11 - Perfect Wings

4.2K 195 2
                                    


Dering ponsel di atas meja masuk ke indra pendengaran Almeera, ia menggeliat sesuatu yang berat menahan kedua lengannya dengan kedua mata yang masih sulit untuk di buka karena air matanya yang mongering. Perlahan Almeera memindahkan tangan Asley agar pria itu tidak tersadar, mereka tertidur berpelukan di atas sofa setelah acara maaf memaafkan tadi malam.

Uh, tadi malam? Memangnya ini jam berapa? Ia melirik ke jam yang terpasang di dinding, ini bahkan belum fajar siapa yang menghubungi Asley di waktu orang istirahat seperti ini.

Almeera meraih ponsel Asley, tidak membukanya karena memang sudah tertera di sana sebuah pesan pribadi yang mengusik Almeera, ia berdecak kesal membaca pesan dari wanita simpanan itu.

'Asley besok temani aku menjumpai Harrem'

Egh... lihat saja besok apa yang akan di lakukan Almeera. Almeera berdecak kesal, apa wanita itu tidak pernah membaca berita atau memang karena wanita itu sangat ingin berurusan dengannya, ok kalau itu yang dia mau, the old Almeera Hanind is back. Sudah lama juga dia fakum mengerjai wanita-wanita seperti itu, sesekali memasukkan wanita seperti itu kedalam media massa sepertinya tidak masalah.

Almeera mengelus rambut Asley dan mengecupi pipinya. "Bangun, hey... ayo pindah ke kamar. Sayang jika tidur di sini punggung mu bisa sakit"

"Ulangi lagi panggilan tadi. Jika seperti ini kau membangunkan ku, sepertinya setiap saat aku akan tidur" Mata Asley masih terpejam, bibirnya mengukir senyum, suara parau.

Almeera kira Asley tidak akan menceritakan pesan masuk itu kepadanya, tapi pagi begitu pria itu bangun dan memeluknya di dapur ia langsung menceritakan pesan yang di kirimkan wanita itu dan mengatakan sudah mengirimkan seseorang bersamanya.

"DAD... Aku lapar jangan mengganggu mom"

Pekikan itu membuat Asley melepaskan pelukannya dengan mencium pipi Almeera. Ia menghampiri anaknya yang sudah siap dengan seragam.

"Dad kenapa belum bersiap?"

"Hari ini dad masih memiliki urusan"

"Urusan apa?" mata Vio sudah memelototinya "Jangan bilang dad akan membawa mom lari lagi, dad jangan coba-coba membawa lari mom tanpa aku" ancam Vio, ia bahkan sudah berdiri di tempat duduknya sambil bertolak pinggang.

"Lagi? Memangnya kapan dad pernah membawa mom mu lari? Siapa yang mengatakannya?" Ujar Asley tidak terima.

"Paman Adrey, dia mengatakan dad membawa lari mom karena tidak mau dad nikahi" Vio begitu menggebu-gebu mengatakannya.

"What! Adrey..."

"Your breakfast sweet heart" Almeera melihat ayah dan anak itu dengan bingung, mereka saling bertatapan yang satu melotot yang satu terperanggah bingung "Ada apa ini?"

"Mom, aku tidak mau pergi sekolah jika dad juga tidak ke kentor aku tidak akan membiarkan dad membawa mu lari mom" Vio berkata dengan satu tarikan nafas membuat Almeera terkekeh, sebenarnya ia sempat mendengar percakapan meraka tadi.

"Sarapan dulu Vio. Dad tidak akan membawa mom lari dari mu sayang, dad hanya masih memiliki perkerjaan lain"

"Janji?"

Asley dan Almeera saling bertatapan kemudian keduanya mengangguk, barulah pagi itu Vio kembali mengoceh riang. Asley dan Almeera harus mengantar Vio dengan keadaan Asley yang masih mengenakan piamanya dan Almeera mengenakan baju lusuhnya.

"Aku tidak tau apa saja yang sudah di ceritakan oleh mom dan Adrey sampai-sampai Vio bisa seajaib itu"

Almeera terkekeh mendengar ucapan Asley. Mereka sekarang tengah terperangkap di kemacetan setelah mengantar Vio tadi.

"Oh ya, mom menelpon ku tadi, meminta ku menemaninya membeli dress untuk ulang tahun pernikahannya katanya"

Asley berdecak kesal, ibunya suka sekali memonopoli Almeera sedari dulu, memang keduanya selalu adu mulut tapi tetap saja selera mereka sama. Asley bersyukur ibunya dan Almeera tau tempat jika adu mulut, Asley bahkan bingung entah apa yang sedang mereka perdebatkan padahal selera mereka sama.

"Kenapa tidak mengajak Natha saja?"

"Kau setega itu menjadi kakak ipar Asley, dia sedang mengandung dan sebentar lagi melahirkan. Tidak apa, lagi pula rasanya aku sudah lama sekali tidak berdebat dengan wanita tua itu"

Almeera harus mengurungkan niatnya memasukkan wanita simpanan itu ke media masa, ia ingin melepas rindu berdebat dengan ibu mertuanya.

Rupanya niat Almeera yang akan memasukkan wanita simpanan itu ke tranding topik harus di hapuskan berkat Asley yang merayunya. Wanita itu sudah di dalam ruangan Asley ketika Almeera masuk ke dalam ruangan, ia duduk di kursi depan meja kerja Asley dengan sebuah kantung kertas di atas meja di samping wanita itu, entah dari mana datang praduga di kepala Almeera yang mengatakan jika itu adalah buah tangan wanita itu untuk Asley.

"Apa aku mengganggu?" Almeera berjalan dengan santai, senyum di bibir merahnya begitu merekah "Wow... lihat siapa ini, selamat sore Nyonya... em Harrem? Masihkah?"

Almeera terkekeh dan terus berjalan kearah meja kerja Asley. Ia tersenyum kearah Asley yang menatapnya sambil mengelus tekuknya.

"Well..." Almeera mendaratkan bokongnya di samping meja dan menduduki separuh dari kantung kertas yang entah apa isinya "Biar ku beritahu kau hal yang sepertinya belum kau ketahui. Kau pasti belum tau kenapa kau berjodoh dengan Harrem tua itu" Almeera membungkukkan tubuhnya untuk berbicara di samping kuping Camilla "Kalian suka sekali mengoleksi simpanan"

Almeera sedikit memutar tubuhnya untuk menatap Asley dan memberikan kedipan kepada pria itu. Almeera tentu saja sadar jika beda yang di dudukkinya sepertinya juga ikut bergeser, remuk mungkin.

"Bagaimana ya yang lebih tepatnya, em..." Almeera menunduk dan berbisik namun masih bisa di dengar oleh siapa saja yang ada di dalam ruangan itu "Bitch"

Camilla berdiri dengan tubuh yang bergetar "Jaga omongan mu" ia menunjuk Almeera.

Eits.. Almeera menarik benda yang berada di bawah bokongnya dan melemparkannya kearah wajah Camilla "Bawa itu dari sini"

Tidak ingin ada adengan yang lebih seru lagi Asley langsung berdiri dan merangkul pinggang Almeera mengecup pipinya barulah ia menatap Camilla.

"Kau bisa keluar sekarang Camilla" Ujar Asley dingin "Dan sekali lagi aku minta maaf"

Setelah Camilla keluar Almeera langsung nyinyir "Apaan itu, sekali lagi aku minta maaf"

Asley sengaja memerangkap Almeera dengan kedua tangannya di letakkan di kedua sisi samping Almeera, mereka bertatapan sejenak, Almeera mengaliihkan padanganya terlibih dahulu kemudian berdehem salah tingkah.

"Aku tidak mungkin tidak meminta maaf ketika seorang wanita yang terlebih dahulu menyatakan cinta pada ku. Nyalinya boleh juga"

"What! Almeera langsung menatapnya garang "Jadi wanita itu baru saja menyatakan cinta? Begitu? Biar ku beri dia pelajaran"

Almeera sudah akan mendorong Asley dan mendatangi wanita itu di ruangannya ketika Asley sudah menyatukan bibir mereka dan menyentuhnya dengan lembut. Sudah pernahkan Almeera mengatakan jika ia tidak pernah tahan dengan yang satu ini.

"sudahlah, besok juga dia tidak bekerja lagi disini"

Perfect Wings (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang