Tidak ada masa yang terlalu lama untuk dilewati bersama yang tercintaSebelum matahari terbangun, aku sudah mendahuluinya. Kali ini lebih pagi dari biasanya. Eh, atau justru lebih malam dari biasa? Karena sepertinya aku tidak pernah benar-benar terlelap. Menutup mata sebentar, lalu kembali terjaga beserta tersenyum-senyum tidak jelas. Berguling-guling kegirangan kemudian. Demi Tuhan, aku bahkan sampai berselancar internet untuk mendapat jawaban bagaimana cara agar kita bisa tidur setelah mendapat kata-kata manis dari seseorang.
Hasilnya malah kalimat-kalimat romantis ucapan selamat malam yang muncul. Dan itu sama sekali tidak membantu! Aku semakin tidak bisa tidur. Membayangkan bagaimana, ya nada bicara mas Lintang saat mengucapkan salah satu dari kata-kata itu?
Aku bahkan masih ingat beberapa diantaranya. Seperti, 'Jika ada monster di bawah tempat tidurmu, jangan takut. Karena dia adalah aku yang terpesona akan kecantikanmu dan hanya ngin mengucapkan selamat tidur, sayangku'.
Aaaa....
Gimana, gimana? Sweet nggak? Aku saja meleleh, bahkan yang mengucapkan monster sekalipun. Bagaimana dengan mas Lintang yang jelas-jelas jauh lebih rupawan dari monster kolong ranjang?
Walhasil aku hanya berkedip-kedip di atas ranjang sampai penggilan subuh berkumandang. Sedikit membuatku pusing memang, tetapi tidak cukup menghentikan recana yang sudah kami susun semalam. Kira-kira mas Lintang ngajakin kemana, ya?
Katanya, dia akan menjemputku jam 8. Itu artinya kurang 15 menit lagi, dan aku sudah menunggu di lobi unitku sekitar setengah jam yang lalu. Untuk kedua kalinya aku menunggu. Pasalnya hati murahanku sudah meronta-ronta ingin segera bertemu.
Ckckck ... dasar!Aku duduk dengan anggun di depan kaca besar dekat pintu. Alasannya agar aku bisa terus mematut diriku. Sudah kece, belum? Make up tidak luntur, kan? Jilbab sudah rapi, kah? Mata panda, apa kabar? Dan untunglah sejauh ini masih perfect. Semoga masih sama hingga mas Lintang datang.
"Ehem ... mbak permisi. Ada yang bisa saya bantu?"
Aku menoleh dan menemukan mbak-mbak membawa sapu dan kain pel. Sepertinya dia baru, karena aku tidak pernah melihatnya.
"Hah? Ndak ada, kok,"
Dia menggaruk tengkuknya, "oh ... kirain mbak butuh sesuatu. Mbak mau permen mungkin? Saya lihat tadi bibir mbak manyun-manyun gitu, bibirnya kering kali," katanya yang membuatku ingin mengubur diri sendiri. Kebiasaan ini susah hilang!
"Oh ... ndak apa-apa kok. Tapi mungkin kering juga kali, ya? Hehe ...." yah ... iyakan saja dari pada malu.
Setelahnya, dia memberiku dua biji permen rasa kopi. Ih, tahu aja kalau aku lagi nagntuk. Dia juga menemaniku mengobrol. Namanya Ratih. Benar ternyata, dia cleaning service baru. Asik juga orangnya. Katanya dia calon maba, tapi gap year dulu. Ngumpulin duit. Keren kan? Tidak ingin menyusahkan orang tua. Patut dicontoh nih! Semoga dia menjadi calon orang sukses nanti, aamiin.
"Waah ... sebenarnya aku pengen nawarin kerjaan. Tapi gimana, ya? Ndak ada yang kosong soalnya," kataku. Aku berpikir untuk menunjuk Ratih sebagai karyawan, tetapi semua posisi masih rapat, tidak ada yang bolong.
"Nggak masalah kok, mbak. Tapi nanti kalau ada lowongan, kasih tahu aku duluan ya, mbak, hihihi ...." candanya setengah berbisik.
Aku tertawa, "oke, beres deh pokoknya,"
Mengobrol dengan Ratih, membuat kewarasanku kembali. Sekarang kalau senyum ada temannya. Jadi tidak disangka gila."Assalamu'alaikum," suara rendah yang sangat kukenal.
Dia datang.
"Wa'alaikumussalam," Ratih yang menjawab terlebih dulu. Aku masih mematung, namun segera tersadar kemudian menjawab salamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awry [Lengkap]✔️
Romance"Mas, dicariin ibu terus." "Hah?!" "Mas gimana sih! Serius gak sih sebenarnya?!" "Ya serius, dong! Kalo nggak ngapain kita selama ini?!" "Ya makanya cepet nikahin aku! Emang sampean ndak sungkan sama ibu?!" "Tunggu bentar lagi, ya? Ya?" Duh, Gustiii...