Part 20, End ✔

645 45 5
                                    

Hai para readers.. wah gak nyangka yah ternyata sudah berada pada ending pada cerita ini. Sepertinya part ini bisa dibilang cukup panjang karena sudah berada di part terakhir. semoga kalian suka dengan ending cerita ini 😊 ~Author

-
-
-
-
-
-
-
-

"Kalian berdua tidak boleh memasuki kamar pasien dulu, kalian harus menunggu dia siuman atau besok saja kalian disini" Pintah salah satu suster yang merawat Anneth.

"Jadi Anneth baik-baik saja 'kan?" Tanya Deven khawatir.

"Dia sudah baikan sekarang, tapi dia belum siuman"

Mendengar hal itu membuat mereka lega.

"Kami akan tetap menunggu disini saja sampai dia siuman" Kata Friden.

Suster itu pun pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berada di depan kamar Anneth yang tertutup itu. Untung saja ada kursi jadi dia tinggal duduk sambil menunggu.

"Friden, kamu disini aja dulu yah aku mau ke toilet"

Friden hanya mengangguk lalu Deven segera menuju ke toilet rumah sakit.

Tujuan kesana bukanlah ingin membuang air kecil maupun membuang air besar. ia kesana hanya untuk melampiaskan tangisannya didepan cermin toilet. ia tidak ingin memperlihatkan tangisannya ini didepan Friden. Mumpung toilet disini sepi jadi tidak ada yang melihat Deven menangis.

"Tuhan.. tolong jangan selalu merebut orang yang aku cintai"

"Kau sudah merebut ibuku, sekarang kau ingin merebut Anneth dariku?"

Mengingat kejadian tadi membuat Deven sesak. Ia trauma sejak kejadian ibunya dulu, dimana ia rela bermain piano agar ibunya sembuh tetapi malah meninggal. Sekarang ia memulai bermain piano lagi demi si gadis violin yang sudah mewarnai hidupnya tetapi ia jatuh sakit.

Akankah Anneth sembuh dari penyakitnya? entah hanya author saja yang tau :v

Bacot ~author

😊

"Friden!" Sapa Charisa yang baru saja datang ke rumah sakit.

Friden tanpa berkata-kata langsung memeluk Charisa. Charisa terkejut karena ia jarang dipeluk oleh sahabatnya sendiri, Saat kecil saja ia suka berpelukan namun saat sudah meranjak remaja hal itu jarang bagi mereka.

"Aku sangat takut tadi, aku benar-benar terpaku melihatnya"air mata Friden perlahan jatuh membasahi punggung Charisa yang masih memeluknya.

Charisa berpikir bahwa ada sesuatu yang telah terjadi hinggga membuat Friden sedih. Friden orangnya ceria tapi ia tak pernah melihat sahabatnya serapuh ini. Charisa mengusap kepalanya agar Friden lebih tenang.

"kau kenapa?" Charisa melepaskan pelukannya itu lalu memegang kedua pundak Friden.

"Saat aku menuju ke sini bersama Deven, kami berdua langsung melihat Anneth kejang-kejang, semua badannya bergetar, sesak napas pokoknya dia sangat tersiksa, melihat hal itu membuatku terpaku ingin rasanya menangis tapi untung aku bisa menahannya"

Mendengar hal itu membuat Charisa begitu khawatir dengan kondisi Anneth.

"Lalu sekarang dia sudah baikan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kebohonganmu Dibulan April (Denneth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang