🐢 Tigabelas 🐢

5.9K 947 54
                                    

Sesuai janji, saya update satu bab lagi buat kalian. Moga, di bab ini, kalian semua makin banyak lagi ninggalin jejaknya.

Dan, yang pengen beli pdf dengan harga diskon yaitu 8 judul cerita cuma 100 ribu aja, masih bisa kok. Ayo buruan, mumpung masih ada diskon dan batas waktunya sampai 1 minggu. Di luar batas yg ditentukan, maka harganya bakal sama dengan versi ebooknya. Juga, kalian bebas milih judulnya (asalkan yg udah tamat ya).

Udah, segitu aja cuap-cuap dari saya. Selamat malam, dan semoga segala kekurangan dalam bab ini bisa dimaklumi.

🍊🍊🍊                                              

                                                             
Tanpa terasa hari-hari berlalu dengan cepat. Begitu pula dengan yang terjadi dengan putusnya ikatan pernikahan Haikal dan Puspa yang telah diputuskan melalui ketukan palu oleh hakim di pengadilan.

Tentunya Haikal merasa lega usai menyandang status duda dan terlepas dari jerat pernikahan yang selalu membuatnya kesulitan bernapas tersebut. Namun, belum lagi Haikal merayakan kebebasannya, ia sudah harus di hadapkan dengan satu-satunya orang yang selama ini mengikatnya dengan rasa bersalah, puluhan tahun lamanya Haikal tidak bisa menikmati hidup sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Meski begitu, Haikal tak ingin menjadi anak kurang ajar karena tidak menghargai wanita paruh baya yang telah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya itu. Untuk itulah Haikal berusaha bersikap ramah saat sang ibu menemuinya di rumahnya dengan menampakkan ekspresi marah.

"Kamu sudah benar-benar buat ibu kecewa, Kal." Ardenia langsung menumpahkan kemarahannya. Wanita dengan dandanan layaknya wanita kelas atas itu bahkan lebih memilih berdiri demi menunjukkan seberapa marahnya dirinya. "Sudah berulang kali ibu bilang kalau cuma Puspa yang pantas jadi istri kamu. Biarpun dia mempunyai kekurangan, bagi ibu, dia wanita yang ibu pilihkan untukmu. Tapi liatlah apa yang kamu lakukan. Nggak hanya bertindak tanpa berdiskusi dengan orang tua, tapi kamu juga dengan lancang mulai mendekati perempuan yang nantinya cuma akan morotin harta ka... "

"Cukup, bu!" meski tak rela mendengar ibu dari anaknya kembali direndahkan, sekuat mungkin Haikal berusaha menjaga agar nada suaranya tetap tenang. "Kalau memang ibu mau marah, marah saja sama aku. Jangan bawa-bawa Fia dalam permasalahan kita."

"Sekarang kamu sudah berani ya, ngelawan ibu, sampai ngebela perempuan itu segala." sorot mata Ardenia memancarkan kekecewaan. Ia masih tak percaya anak yang sejak kecil selalu patuh dan menuruti apapun perkataannya kini telah berubah. Tidak ada lagi Haikal yang penurut dan akan menuruti segala kemauannya.

                                                                       
Mendapati wanita yang telah melahirkannya kemudian terdiam dan berdiri mematung tak jauh darinya, Haikal hanya bisa menghela napas lelah. Andaikan ia adalah sosok berhati dingin yang tak akan mempedulikan perasaan orang tuanya, sudah pasti Haikal akan segera beranjak dari hadapan wanita paruh baya itu tanpa sedikitpun memiliki niat untuk meladeni setiap ucapannya.

"Kemana perginya anak ibu yang penurut itu? Kenapa hanya karena kembali dipertemukan dengan perempuan yang nggak ada harganya itu, kamu jadi berubah begini. Memangnya kamu nggak ingat lagi sama kesalahan yang ayah kamu lakukan, sampai kamu tega melakukan hal yang sama sepertinya?"

Ya Tuhan... rasanya Haikal ingin menjerit demi mengutarakan rasa frustasinya. Tetapi, sekali lagi ia kembali diingatkan bahwa yang tengah dihadapinya saat ini bukanlah orang yang boleh ia kasari ataupun ia bentak. Dosa baginya jika sampai ia melakukan itu semua.

Karena itu sedapat mungkin Haikal mengontrol dirinya agar tak lepas kendali. Lalu, setelah menghela napas berulang kali, ketenangan tersebut pun berhasil Haikal kumpulkan kembali.

Sejatinya Cinta [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang