8. Worry (2)

1.8K 246 10
                                    

Mohon Vote Sebelum Maupun Setelah Membaca. Terimakasih Sudah menjadi Bagian Dari Cerita Ini! Selamat Membaca! Borahae Yeorobun 💜✨

Setelah menarik zipper jaket paddingku, aku membuka pintu atap. Angin dingin langsung menyambut serta menyambit kulitku hingga membuat ku sedikit bergidik.

Jam makan siang ini aku ingin berbaik hati memberi kesempatan kepada orang-orang itu untuk membicarakanku seperti biasa. Karena itu aku memutuskan untuk makan siang di atap sekolah dengan cuaca dingin seperti ini.
Bohong~ aku hanya malas menghadapi mereka yang berpura-pura.

Aku berjalan perlahan dan duduk di sudut tembok untuk meminimalisir angin yang menerpaku.

Baru saja aku melahap bekalku, tiba-tiba terdengar suara engsel pintu karat yang jelas tadi sudah kututup, membuatku menjulurkan kepalaku untuk melihat siapa yang datang.
Namun hal pertama yang aku lihat adalah sepasang kaki dengan langkah yang dingin menghampiriku dan kini tepat di depan wajahku.

Aku mengikuti alur tubuhnya dari kaki hingga ke kepala dan mendapati seseorang yang sedang memegang plastik putih yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

"Hai"
Wajahku tersenyum tanpa sadar, darahku seolah kembali mengalir, seperti sihir yang sedang membuatku lupa bahwa disini sangat dingin. Aku langsung berdiri dan menyikap rambut ku yang tersangkut di telinga.
"Ada apa? Disini dingin"

Yoongi menekan pundakku untuk memberi tanda kita harus segera duduk. Membuatku sedikit bertanya-tanya sekaligus senang.

"Sudah tau dingin, masih ingin diluar. Menyusahkan saja"
Jawabnya cetus sembari membalik plastik putih itu dengan asal hingga isinya berserakan di lantai.

Aku melihat berbagai macam obat disini, ada yang berbentuk tablet, salep, hingga pill.

"Memangnya kau pikir aku sakit apa?"
Kataku terkekeh.

Aku sangat senang bukan kepalang hanya dengan kehadirannya. Kini dia datang mengkhawatirkanku adalah hal yang harus ku syukuri sekarang.

Aku tersenyum tak berhenti hingga dia melepas kacamataku dan wajah datarnya sedikit mendekat pada wajahku.

Sadar sedang mengalami lebam yang pasti membuat wajahku tidak sedap dipandang, aku langsung memalingkan wajahku ke arah lain. Karena se memalukan apapun hidupku tidak lebih malu jika wajah jelekku terlihat oleh orang yang kusukai.

Dengan cepat dia mengembalikan arah pandangku ke wajahnya, kami saling memandang membuat ku terkadang salah fokus ke arah bibirnya yang indah.

Kini dia membuka salah satu salep dan mengoleskannya ke bagian mata dan pelipisku yang lebam.

Jemarinya yang lembut mengusap dengan lembut bagian lebamku yang pastinya sangat jelek ini, sesekali dia menyikap helai-helai rambut ku yang menempel di bagian yang sedang diobati.

Tidak pernah merasa se tergila-gila ini kepada seseorang, dan kini orang itu sedang bersikap manis di depan wajahku. Membuatku kini salah tingkah dan ingin mencari topik untuk sedikit melegakan ketegangan yang menyenangkan ini.

"I..ini obat apa? Co.. coba kulihat sepertinya maha-"
Aku tercengang setelah membaca judul yang besar hurufnya menutupi setengah bagian salep itu.
"YA! Ini salep untuk sembelit! Ini harusnya dipakai di bokongmu bodoh! Kau pikir wajahku ini apa?"

DAEGU'S TRIANGLE (MYGxYOUxKTH) •ENDING•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang