17. Setelah semuanya selesai

15 1 0
                                    

  Setelah hari hari berlalu, tak ada kabarmu yang terdengar lagi ditelinga ku. Tak ada dirimu yang biasanya selalu menghubungiku disetiap waktu. Tak ada lagi dirimu yang bermain, bercengkrama denganku lagi.

    Apakabar? Benar kah semuanya sudah selesai? Setelah berbulan bulan kita bersama dengan segala kebahagiaan dan kepahitan yang kita lalui bersama mau tidak mau kita harus selesai karena ada seseorang yang harus lebih kau sayangi daripada rasa sayangmu kepadaku.
    Oh atau selama ini kau tak pernah sedikitpun menyayangiku? Tak mengapa, bila kau hanya menjadikan aku kekasih bayanganmu saja.

     Aku tak menyesal pernah mempercayaimu , aku percaya tentang perasaanmu. Tapi aku lebih memilih untuk mengalah saja kepada dia yang terlebih dulu mengenalmu.
   Aku hanya orang baru yang kau kenal  dan kau buat terbang lalu sekaligus terjatuh . Tak masalah kau bohongi aku, aku sudah memaafkanmu.
Kau tidak jahat, hanya saja kau sedang membutuhkan seseorang saat itu . Maka dari itu kau datang kepadaku.
   
   Apakah kita benar benar sudah selesai? Tapi mengapa aku merasa kita belum selesai. Aku pernah kecewa kepada seseorang ,tapi setelah itu aku memilih untuk pergi saja dan tak ingin mengenal orang itu lagi tapi berbeda ketika denganmu aku sudah kecewa tetapi aku tetap mencintaimu dengan sangat.

    Setelah semuanya selesai terasa hampa sekali,mungkin karena aku kesepian . Sebelum kamu ada pun aku nyaman dengan kesendirian, tak ada luka. Yang ada senyuman yang jujur, tetapi sekarang. Entahlah ,senyuman jujurku tak ada.
Setiap aku tersenyum, berarti aku sedang membohongi diriku sendiri.

   Sekarang aku hanya perlu menyibukkan diriku sendiri untuk bisa mengikhlaskanmu ,aku tidak akan memaksa diriku untuk bisa mengikhlaskanmu saat ini juga. Karena mencintaimu butuh proses,sama seperti mengikhlaskanmu.

   Jujur saja, berat rasanya. Aku harus mengikhlaskan seseorang yang dulu selalu ada untukku , selalu menjadi topik utama yang aku ceritakan kepada orang terdekatku dan selalu menjadi alasanku tersenyum dan tertawa

Kini, senyuman dan tawamu hanya bayangan dan kini kau menjadi alasanku untuk menangis. Menjadi topik yang paling aku benci untukku bahas, karena saatku ceritakan dirimu bukan hanya mulutku yang bergerak. Hati dan pikiranku pun ikut bergerak, hati tak bisa menahan rasa sakit sehingga air mataku mengalir dan pikiranku terus menerus teringat tentang kenangan kenangan kita.

   Aku tidak membencimu, tetapi aku membenci keadaan ketika aku mengingatmu . Aku tidak bisa melakukan apa apa ,dan hanya diriku sendiri yang tersiksa.
Aku,membenci itu.

HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang