Part 8, 🎻🎹🎶

493 21 5
                                    

"Ini bohong, 'kan? bahkan sekarang pemain biolanya ikut berhenti!" Ujar salah satu penonton.

"Apakah ini artinya mereka didiskualifikasi?" Ucap penonton yang lainnya.

"yah tidak didiskualifikasi sih, tapi..." Jawab penonton yg ada disampingnya.

juri-juri pun ikut marah meliat tingkah laku mereka. Anneth dan Deven masih diam berdiri di atas panggung.

"Tidak usah khawatir, kita pasti bisa melakukannya, Ayo kita bermain lagi!" Ajak Anneth. "Baiklah mari kita melakukan perjalanan!" Batin Anneth.

Anneth pun kembali memainkan biolanya dari awal sedangkan Deven hanya terdiam saja.

"apa mereka diperbohlehkan untuk memulai lagi?" Tanya Charisa.

"iya, tetapi skornya tidak ada yang terhitung selama permainan" Jawab Friden.

"kalau begitu, untuk apa Anneth melanjutkan permainanya lagi?" Heran Charisa.

Anneth memainkan biolanya dengan tersenyum tanpa memperdulikan kesalahan yang ia buat tadi.

"Heii Deven!!, kenapa kau terdiam, jangan membiarkan Anneth-ku sendiri yg bermain, ayo mainkan pianomu! jadilah pengiringnya!" Ucap Friden dengan nada yang tinggi.

Deven hanya duduk terdiam seperti patung. Tidak menggerakkan sedikit pun badannya. Saat melihat Anneth memainkan biola didepannya itu, ia tiba-tiba mengingat perilaku Anneth kepada Deven, pada saat itu Anneth berkata :

"Angkatlah wajahmu, dan lihat aku, lihatlah aku... , kita pasti bisa melakukannya😊!"

"Aku pasti bisa melakukannya!!" Batin Deven. Deven langsung menekan tuts piano tersebut dan menyesuaikan nadanya dengan alunan biola Anneth. Tentu saja semua penonton terkejut ketika melihat Deven memainkan pianonya kembali, mereka pikir dia akan terdiam seperti orang bodoh saja disitu.

"yoshh!! Bagus Deven!" Ucap Friden.

"Semangat..!!" Girang Charisa.

*Deven prov*

"Fokus...fokus... meskipun not balok yang terlihat di partitur begitu saja hilang dari penglihatanku, meski aku tidak mendengar suara piano yang aku mainkan, tetaplah fokus... gerakkanlah tanganmu sesuai kemampuanmuu , ayo Deven bermainlah.... kau bermain piano demi si gadis ini... ayo..." Batin Deven yang tetap fokus mengiringi piano meskipun kedengarannya agak berantakan. Saat itu Deven mengingat nasehat ibunya :

"Dengar Deven, Kau tidak harus bermain dan menekannya terlalu kasar, piano itu adalah dirimu. Jika kau menyentuhnua dengan lembut, dia akan tersenyum. Jika kau menekannya dengan keras, dia akan marah. Sentuhlah ia seperti kau sedang membelai kepala seorang bayi"

Deven pun menekan tuts piano dengan lembut, dan tetap berusaha untuk menampilkan yang terbaik. "jika kau tidak bisa mendengar suaranya, bayangkan saja!, bermainlah dengan seluruh tubuhmu!, keluarkanlah apa yang ditinggal ibu padaku!" Batin Deven.

"Ayo...ayo... Teman A, kau pasti bisa!" Batin Anneth yg sedang memainkan biolanya sambil mendukung Deven.

Pada saat ditenga permainan, tiba tiba Deven memainkan pianonya diluar batas, ia memainkannya seakan-akan bermain sendiri bukan sebagai pengiring. Karena Anneth tak mau kalah ia pun berusaha mempertahankan pemerannya sebagai pemeran utama. Mereka bermain seperti berlomba-lomba dan membuat penoton begitu takjub. "beraninya kau mengambil peranku, Deven" Batin Anneth.

"wah mereka seperti berlomba-lomba, bukan ada yang utama dan pengiring"

"kedengarannya seperti perkelahian antara piano dan biola"

"ini bukan masalah lagi, ini sangat gila! seperti perkelahian saja"

"perkelahian inilah yang membuat penonton takjub"

"waw yang benar saja!"

Itulah tanggapa mengenai permainan Anneth dan Deven.

"Cantiknya nambah saat bermain biola" Puji Friden yang sangat kagum kpd Anneth.

Deven dan Anneth saling melirik satu sama lain ditengah asyik memainkan alat musiknya itu. Deven begitu semangat karena merasa ada kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya dan merasa kekuatan itu berasal dari motivasi Anneth. "Tiba tiba aku bisa mendengar suara pianonya, mungkin ini karena si Violin itu" Batin Deven sambil tersenyum.

Permainan mereka pun selesai. Semua penonton bersorak gembira atas permainan mereka yang sangat menakjubkan

"bravo!"

"kalian menakjubkan! Duo SMP!"

"Luar biasa!"

"Tolong ulang!"

Itu tanggapan para penonton mengenai penampilan Anneth dan Deven.

Deven pun memandang Anneth dan berkata "Sebentar lagi, April akan segera berlalu. Ini adalah bulan dimana aku bertemu dengan si gadis aneh ini."

Mereka berdua memberi hormat kepada penonton lalu segera menuju belakang panggung. Saat itu Anneth mempercepat langkahnya dan pergi ke tempat sesuatu, Deven heran atas sikapnya Anneth itu jdi ia mengikutinya. Ternyata Anneth sedang menuju ke tempat ruang ganti.

"hedeuhh... kirain ada apa😩" Ucap Deven.

Sudah stengah jam Deven menunggu Anneth berganti baju tetapi ia belum keluar-keluar. Ia juga tidak mendengar suara apapun didalam ruangan tersebut.

"Hei... gadis aneh cepetan dong.., ganti baju aja lama sekali" Ucap Deven sambil mengetok pintu. Deven tidak mendengar respon dari Anneth. "Neth...Anneth...!! , kok tidak ada suara Anneth?" Heran Deven. "Neth... ayo bicara, kalau tidak aku terobos nih pintunya!!.., Neth.. Anneth...!!" Teriak Deven. Tetapi tidak ada respon sedikit pun dari Anneth, Deven berusaha menerobos pintu ruangan itu.

"Bruk!!" Pintu ruangan ganti tersebut jatuh.

"Hahh!! Anneth?!!" Kaget Deven.

~~~~~~~ ~~~~~~~ ~~~~~~~ ~~~~~~ ~~~~
JANGAN LUPA VOTE , KLIK TOMBOL☆ di bawah 🙏, Terima kasih😊

Kebohonganmu Dibulan April (Denneth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang