".... tangan yang tidak sabar untuk bermain piano!" Sambung Anneth sambil menggengam tangan Deven.
Setelah bersusah payah, tersesat, dan menderita, ternyata jawabannya sangat sederhana.
😊
Malam itu Deven tengah berbicara dengan kucing hitam yang selalu ia temui di sepanjang jalan. Kucing hitam itu berbicara ke Deven untuk mengingatkan bahwa kompetisinya sudah dimulai besok dan sampai sekarang ini ia belum bisa mendengar suara not piano yang ia mainkan.
"Tapi, ada seorang cewek, dan dia percaya dengan kekuatan musik, sangat percaya. Jadi kurasa aku akan memercayainya juga" Deven mengutarakan isi pikirannya kepada kucing hitam itu. "Istirahatlah.. besok akan menjadi hari besar bagimu" kucing hitam itu pun perlahan menjauh dari Deven.
"kring... kring....kring..." Alarm berbunyi
Deven menghentikan bunyi jam alarmnya dan terbangun. "Ternyata itu cuma mimpi ya? Yakali kucing bisa bicara layaknya manusia😩"
😊
"Wahh mereka mengadakannya disini? besar sekali!" Friden memperhatikan wilayah gedung lokasi kompetisi piano yang akan diikuti Deven. Sementara Anneth sibuk membaca buku yang berisi nama-nama peserta yang akan ikut dalam kompetisi ini. Tak lama kemudian Deven pun pamit dan segera menuju ke ruangan peserta.
"Hehh! tunggu...!" Anneth lari menahan Deven. Anneth menunjukkan nomor peserta Deven didalam buku itu. "Peserta ke 14, Deven christiandi, köchel 265 : Twinkle twinkle little star, karya mozart. Bintang-bintang akan menyinarimu!😀" Mendengar hal itu Deven langsung tertawa lepas seakan akan tidak ada beban yang ia pikirkan sementara Friden dan Charisa bingung melihat mereka berdua. Deven melambaikan tangannya lalu mengalihkan pandangannya ke belakang melangkah jauh dari teman-temannya.
Saat menyusuri koridor ia bertemu dengan dua orang pianis yang merupakan peserta dari kompetisi tersebut.
"Lama tak berjumpa, Deven.."
"Ehm.. maaf kamu siapa?" Deven bingung.
Mereka berdua terkejut, ternyata Deven sudah lupa saingannya dulu saat mengikuti kompetisi piano waktu ia masih berumur 11 tahun. Mereka itu bernama Reza dan marsha. 3 tahun yang lalu, setiap ada kompetisi piano Deven selalu menduduki peringkat teratas dan selanjutnya adalah Reza atau Marsha. Mereka berdua ini bersahabat tapi juga bersaing karena posisinya suka saling tertukar biasanya Reza berada di posisi ke 2 dan Marsha ke 3 maupun sebaliknya sedangkan Deven tidak bergeser sekalipun pada kedudukannya. Mereka berdua menganggap Deven saingannya dan bertekad kuat untuk mengambil kedudukan Deven.
Saat Deven kecil ia memiliki kepribadian yang cuek sehingga saat ia mengikuti kompetisi dia tidak pernah berbicara dengan peserta lainnya dan hanya fokus pada satu titik yaitu memainkan piano sesuai dengan aturan catatan not. Mungkin itulah salah satu faktor Deven lupa dengan mereka berdua atau bahkan sejak kecil Deven tak mengenal mereka berdua.
😊
"Kelihatannya penontonnya tidak terlalu banyak ya" Charisa memandangi studio tersebut lalu duduk dikursi penonton. Anneth memberitahu Charisa bahwa hal itu sangatlah wajar apalagi saat babak penyisihan sebegini saja sudah terbilang banyak.
Friden barusan dari toilet lalu menghampiri mereka berdua. Friden mengatakan kepada mereka bahwa saat ditoilet banyak orang yang sedang membicarakan Deven, ternyata dia sangat terkenal. Mendengar hal itu Charisa hanya mengangguk kecil lalu tersenyum.
"Kenapa kamu sangat bangga, Ucha?" Heran friden melihat ekspresi Charisa yang sangat senang hari ini. Charisa langsung mengubah ekspresinya menjadi wajah yang datar dan mengalihkan pandangannya ke panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebohonganmu Dibulan April (Denneth)
RomanceEnd✔ "maaf yah sudah seenaknya masuk begitu saja dalam kehidupanmu :) " Anneth Cerita ini terinspirasi dari anime, tapi ini versi saya sendiri, hanya sedikit alur yang saya ambil selebihnya ini buatan saya sendiri.