama, pelek-pelek yang didatangkan dari luar untuk wilayah Medan membuat Palupi memutuskan segera launching. Urusan tempat bisa diusahakan seiring berjalannya bengkel.

"Tapi lokasi kita yang sekarang masih bisa menampung andai kita tetap lanjut dengan rencana ini kan, Har?" tanya Palupi sambil menatap Hardi. Karena, tidak bisa dipungkiri, bengkelnya saat ini juga sudah sangat ramai.

"Bisa. Hanya saja, ya itu tadi. Keberadaan mobil-mobil keren yang datang dikhawatirkan membuat pelanggan yang belum tahu tentang kita, bakalan berpikir bahwa harga di sini enggak terjangkau."

Tak bisa dipungkiri, kebanyakan orang-orang memang begitu. Menilai sesukanya tanpa merasa perlu bertanya terlebih dahulu. Memutuskan sebuah toko pasti menjual produk mahal hanya karena melihat desain tokonya yang super keren. Andai mencoba masuk dan melihat serta bertanya terlebih dahulu, bisa jadi tidak seperti yang dibayangkan. Lebih gawatnya lagi, pesaing bisnis kerap menggunakan kesempatan itu untuk menjatuhkan lawan bisnisnya, yaitu tadi dengan cara menurunkan sedikit harga barang yang mereka jual.

"Nah itu nanti bagian Fani deh untuk ngiklanin dan menjelaskan konsep di Said Ban itu kayak gimana."

Fani, admin yang selama ini menangani berbagai media sosial milik Said Ban, mengacungkan jempolnya menanggapi ucapan Palupi.

"Untuk tempat, saya juga sedang meminta Roy untuk meninjau beberapa lokasi yang ada di sekitar Lubuk Pakam. Saya juga sepakat dengan kamu, Har, untuk tidak menyatukan bengkel pelek yang lama dengan yang baru. Karena memang konsepnya sedikit berbeda, meskipun sama-sama bengkel pelek. Hanya saja, saya berpikir untuk segera launching. Begitu menemukan lokasi yang pas, kita sudah memiliki pelanggan." Palupi menjelaskan alasannya mengapa dia tetap memaksa segera launching.

"Untuk penyimpanan stok barang saya minta dipisahkan. Kamu bisa menggunakan salah satu ruangan di sisi bengkel ini, Nard." Palupi menatap Bernard, kepala gudang yang selama ini bertanggung jawab terhadap keluar masuknya barang.

"Tapi, sebelum digunakan sebaiknya atapnya diperbaiki dulu, Bos. Bisa-bisa pelek-pelek mahal kita rusak. Ruangan itu kalau hujan turun selalu kebanjiran."

"Nanti kamu koordinasi dengan Jono, ya. Selama ini dia yang bertanggung jawab mengenai perbaikan gedung." Bernard mengangguk mendengar instruksi Palupi.

Hampir tiga jam, rapat terbatas yang hanya dihadiri oleh orang-orang penting Said Ban berlangsung. Pembicaraan tidak hanya tentang terobosan yang dibuat Palupi. Masing-masing melaporkan sesuai job masing-masing. Pukul setengah dua belas siang, meeting berakhir. Semua peserta rapat meninggalkan ruangan. Tinggal Palupi dan Novita, sekretarisnya yang tampak sibuk merapikan berkas-berkas yang terletak di meja tempatnya tadi saat mengikuti rapat.

"Ada jadwal pertemuan dengan pihak Indo Malaya jam makan siang nanti, Pak." Novita membacakan jadwal Palupi kembali.

"Iya. Barusan Pak Joni menghubungi saya. Nanti kami ketemu di Desadesa Resto pas jadwal makan siang," jawab Palupi tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel di tangannya. Melihat itu Novita pamit keluar terlebih dahulu yang hanya dibalas Palupi dengan anggukan.

Sudah berjalan lima tahun, sejak Palupi mengubah usaha peninggalan orang tuanya, yang semula merupakan bengkel biasa meskipun cukup besar menjadi bengkel penyedia khusus pelek dan ban. Awalnya dia hanya menyediakan pelek-pelek lokal. Sampai akhirnya, pecinta otomotif mulai membicarakan jenis pelek baru, hal itu membuat Palupi berpikir untuk menambah koleksi pelek di bengkelnya. Dan pertemuannya dengan Pak Joni adalah dalam rangka mewujudkan rencananya itu.

Just Another BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang