17. Saran Rio

15 3 0
                                    

Kamu belum sepenuhnya mengenalku. Jadi jangan samakan aku denganya

*****

Cuaca memang kadang tak pernah mendukung . Bahkan tak mau tau seberapa kita bosan dengan mereka . Hujan!
Saat ini tetes demi tetes jatuh bebas membasahi isi semesta . Ada yang senang bahkan ada juga yang tidak , mungkin aktivitas mereka akan terhalang oleh hujan.

"Ini nih yang gue gak suka " Tania membolak balikan telapak tanganya diantara rintikan hujan yang semakin deras . "Kita tunggu aja , nanti juga berhenti " Rani tak peduli apapun keadaanya ia selalu berfikiran kedepan .

Mereka masih berdiri didepan kelas, Menunggu hujan reda.

Tania berjalan bolak balik tak karuan , harusnya ia sudah berada di rumahnya sore ini. Membaca novel kesayanganya atau menonton series Thailand yang belum ia selesaikan . Tak hanya mereka yang masih disini, bahkan hampir sebagian teman kelasnya masih setia menunggu.

"Eh..." Rani menarik seragam Tania yang sedikit basah . Tania yang melamun pun ikut terlonjak kaget "Apa sih ?" Ucapnya . Ia mengikuti arah pandang gadis didepanya

Matanya terbelalak kaget melihat sepasang siswa yang tengah berlarian diantara hujan yang semakin deras , apa yang mereka lakukan. Wajah Tania tampak kecewa melihatnya , sangat menyedihkan berada diposisi gadis yang menatap mereka dengan nanar kecewa.

"Udah deh , lo kalau suka tuh bilang . Jangan dipendam !" Tania tak merespon ucapan Rani yang baru saja ia dengar. Perlahan tetesan air tidak lagi dari langit bahkan wajah Tania juga basah akibat air matanya yang terus mengalir.

Rani yang melihatnya hanya bisa diam, mengelus punggung gadis didekapnya.

"Kenapa tuh ?" Tejo tiba-tiba sudah disamping mereka "Udah sana-sana jangan ganggu
deh "Rani mengibaskan tanganya tampak mengusir

Tejo yang kesal memilih untuk pergi begitu saja"Kan udah gue bilangin, kalau suka tuh bilang . Mau gue yang bilangin ?"

Tania sontak terbangun , cepat-cepat menggeleng. " Ehh jangan..jangan.. " Rani hanya mengelus dadanya sabar "Terserah lo aja deh , awas aja lo nangis lagi !"

Tania tersenyum sinis "Gue gak janji "

*****

Hujan sudah mereda beberapa tetesan kecil masih bisa lolos dari langit sana . Namun tetesan air masih belum bisa menyamarkan wajah gadis yang sembab itu. Tania masih bisa berjalan pelan menelusuri jalanan yang basah

Sangat kecewa rasanya saat kita menyukai seseorang, namun apa daya tidak bisa mengungkapkanya . Lebih baik diam melihat wajah orang yang kita sukai bahagia melebihi diri sendiri. Meski kita bukan bagian dari bahagianya

Jalanan yang becek serta suasana hati yang tidak mendukung . Namun langkahnya tetap konstan menuju suatu tempat yang ingin sekali ia datangi . Tania akhirnya sampai di tempat tujuanya, sepasang meja kayu lengkap dengan empat buah kursi kayu yang tampak tua terletak rapih dibawah pohon beringin yang sangat rindang. Seram memang, pantas saja jarang bahkan hampir tidak pernah ada yang beristirahat disana. Sebenarnya tempat tersebut adalah tempat beristirahat untuk pengendara motor yang melintas .

Namun kini sangat berbeda rasanya , sudah lama Tania tidak ke tempat ini. Suasananya sekarang sudah lebih terawat dibanding beberapa minggu lalu, terakhir ia kesana . Ia menemukan seseorang yang tengah duduk dengan satu kaki yang terangkat . Tak lupa ia meneguk air mineral disampingnya , Tania ragu untuk mendekat . Namun apa daya kedua mata mereka bertemu , Tania tersenyum kecil dan berjalan mendekat

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang