20

3.8K 383 110
                                    

Earth melihat darah segar mengalir dari selangkangan Saint yg hanya mengenakan celana pendek. Mengalir cepat melewati paha hingga ke betisnya.

"SEGERA KIRIMKAN AMBULANCE! CEPAT! TEMANKU PENDARAHAN!"

.

.

.

Perth berlari secepat yg ia bisa begitu ia sampai di rumah sakit tempat Saint di larikan. Langkah kakinya yg cepat sampai meninggalkan Title yg mengikutinya dari belakang.

"Perth, tunggu!"

Kupingnya menjadi tuli, Perth terus berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang ICU dimana Saint sudah berada di dalamnya. Pikirannya kini hanya terfokus pada Saint dan anak mereka. Earth segera menelpon Perth setibanya ambulance datang ke apartemennya.

Perth hampir saja kehilangan akal sehatnya begitu mendengar kabar mengenai kondisi Saint.

Sesampainya Perth di ruang ICU, ia melihat Earth sedang terduduk lesu di lantai sambil mengepalkan tangannya dan menunduk, seolah berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan Saint dan bayi mereka.

Perth memelankan langkahnya. Ia melihat Earth, namun sorot matanya kini hanya terpusat pada lampu merah ruang ICU yg menandakan sedang terjadi tindakan di dalamnya.

"Earth!" teriak Title lantas mendekati pria mungilnya yg kemudian mengangkat kepalanya. Mata Earth sudah sangat bengkak karena menangis.

Perth membisu. Ia tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya langkah gontainya yg membawanya mendekati pintu ruang ICU. Tangannya terangkat hendak menyentuh pintu tersebut. Seseorang yg sangat berarti bagi hidupnya kini berada di dalam. Hidup dan mati.

"Saint..." bibirnya kelu.

Ia hanya bisa menatap lurus pintu itu. Tanpa ekspresi. Bahkan ia tak mengerti perasaan apa saat ini yg menyelimuti seluruh hatinya. Sekedar tetesan air mata pun tak keluar dari bola mata hitamnya.

Takut? Bukan, ini lebih dari sekedar takut!

Fikirannya kosong. Ia tak bisa berfikir. Bahkan Perth masih berharap dirinya hanya bermimpi saat ini. Saint masih baik-baik saja beberapa jam lalu saat ia menelponnya.

Hanya ada satu hal yg melintas di fikirannya saat ini. Saint mati, maka ia juga. Tak ada pilihan lain.

"Tuan Tle, Tuan Perth..." Earth langsung berdiri menyambut uluran tangan Title.

"Apa yg terjadi sebenarnya? Mengapa Saint bisa seperti ini?" tanya Title panik melihat keadaan Earth yg parah dan Perth yg membisu.

Meskipun tersedak oleh salivanya sendiri, Earth berusaha untuk menceritakan detail kronologisnya.

"Kami sedang memasak untuk Tuan Perth, lalu Saint bercerita mengenai kekhawatirannya terhadap Ibunya. Detik berikutnya Saint menjadi aneh, darah keluar dari selangkangannya dan ia pingsan. Aku- aku..." Earth mencoba menjelaskan sedetail yg Ia mampu.

"Tenanglah Earth, Saint pasti baik-baik saja. Iya kan, Perth?" Title berusaha menenangkan Earth dan Perth secara bersamaan.

Title melihat Perth masih membisu, pandangannya masih lurus menatap pintu ICU yg tertutup rapat.

"Perth?"

Kosong.

"Tuan Perth!" Earth langsung menghambur kehadapan Perth dan mencengkram lengan Perth kuat. "Maafkan aku Tuan, aku tidak menjaga Saint dengan baik. Jika terjadi sesuatu pada Saint dan anak kalian, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri!"

Earth kembali meraung dan menangis sambil meremas kemeja Perth yg sudah tidak beraturan.

"Kumohon jangan diam saja, Tuan. Katakan sesuatu. Jangan diam seperti ini!"

COMPLICATED HEART (PerthSaint) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang