"Maaf. Bayi anda tidak bisa di selamatkan"
Wanita yang berbaring itu memperhatikan sebuah layar persegi yang menampilkan gambar abu-abu dan putih, di sana tubuh mungil itu masih bergerak. Entah kenapa Almeera merasa anaknya itu gelisah di dalam sana.
"Kita harus melakukan oprasi"
Almeera bisa merasakan tangan mungilnya. Ia tertawa. Almeera kembali menatap layar, kali ini anaknya itu bergerak lebih gelisah lagi. Seakan dia tidak bisa bernapas.
"Dia wanita"
"Kami menemukan jenazah mereka masih utuh"
"Sempat tidak terdeteksi, Sebuah pesawat menuju..."
"Nyonya Kepolisian menelpon dan mengatakan jika sebentar lagi..."
"Pemakaman akan di langsungkan siang ini..."
"APA TIDAK ADA CARA LAIN, SELAIN LARI DARI MASALAH?"
Suara teriakkan terakhir membangunkan Almeera dari mimpi acaknya. Dengan napas yang masih tersenggal, Almeera meraih air yang ia sediakan di samping tempat tidur. Tubuhnya bergetar, dadanya sakit, kepala yang kian berdenyut, air matanya masih menetes, keringat yang masih bercucuran tidak lagi ia hiraukan. Menghidupkan lampu dan berjalan keluar menuju balkon untuk menghidup udara segar.
Mimpi itu tidak pernah menghilang, hanya frekuensinya saja yang kian berkurang. Seminggu sekali, itu adalah rekor terlama. Biasanya Almeera terlelap sedikit saja, potongan buruk yang di alaminya akan berputar random, seperti kaset rusak di kepalanya. Ia akan menangis dan duduk termenung seperti ini, biasanya.
"Apa kau tidak tau apa-apa tentang ku?"
Wanita yang menjadi pelayan satu-satunya di dalam rumah itu menggelengkan kepalanya.
"Aku tengah mencari pekerjaan waktu itu. Seorang wanita menawari ku untuk bekerja, aku tidak bertanya apapun, maaf. Pelayan lainnya perlahan mengundurkan diri. Waktu itu Greta masih sering kembali dan lima bulan lalu dia meninggal. Biasanya jika dia pergi, ia mempercayakan semua keputusan di tangan ku, biasanya dia akan kembali jadi... aku tidak bertanya apa-apa. Ah, ya. Aku hanya mengetahui kau seorang model, tapi itupun sudah lama sekali sepertinya"
Almeera menatap langit malam yang masih begitu gelap. Itu merupakan hal pertama yang ia tanyakan ketika perawat yang mengurusnya di rumah sakit mengantarkannya pulang. Dengan keadaannya yang masih sangat lemah ia hanya bisa mencari sekedarnya dan tidak meghasilkan apapun. Beberapa hari kemudian pengacara orang tuanya datang untuk memberi kabar terbaru tetang perkembangan beberapa hotel milik orang tuanya.
"Kau tau tentang ku?"
Pria paruh baya itu tersenyum canggung, kemudian menghela napas. "Aku hanya mengetahui bagian kau yang memilih kabur dari rumah dan menjadi model. Kau sangat menjaga privasi dan begitu juga kedua orang tua mu. Lihat sekarang, aku di sini juga karena kau meminta perantara ku untuk hotel" pria itu terkekeh kemudian melanjutkan "biasanya juga kita bertemu di kafe"
"Kapan orang tua ku meninggal? Apa waktu itu aku masih kabur?"
Pria itu tersenyum kecut dan meringis "Tidak, kau sudah kembali ketika ibu mu sakit"
"Apa-"
"No" pria itu tau apa isi kepala Almeera sekarang ini "Kalian sudah berbaikan lama, sebelum kedua orang tua mu meninggal. Mereka meninggal dunia dalam perjalanan bisnis, kecelakaan pesawat. Kau sudah berkunjung ke makam mereka?"
Almeera menarik napasnya, ia ingin menangis suaranya sudah serak "Aku tidak tau di mana makam mereka"
Pria itu kembali menghela napas. Pria itulah yang mengantarnya kemakam dan mengatakan jika kedua orang tuanya merupakan anak satu-satunya. Mereka juga tidak memiliki saudara lainnya. Sepertinya mereka turun temurun merupakan anak tunggal. Almeera juga sudah memeriksa album foto. Semua kebenaran itu membuat Almeera sesak, ia tidak ingin hidup sendiri tanpa ingatan.
