Bumi: Hai, Bulan, mengapa kau termenung sendirian di sana?
Bulan: Menunggumu, tentu saja. Mengapa kau hanya berteriak dari kejauhan?
Bumi: Maaf, aku kebetulan melintas.
Bulan: Kebetulan melintas? Tidakkah kau merindukanku atau sekadar menengadah ke atas?
Bumi: Ah, maafkan aku. Sinar matahari terlalu terik di siang hari, membuatku sulit melihatmu. Dan malam hari, kantuk menyerang setelah senja, sehingga aku tidak sempat menatap langit.
Bulan: Lantas bagaimana hari ini? Bukankah kau melihatku?
Bumi: Mungkin bintang terlalu memesona untuk kuabaikan. Ingatkah, Bulan? Aku kini terpesona oleh bintang yang lebih indah darimu.
September 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/163662536-288-k299371.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebaris Rasa (2018-2019)
PoetrySELESAI TAHUN 2019 DI PUBLISH ULANG TAHUN 2024 Dalam setiap lembar buku ini, terukir kisah-kisah penuh makna dan emosi, seperti untaian kata yang melukis jiwa. Jika kau merasa terundang, pintu imajinasi ini terbuka lebar, tanpa perlu bertatap muka...