Flashback 3 tahun yang lalu (sebelum ibu Deven meninggal)
Ibu Deven saat itu sedang sakit, ia tidak bisa berjalan dan hanya berdiam di kursi roda di lengkapi dengan selang pernafasan di hidungnya. meskipun kondisinya kurang baik ia tetap melatih Deven bermain piano dengan tegas dan disiplin. Bahkan ibunya tidak segan-segan mencambuk dan menampar Deven saat melakukan kesalahan sedikit saja.
"Dengar Deven, kau harus belajar partitur musik berulang-ulang!, dan memainkannya lagi dan lagi. Dengan begitu kau bisa menyempurnakannya. Seperti yang tertulis pada partitur, seperti yang dimaksud komposer, sempurna dan tepat." Nasehat Ibu Deven saat mengajari anaknya bermain piano.
SKEFO!!
- Partitur : tulisan yang digunakan untuk menyampaikan atau menyimpan nada-nada oleh musisi. Atau biasa disebut dengan catatan not.
- Komposer : Seorang pencipta, tetapi bukan orang yang memainkan atau membawakan sebuah musik yang ia ciptakan. Komposer menciptakan musik lewat notasi not. Contoh seorang komposer adalah Wolfgang Mozart.
- Tuts piano : Alat musik yang dimainkan dengan jari-jemari tangan. Tuts piano terbagi atas dua , yaitu tuts putih dan tuts hitam.
- Pianis : pemain piano
- Violin : pemain biolapada saat itu Deven melakukan sebuah kesalahan, karena tangannya meleset pada saat menekan tuts pianonya. Dimana dalam partitur itu tercatat dengan nada "Re" dengan kunci "G" tetapi Deven malah menekan "Do".
"KAU MELESET LAGI!! , BERAPA KALI AGAR KAU BISA MENGERTI!?, PERHATIKAN BAIK-BAIK!, ITU SEMUA ADA DALAM PARTITUR MUSIK!".Bentak Ibu Deven sambil mencubit lengan Deven yang mungil.
Setiap Deven mengikuti kompetisi piano, ia selalu menjadi topik pembicaraan orang-orang disana. Deven sangat tidak nyaman atas apa yang dikatakan orang-orang tentangnya.
"Deven nomor 1 lagi, yah?"
"iya, ibunya adalah murid Tuan Hashimoto".
"Aku yakin ada partitur musik yang tertempel di kacamatanya!"
"Terus, bekas memar saat dipukul, pasti disembunyikan"
"Dia berlatih tujuh, atau delapan jam tiap sehari, 'kan?"
"Kebanyakan orang tidak tahan hidup seperti itu"
"Dia benar-benar seperti mesin"
Itulah ucapan orang-orang disekitarnya mengenai Deven pada saat berada di studio lomba.
"Mereka semua berkata seenaknya, hanya akulah satu-satunya yang berada dipihak ibu" Batin Deven dengan raut wajah yang sedih.
Flashback off
"Kita sampai! , kita tepat waktu!" Riang Anneth saat sampai di studio lomba yaitu Towa Hall. "Kalian berdua! terima kasih!, kami pergi dulu ya!" Ucap Anneth sambil menarik Deven dengan menyeret bajunya menuju ke studio.
"Deven sepatumu! , sepatu karet berbahaya loh,pinjam sepatuku aja!" Ucap Friden saat menghentikan langkah mereka. Deven dan Friden saling tukar sepatu mumpung ukuran kakinya sama. "Friden, Charisa... terima kasih ya😊, kami pergi dulu" Ucap Deven. "cepatlah pergi, bodoh😏!" Jawab Friden. Mereka berdua masuk ke dalam studio dan bersiap-siap untuk tampil.
"Apa Deven bisa melakukan ini?" Tanya Friden pada Charisa.
"Sebentar lagi musim semi akan tiba!" Jawab Charisa.
"hah? bukannya bulan ini musim semi? bahkan ini sudah hampir memasuki bulan mei, dimana bunga sakura mulai berguguran, lo." Heran Friden.
"ya... tapi pasti.. pasti musim semi akan datang" Balas singkat Charisa. Friden bingung, tidak mengerti apa yang dimaksud Charisa itu. Mereka berdua masuk ke dalam studio dan menuju ke kursi penonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebohonganmu Dibulan April (Denneth)
RomanceEnd✔ "maaf yah sudah seenaknya masuk begitu saja dalam kehidupanmu :) " Anneth Cerita ini terinspirasi dari anime, tapi ini versi saya sendiri, hanya sedikit alur yang saya ambil selebihnya ini buatan saya sendiri.