"di sini makanan apa yang paling lezat? Aku bingung ingin makan apa" Almeera bekata sambil terus membolak-balik buku menu di atas meja, tanpa melihat kepada orang yang ia ajak bicara.
Asley terus memperhatikan Almeera, beberapa hari terakhir seakan seperti mimpi baginya. Entah apa yang sudah terjadi, wanita tercintanya ini tidak mengingatnya. Antara kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya, ia bisa memperjuangkan Almeera lagi dan perlahan jika ia siap, ia kan menceritakan tentang mereka. Kabar buruknya, rasanya menyakitkan melihat orang yang kau cintai tidak mengingatmu dan ada banyak fakta yang harus di ungkap tanpa bisa di prediksi hasilnya kedepan.
"mau ku pilihkan?"
Kepala Almeera mengangguk sebagai jawaban. Dia benar-benar bingung ingin makan apa. Entah apa yang di pesan Asley, Almeera tidak tau menahu. Biarlah, lagi pula dia bukan ornag yang pemilih soal makanan dan soal berat badan ia tidak bermasalah dengan hal itu. sejauh yang Almeera ingat, jika berat badannya bertambah tubuhnya tidak akan melar dengan lemak dimana-mana. Hanya diameter badannya yang akan bertambah beberapa centi.
"hari minggu nanti apa kau ada acara?"
Asley menjawab dengan cepat "tidak, maksudku. Ya, hari minggu nanti aku kosong."
"minggu ini aku juga kosong" ujar Almeera dengan pipi memerah, ia ingin menghabiskan satu harian dengan Asley. Rasanya ia begitu merindukan pria di hadapannya ini. Beberapa hari terakhir memang mereka terus bersama, mulai dari sarapan pagi yang biasanya Asley akan menjemputnya atau membawakan makanan dan sarapan bersama di apartemennya. Siangnya mereka akan janjian makan siang entah dimana seperti saat ini dan makan malam sebelum bertolak ketempat tinggal masing-masing.
"bagaimana jika minggu ini ke pantai atau menonton? Atau kau punya rekomendasi?" ujar Asley antusias.
Almeera menunduk, membasahi bibirnya dengan lidah, tak lupa meremas kedua tangannya. Ia benar-benar gugup padahal hanya untuk mengutarakan apa yang ada di otaknya.
"Em... sebenarnya aku ingin memasak, tapi jika kau ingin pergi kesuatu tempat juga tidak apa"
Pyuh... lega Almeera rasakan, padahal hanya ingin mengutarakan hal itu.
Mata Asley berbinar senang. Bukankah ini pertanda baik jika Almeera mengundangnya ke tempat tinggal wanita itu, berarti wanita itu menerimanya.
"Tentu saja itu lebih bagus. Aku akan menyiapkan beberapa film untuk kita tonton nanti. Bagaimana jika sebelum makan malam nanti kita belanja. Kau ingin masak apa?"
Almeera terkekeh melihat wajah antusias Asley, hilang sudah gugupnya. Ia kira Asley akan menolak idenya. Ia merasa benar-benar hanya ingin berdua dengan Asley tanpa membaginya dengan orang lain, hanya berdua dan benar-benar berdua tanpa pemandangan orang lain di sekitar mereka. Almeera akan menjawab ucapan Asley ketika makanan mereka datang.
Dressing makanan yang terhidang di hadapan Almeera benar-benar menggiurkan, ia berharap rasanya juga semenarik penampilannya. Sangking menggiurkannya makanan di hadapannya Almeera sampai lupa apa yang di katakana Asley tadi.
"bagaimana?" ucap Asley ketika pelayan itu meninggalkan mereka.
"apanya yang bagaimana?" kening Almeera mengernyit.
"bagaimana jika sebelum makan malam kita belanja. Apa kau ada pekerjaan malam ini?"
"tidak ada, sepertinya dalam sebulan ini aku lengagang. Tidak banyak pemotretan"
"Good!"
Asley meletakkan sebuah piring berisakan cake berwarna kuning – sepertinya disset, di hadapan Almeera, membuat Almeera menatap Asley aneh. Matanya pertama kali tadi sudah tertarik melihat steak yang menggiurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wings (END)
ChickLitAsley terbangun dengan gadis cantik berambut merah di sampingnya, ia sama sekali tidak tahu anak siapa gadis itu. Ada sebuah surat yang tidak tau siapa yang meletakkannya di atas meja kerja Asley mengatakan bahwa anak itu adalah anaknya. Setelah tes...