Dokter mengatakan jika ingatannya bisa saja kembali, Almeera percaya akan hal itu. ia mengikuti terapi, ia mengikuti apa saja yang di sarankan dokter, akan tetapi ingatannya hanya kembali hingga kanak-kanak, sampai satu tahun berlalu begitu saja.
Hingga satu siang ia tengah membolak-balik album fotonya dan ketiduran di sofa perpustakaan. Ia bermimpi, mimpi random lagi, tapi kali ini lebih jelas.
Ketukan palu hakim dan menyatakan mereka sah bercerai. Mata sendu pria itu kemudian berganti, pria itu tertawa ceria di atas sofa.
Hati Almeera sakit kala berdiri di depan sebuah rumah, ia merasakan baru saja kehilangan kedua orang tuanya dengan perut buncitnya yang ia elus penuh kasih. Pria itu berdiri dengan wajah datar menunggunya. Almeera sebenarnya ingin berlari, namun tidak sanggup jadi ia hanya berjalan pelan.
"APA TIDAK ADA CARA LAIN, SELAIN LARI DARI MASALAH?"
Almeera tidak perduli dengan teriakkan pria itu, ia tetap melangkah dan memeluk tubuh pria itu, air matanya tidak bisa lagi keluar. Pria itu menjauhkannya sambil meluk pinggang Almeera, tidak ada lagi raut wajah marah seperti yang ia tunjukkan tadi.
Entah bagaimana caranya, Almeera bisa melihat seorang wanita berambut merah berdiri di depan pintu sambil terus memperhatikan mereka.
"Jangan terus menyiksa ku, aku juga ingin tenang" Almeera bersimpuh di lantai samping sebuah ranjang.
Hari itu juga Almeera membongkar isi rumahnya, mencoba mendapatkan apa saja yang bisa menjadi petunjuk. Dokter mengatakan bisa saja mimpi-mimpi Almeera merupakan sebuah kenangan yang tersimpan di otaknya. Ya, hari itu Almeera menemukannya, sebuah surat perceraian. Ternyata benar ia sudah pernah menikah.
Almeera mencari Asley dan dengan mudah menemukannya. Awalnya Almeera mencari berita pernikahannya, ternyata tidak ada dan ketika ia mengetikkan nama pria itu, semua sepak terjang pria itu di dunia bisnis tertera di sana.
Dengan tekat yang kuat Almeera mendatangi pria itu, namun yang ia lihat malah membuat kepalanya sakit dan dadanya sakit, bahkan hingga terasa sesak. Beberapa hari Almeera terus mengikuti pria itu, mengumpulkan keberanian untuk menemuinya. Suatu minggu pagi Almeera kembali mengikutinya dan menemukan wanita berambut merah yang pernah ia lihat dalam mimpinya, duduk di sana dengan seorang gadis kecil yang membelakangi Almeera. Gadis kecil itu juga berambut merah yang sama, Almeera yakin gadis itu merupakan miniature kecil dari wanita itu. Asley duduk bersama mereka meladeni anak kecil itu, seakan-akan dia adalah ayahnya. Hari itu Almeera kembali di rawat di rumah sakit karena pingsan di taman.
Sakit di hati Almeera membuat wanita itu ingin menyerah saja dengan semua ingatannya. Mungkin memang itu yang harus ia lakukan, namun mimpi-mimpi itu datang lagi. Kali ini lebih mengerikan, anak yang ia kandung tidak bernyawa di dalam tubuhnya. Almeera yakin kematian anaknya ada sangkut pautnya dengan wanita berambut merah itu dan juga matan suaminya , jadi Almeera memutuskan untuk membalaskan sakit yang ia rasakan ini.
Almeera tidak ingin lagi menutupi kehidupannya dengan begitu ketat, sesekali menunjukkan dirinya dan mengurus hotel. Di sana ia berjumpa seorang investor yang katanya mengaguminya dan menawarkan untuk kembali kedunia modeling. Hal itu juga merupakan rencananya, bekerja untuk perusahaan mantan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wings (END)
ChickLitAsley terbangun dengan gadis cantik berambut merah di sampingnya, ia sama sekali tidak tahu anak siapa gadis itu. Ada sebuah surat yang tidak tau siapa yang meletakkannya di atas meja kerja Asley mengatakan bahwa anak itu adalah anaknya. Setelah tes...