🐢 Duapuluh 🐢

6.6K 866 33
                                    

No edit...jadi, kalau ada kesalahan dalam tiap kata ataupun cara penulisannya, mohon di maklumin aja ya.

Itu aja yang mau saya sampaikan. Selamat membaca, dan semoga cerita saya ini bisa diterima di hati kalian semua.

🍊🍊🍊

                                                                  

Fifi tidak pernah menduga bahwa kehidupannya yang tenang dan hanya di isi oleh orang-orang terdekatnya saja dalam sekejap berubah. Kehadiran dari orang masa yang silih berganti dalam hidupnya membuat Fifi tak bisa lagi menikmati suasana tenang yang selama kurang lebih enak tahun ini ia bangun.

Namun begitu, Fifi tentu tak bisa mengelak jika itu sudah merupakan takdir dariNya.

Dan, kali ini Fifi hanya bisa terdiam sambil menimbang dalam hati, apakah menerima atau menolak permintaan yang diucapkan oleh Haikal beberapa saat yang lalu. Meski tak begitu sulit, tetapi apa yang diminta oleh ayah dari anaknya itu juga membuatnya tak merasa nyaman.

Bagaimana bisa hanya dalam waktu yang relatif sebentar bisa merubah seorang nyonya besar bernama Ardenia Rahdian, yang dulunya dengan keras menolak kehadirannya kini malah meminta bertemu dengan ia dan juga anaknya. Apakah mungkin hanya dalam waktu yang tak seberapa lama itu bisa merubah sifat jahat seseorang?

"Mau ya, Fi, kamu sama Jovan ketemu sama ibuku." Haikal masih terus membujuk. Di kafe yang terletak tak jauh dari sekolahnya Jovan ini, Haikal berharap bisa meluluhkan hati Fifi, sehingga bersedia bertemu dengan ibunya.

"Kamu nggak salah dengar, 'kan?" tanya Fifi dengan nada tak percaya. "Mungkin aja waktu itu ibu kamu minta ketemu sama menantu kesayangannya dan bukannya aku." imbuhnya seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang ia duduki.

Tapi hanya dalam hitungan detik Haikal segera menjawab, "Nggak mungkinlah aku salah dengar. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa tanya sama ayahku, soalnya dia juga ada di sana."

                                                                        
Tapi Fifi yang merasa cukup mengenal watak dan perilaku wanita paruh baya yang bahkan sampai beberapa minggu yang lalu masih memandang rendah dirinya itu tentu saja tak serta merta percaya.

Pengalaman pahit yang ia alami mengajarkan Fifi agar tak menaruh seratus persen kepercayaan kepada orang lain. Terkecuali orang-orang yang sudah menemaninya di saat masa tersulitnya.

"Kalau gitu, berarti ibumu lagi nggak sadar dengan apa yang dia omongkan." Fifi masih menolak untuk percaya jika wanita paruh baya yang angkuh itu bisa berubah sikapnya dalam waktu yang sesingkat itu.

"Fi... "

"Soalnya, aku masih ingat dengan jelas tiap kata yang dia ucapkan pas kami nggak sengaja ketemu beberapa minggu yang lalu." dengan cepat Fifi menyela. Bahkan ia kembali berkata beberapa detik setelahnya, "Kamu tau, manusia itu kalaupun sikap dan perilakunya bisa berubah, pasti membutuhkan waktu yang lama. Sekarang coba bayangkan, ibumu yang terlalu memandang tinggi status serta kebanggaannya sebagai wanita kelas atas itu nggak mungkin hanya dalam hitungan minggu bisa berubah begitu banyak. Kalau tidak ada yang salah dengan isi kepalanya, pasti ada satu kejadian yang membuat dia bersikap seperti itu."

Argumen panjang yang Fifi utarakan membuat Haikal menghembuskan napas keras seraya mengumpulkan kesabaran demi menghadapi sikap bebal Fifi yang tak mudah mempercayai omongan orang lain.

Hal tersebut tentu saja bisa Haikal maklumi. Karena, penyebab utama mengapa sifat Fifi yang dulunya lembut bisa berubah sekeras dan dipenuhi dengan ketidakpercayaan itu tak lain disebabkan olehnya. Untuk hal yang satu itu, Haikal dengan sedih mengakuinya. Dan penyesalan panjang yang kini memenuhi rongga dadanya menjadi hukuman yang Haikal sadari tidak akan hilang sampai ia menghembuskan napas terakhirnya nanti.

Sejatinya Cinta [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang