Keesokan harinya
Seperti biasa diruangan musik
"Lagu ini akan kumainkan seperti apa, ya? Demi apa?" Batin Deven yang terus fokus membaca catatan not lagu Chopin itu.
"Minum dulu" Anneth memberikan susu kotak kepada Deven.
Deven hanya menatap Anneth dan batinnya mengatakan "Demi siapa aku memainkannya?"
Deven pun terus latihan sambil ditemani Anneth hingga malam. "Bagaimana kalau kamu sudahi saja, diluar sudah gelap, wahh bulannya cantik sekali" Anneth memandang pemandangan malam di jendela.
"Sebentar lagi" Balas singkat Deven yang terus fokus. Keadaan mereka pun hening hanya ada suara angin malam yang bersepoi-sepoi, dan sepertinya Anneth ingin mengatakan sesuatu tetapi tampak ragu mengatakannya.
"Apa kamu tidak menyukaiku? Charisa bilang kalau kamu menderita. aku paham maksudnya, aku tahu ketika melihat gudang dirumahmu, tak bisa mendengarkan musik yang kamu mainkan, berusaha menjauh dari piano, padahal kamu sangat bergantung padanya. Lalu karena kamu tak ingin melihatnya, kamu menutup pianomu itu dengan debu dan tumpukan buku. Kamu mencintainya, tapi tak bisa mendekatinya. Kamu merindukannya, tapi tak bisa menyentuhnya. Meskipun kamu sedih dan juga menderita, aku tetap pura-pura tak menghiraukannya. Aku malah berkata seperti Main piano! atau Berusaha lebih keras! ka..ka..kamu sudah menderita karena aku.." Perlahan air mata Anneth mengalir membasahi wajahnya. "Maaf.. hiks.. ma..maaf" Sambung Anneth sambil menghapus air mata.
Deven berhenti memfokuskan pandangannya ke catatan tersebut."Tapi kamulah yang sudah membersihkan debu di piano itu. Aku terlihat seperti sedang menderita, ya? parah sekali. Tapi, tentu saja aku menderita, soalnya aku sedang berlayar di laut yang belum terpetakan, 'kan?. Sulit bagiku untuk menerima tantangan, dan juga menciptakan sesuatu. Tapi aku merasa puas, makanya aku berterima kasih padamu. Duniaku sudah berubah sejak lama, hanya saja aku tak pernah menyadarinya. Kamu sudah membersihkan debu yang selama ini menutupiku, Terima kasih... , kamu sudah dipertemukan denganku. Sejak saat itu, duniaku... bahkan tuts pianonya... menjadi berwarna" Deven mencurahkan semua isi hatinya selama ini sejak adanya keberadaan Anneth dihidupnya.
"dasar bodoh.. " Anneth tertawa kecil.
"aku dan cewek yang disukai oleh temanku (Friden), seperti sedang bersembunyi dari sinar bulan. kami berdua diruang musik, dimalam hari yang sudah gelap. RASANYA SEPERTI HANYA KAMI BERDUALAH YANG ADA DI DUNIA INI" Batin Deven.
Keesokan harinya
"Sekarang sudah saatnya kita memulai upacara pembukaan turnamen seluruh ekstrakurikuler, baiklah sekarang kita mendengar semangat dari-- " Friden langsung memotong pembicaraan protokol tersebut dan merebut mikrofonnya.
"kalian yang terlahir di era ini benar-benar beruntung, karena kalian akan melihat lahirnya seorang bintang bernama Friden bramasta" Ucap Friden dengan percaya dirinya. Semua para gadis2 teriak histeris karena tergila-gila dengan ketampanan si Friden itu :v.
ya kan ceritanya disini Friden anak famous gitu lohh.. idaman para2 cewek disekolahnya, admin udah kasih taukan di bagian part sebelumnya ~author
-
-
-
-
-
-
-
-
-Deven mencoba mendengar hasil rekaman dari latihan pianonya kemarin. Saat mendengarnya Deven tampak panik, kesal, tak ingin mengakui kalau ialah yang memainkan lagu itu karena suaranya kacau balau dan tidak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebohonganmu Dibulan April (Denneth)
RomanceEnd✔ "maaf yah sudah seenaknya masuk begitu saja dalam kehidupanmu :) " Anneth Cerita ini terinspirasi dari anime, tapi ini versi saya sendiri, hanya sedikit alur yang saya ambil selebihnya ini buatan saya sendiri.