Menginjakkan kakinya untuk pertama kali setelah lebih dari 5 tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Saint Suppapong akhirnya bisa menghirup kembali udara Thailand. Saint melangkahkan kakinya keluar dari bandara kecil di kota kelahirannya, Trat. Saint memutuskan untuk tidak langsung memanggil taksi yg akan membawanya pulang, Ia ingin berjalan kaki menyusuri tempat masa kecilnya ini meskipun sambil membawa koper besar dan beberapa tas gendongnya, tapi tak mengapa, ia hanya ingin mengenang betapa bahagianya dulu ia bersama kedua orang tuanya.
5 tahun yg lalu, sebuah keputusan berat harus Saint ambil. Antara mengejar mimpi dan cita-citanya sebagai seorang arsitek handal atau terus berada di Thailand bersama dengan orangtuanya. Akhirnya dengan berat hati, begitu Saint lulus dari perguruan tingginya, Saint pun pergi meningalkan Thailand untuk mengejar mimpinya menjadi seorang arsitek.
Bali, Indonesia, merupakan pilihan hati Saint untuk melabuhkan mimpinya. Bukan saja infrastruktur di Bali yg saat itu sedang bergerak cepat, tapi adalah pantai dan laut yg menjadi salah satu titik berat Saint memilih kota indah itu sebagai pelabuhan hatinya. Saint sangat menyukai pantai. Bukan hanya pantai bisa menenangkan jiwanya, tapi di pantai Pulau Dewata itulah Saint bertemu dengan belahan jiwanya.
Sambil berjalan menyusuri jalanan kota kelahirannya, Saint menghembuskan nafas beratnya. Banyak sekali kebahagiaan dan kesedihan yg ia alami selama 5 tahun berada di negara orang itu. Sampai suatu tragedy yg menyebabkan hatinya sudah tak sanggup lagi berada di sana, dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke Thailand. Dan disinilah ia akhirnya.
Dirasa ia sudah cukup lama berjalan dan menikmati hangatnya matahari Kota Trat, Saint memanggil taksi dan menaikinya untuk membawanya sampai ke rumah.
Sesampainya Saint di depan rumahnya, ia masih memandangi rumah sederhana bertingkat dua dengan taman yg cukup luas itu dengan perasaan dalam. Rasa rindu tiba-tiba saja mencuat begitu besar sesaat ia melihat rumah yg belum pernah ia kunjungi lagi selama 5 tahun kebelakang ini. Ada sedikit perasaan bersalah dalam hatinya. Saint pun melangkahkan kakinya mantap memasuki rumah itu.
"Ibu, aku pulang" seru Saint sesaat ia memasuki ambang pintu kediaman orang tuanya.
"Saint? Itu kau?!" sebuah suara menyaut dari dalam rumah. Suara yg selama ini hanya bisa ia dengar lewat sambungan telepon.
Lalu muncul seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik berjalan agak cepat menghampiri Saint.
Wanita itu segera memeluk Saint erat dan hangat. Memeluk Saint seakan wanita itu baru saja menemukan sesuatu yg hilang pada dirinya. Saint membalas pelukan wanita itu dengan lembut. Sambil sedikit mengusakkan wajahnya ke bahu wanita paruh baya itu.
"Ibu, aku merindukanmu" kata Saint lembut.
"Saint, ibu kira kau akan tiba malam nanti. Kenapa tak memberitau ibu? Ibu kan bisa menjemputmu" jawab wanita cantik itu yg ternyata adalah ibu dari Saint.
Pelukan mereka terlepas. Saint masih menatap wajah ibunya yg sangat ia rindukan itu. Kerutan sudah sedikit mewarnai wajah cantiknya.
Saint menggeleng manja. "Aku tidak mau merepotkanmu, Bu. Aku bisa pulang sendiri"
"Aku ini ibumu, kau sudah merepotkanku dari kecil, kau tau?" Ibu Saint tertawa kecil sambil mengucapkan kalimat itu dan mencubit manja hidung anak laki-lakinya.
Saint pun ikut tertawa renyah.
"Bu, aku lapar. Apa kau memasak?"
Ibu Saint langsung mengangguk cepat. "Aku memasak makanan kesukaanmu. Ayo kita makan bersama"
Saint dan ibunya pun masuk ke dalam rumah. Mereka mengobrol banyak sekali. Meskipun Saint berpisah selama 5 tahun dengan ibunya, tapi ia tak pernah absent untuk menelpon sang Ibu. Selalu menceritakan kisah sehari-harinya. Meminta pendapat dan mengambil keputusan, selalu ia diskusikan dengan ibunya melalui sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED HEART (PerthSaint) [END]
FanficSaint Suppapong, kembali ke tanah kelahirannya setelah 5 tahun pergi. kepulangannya kali ini membawa banyak sekali luka yg tidak bisa di tunjukkan pada orang lain. pengkhianatan itu membuatnya tak percaya lagi pada cinta. hidupnya akan ia persembah...