11

7.2K 753 80
                                    

(Y/n) Pov

Ku acungkan tangan ku ke atas dan menggerakkannya 90° ke depan, muncul busur berwarna keemasan "jurus darah iblis, Hembusan matahari" Busur membentuk potongan rubik melesat cepat ke mereka bertiga. Secepat itu juga mereka menghindar.

Aku di sibuk kan oleh Tanjiro sehingga melupakan Muzan-sama sesaat. Tanpa ku sadari Muzan sudah di ambang batas kekuatannya di serang secara bersamaan oleh para pilar.

Aku tidak dapat ke tempat Muzan-sama karna mereka mencegahku untuk pergi.

"Kumohon (Y/n) kembalilah, ini bukan dirimu" -Tanjiro

"Kau belum mengenalku Tanjiro, jadi tidak pantas kau mengeluarkan kata kata seperti itu! Yang tahu aku hanya Muzan-sama. Takan ku maafkan kalian" -(Y/n)

Kekuatan ku hampir habis karna aku belum memakan daging manusia semenjak perubahanku.

Aku berusaha mencari celah agar bisa ketempat Muzan-sama dan melindunginya di sisa tenaga ku. 'Kumohon Tuhan.. Aku akan menjadi anak baik setelah ini. Izinkan aku melindungi orang itu.'

Aku menerobos mereka walaupun harus mengorbankan kaki dan tanganku di tebas Tomioka

Yang ku tahu, saat aku berusaha melindungi Muzan-sama dengan cara memeluknya. Aura dan aromanya berbeda. Bukan aura pembunuh dan aroma iblis. Tapi aura keputusasaan dan aroma manusia yang tercium darinya.

Perlahan tapi pasti, tubuhku telah berubah menjadi abu berterbangan bersamaan dengan terlepasnya kepala ku dari tempatnya. Kiriya yang menebasku, dengan menampilkan ekspresi sedih tak terbendung. Aku sadar, seharusnya Muzan-sama tidak menolongku waktu itu, tidak memberikan perhatian lebih kepadaku, tidak memberikan harapan, dan kasih keluarga yang sesungguhnya. Tapi aku senang, karna sudah di pertemukan oleh orang yang ku anggap spesial walau berada di pihak yang salah dan teman yang berharga menuntun kejalan yang benar.

Dapat kudengar Muzan-sama meneriakkan nama ku berulang kali. Aku teringat perkataan shinobu-san, 'Jangan menangisi apa yang sudah terjadi, tersenyumlah. Karna itu dapat memberikan kebahagian walau hanya sebesar biji jagung'.

Kuhapus airmata Muzan-sama sama sebelum diriku benar benar menghilang.

Muzan PoV

Sekarang aku sedang berada di kediaman kupu kupu. Mereka merawatku tanpa perlu takut lagi karna aku sudah kembali menjadi manusia.

Sehari sebelum penebusan dosaku selama ini, aku di ijinkan keluar dibawah sinar matahari. Sangan cerah dan membuat kulitku sedikit terbakar, sudah lama sekali aku tidak terpapar sinar matahari.

Aku berjalan melewati pasar yang sedang ramai. Banyak orang yang menawar harga atau sekedar pejalan kaki numpang lewat sepertiku.

Mataku menyipit melihat siapa orang yang sedang duduk di atas pohon di ujung jalan. Sambil bersenandung riang, gadis itu melompat hendak pergi dari dahan pohon itu. Ntah kenapa dia bisa jatuh dan merobek hakama yang sedang di pakainya.

"Aduh duh.. Sakit" Rintih gadis itu sambil menatap luka kecil di lututnya.

"Kau tak papa?" Saat aku melihat wajahnya, air mataku jatuh bersama perasaan hangat rindu seseorang.

"Maaf tuan kau kenapa? Aku yang terluka kenapa kau yang nangis?"

Aku menghapus air mataku.

"Ah maaf, siapa nama mu?" -Muzan

Gadis itu memiringkan kepalanya.

"(Y/n)"

Senyum ku kembali mengembang, ingin sekali aku memeluk gadis di hadapan ku ini.

"Kau bisa jalan? Aku akan mengobati lukamu." -Muzan.

Aku menggendong (Y/n) menuju toko obat terdekat. Ijinkan aku menikmati hari terakhir ini bersama (Y/n) walau dia bukan (Y/n)ku yang dulu.

Ijinkan aku membuat kenangan




Tamat dengan akhir yang.. Ya begitulah wk.

Pengennya sih panjang tapi otak udah mentok.
//*hedeh gimana mau jadi penulis kalo bikin cerita aja mentok pas setengah dari setengahnya cerita buku novel.

Gpp namanya juga belajar.. Wkwk

Moga suka ya sama akhir dari cerita ini. Makasih yang udah mau ngeluangin waktu buat baca.

Salam
Author Au

Not supposed to || "Muzan x Reader"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang