Delapan

216 27 5
                                    

Palupi menerima cangkir styrofoam berisi double espresso tanpa gula pesanannya. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Yos sang barista, dia bergeser ke arah lemari display berisi kue-kue kecil. Lintang yang sedang berada dibaliknya langsung tersenyum melihat keberadaannya. "Dua." Palupi menunjuk pai susu.

"Oke. Makan di sini?"

"Yup."

"Sip, duduk dulu nanti diantar."

"Sip." Palupi membentuk bulatan dengan menyatukan telunjuk dan jempolnya

Lintang tertawa kecil melihat cara Palupi menjawab. Sekilas diliriknya pria yang sedang berjalan menuju bagian samping toko. Tempat khusus yang mereka sediakan untuk para pelanggan yang ingin menikmati kopi atau roti sambil merokok. Kalau diingat-ingat sejak muncul di Natang's Palupi memang selalu memilih tempat di bagian out door.

Palupi adalah salah satu dari banyak pelanggan yang kerap menghabiskan waktu istirahatnya di Nantang's. Bedanya, kalau yang lain belum tentu seminggu sekali muncul, nah Palupi bisa muncul dua sampai tiga kali dalam seminggu.

Suatu hari hujan cukup deras ketika Palupi datang. Seperti biasa dia memesan espresso dan pie susu. Kondisi toko cukup sepi. Kedua pelayan yang biasa membantu memilih bergabung bersama teman-teman yang lain di dapur. Lintang yang mengantarkan sendiri pie susu pesanan Palupi, iseng mengajak laki-laki itu mengobrol.

Ternyata Palupi pria yang asyik. Sampai hujan reda dan beberapa pembeli mulai berdatangan keduanya masih saja terlibat obrolan super seru. Sejak saat itu setiap kali datang meskipun sebentar Lintang pasti menyempatkan diri untuk menyapa. Keduanya semakin akrab ketika tanpa sengaja Jonathan yang sedang menjemput Aruna bertemu Palupi. Ternyata pacar Lintang itu kerap mengganti peleknya di Said Ban, bengkel pria itu.

"Tumben baru muncul jam segini?" tanya Lintang sambil meletakkan piring berisi dua buah pai susu pesanannya.

"Ada pertemuan dengan pihak supplier pas jam makan siang tadi." Palupi menggeser piring yang barusan disodorkan Lintang lalu menggigit pai susunya. Bunyi patahan pastry yang terdengar membuatnya tersenyum. Pai susu Nantang's Bread&Cofee Shop memang paling enak diantara pie susu toko roti lain yang pernah dicicipinya.

"Bisa histeris Aruna lihat cara kamu menikmati pai buatannya. " Lintang yakin banget, sepupunya itu pasti langsung salah tingkah kalau sampai melihat cara Palupi menikmati roti buatannya. Banyak yang bilang pai buatan Aruna memang enak. Tetapi yang sampai merem-melek saat menikmatinya ya baru Palupi.

"Masa sih?"

"Iya. Siapa coba yang enggak senang kalau ada yang begitu memuja masakannya."

"Ha ha ha... tapi ini beneran enak loh, Ntang. Sumpah. Suka banget sama tekstur kulitnya yang renyah tapi enggak rapuh. Ditambah flanya yang enggak terlalu manis dan aromanya ini loh." Palupi menghidu sisa pai di piringnya, "gurih banget."

"Beneran deh. Histeris kayaknya enggak cukup. Bisa-bisa Aruna langsung pingsan begitu mendengar kata-kata kamu."

Palupi tertawa kecil mendengar ucapan Lintang. Tak apa. Dia rela memuji setinggi langit asalkan dia dan Aruna bisa kenalan. Dia pernah tergoda meniru adegan dalam film yang pernah ditontonnya untuk mempercepat proses pertemuan mereka. Berpura-pura meminta Lintang memanggilkan Aruna. Setelah sang baker muncul dengan gaya sok memuja dia akan bilang begitu menyukai pie susu buatan gadis itu.

Istilah kerennya penggemar kepingin ketemu idola lah. Lintang pasti tidak akan curiga. Toh, selama ini dia memang begitu menyukai pai susu di sini. Tapi dia selalu urung melaksanakan niatnya itu. Entah kenapa Palupi merasa cara itu terlalu kekanakan. Dan akhirnya memutuskan menunggu waktu memainkan perannya. Mempertemukan mereka berdua.

Bersambung.

Just Another BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang