Buat yang udah mau bersabar dan tetap setia nungguin cerita ini, saya mau ngucapin makasih yang banyak buat kalian semuanya. Insya Allah buat ke depannya saya akan fokus untuk nyelesaiin dua cerita saya yang masih belum selesai.
Mumpung saya juga udah selesai nulis ekstra part untuk cerita Maudy buat versi e-booknya, mudah-mudahan waktu saya nggak tersita untuk hal lainnya lagi.
Oh iya, sebelum kalian baca, saya numpang promosi sedikit ya. Soalnya saya mau kasih liat cover ceritanya Ghifari Biantara (Jodoh Sang Duda) buat versi cetaknya. Covernya bisa kalian liat di bawah ini👇
Dan untuk versi cetaknya nanti, nggak akan ada bagian ataupun adegan yang diedit.
Buat yang nanti benar-benar niat ngoleksi ceritanya Fari, saya bakal kasih info kapan open PO-nya. Jadi ditungguin aja ya, infonya dari saya.
🍊🍊🍊
Pagi-pagi sekali Fifi sudah memulai aktifitasnya. Dimulai dari membersihkan rumah sampai untuk memasak sarapan ia kerjakan sendiri. Bukan karena tak mampu membayar orang untuk membantunya mengurus rumah, hanya saja Fifi lebih senang melakukan semuanya sendiri. Prinsipnya asalkan ia sanggup, untuk apa melibatkan orang lain dalam hidupnya.
Sehingga saat si jagoan yang menjadi pelipur lara serta sumber kebahagiaannya itu bangun dan mulai meneriakinya ibuk, maka hanya tinggal merentangkan kedua tangan untuk menyambut tubuh gempal itu dalam pelukan tanpa harus direpotkan dengan hal lainnya.
Seringkali kali Fifi merasa geli dengan panggilan Jovan untuknya. Namun saat ditanya kenapa lebih suka memanggil ibuk ketimbang bunda ataupun mama, maka anaknya itu dengan entengnya menjawab suka aja.
Jika sudah begitu, Fifi hanya bisa pasrah dan akhirnya menerima bahwa biarpun sudah sekian tahun hidup di kota, ternyata kenangan akan dirinya yang berasal dari desa dimana anak-anak lebih suka memanggil ibuk atau mak terus diingatkan oleh si buah hati yang telah menyita seluruh perhatiannya.
Jadinya, semakin ke sini Fifi mulai membiasakan diri. Setidaknya dengan panggilan Jovan tersebut, ia bisa mengenang masa lalu dimana kasih sayang seorang ibu masih bisa ia dapatkan, walau tak bisa sepenuhnya
"Nenek kapan pulangnya, buk? Ovan 'kan kangen. Soalnya nggak ada yang masakin Ovan kue lagi. Soalnya 'kan kue buatan nenek enak, jadinya Ovan suka makannya."
"Oh... jadi kue buatan ibuk nggak enak nih, ya? Makanya nyariin nenek melulu." Fifi membuat ekspresi merajuk, lalu kembali berkata, "Ya udah deh, besok-besok ibuk nggak mau lagi buat kue untuk anak yang nggak sayang sama ibunya ini."
Segera saja Fifi merasakan sepasang tangan kecil itu melingkar di lehernya. Disusul dengan kecupan basah di seluruh wajah. Mendapat perlakuan manis seperti itu, Fifi harus berusaha keras merapatkan kedua bibirnya agar tak tertawa, lalu berakhir mencium pipi anaknya yang sebulat bakpao itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejatinya Cinta [ TAMAT ]
Romance- Ekstra part hanya ada dalam versi ebook, pdf, dan mungkin nanti cetaknya - Sewaktu-waktu akan dihapus kalau cerita ini sudah tamat - Sudah tersedia dalam versi ebook di google play Dulu, Luthfia Fithri hanyalah seorang gadis lugu dan buta akan art...