Mata sinis nan tajam selalu tertuju padaku, Aku menjadi korban bullying karena sikap ku yang tidak bisa berpura-pura, terlalu jujur? Blak-blakan? Entahlah orang-orang itu bilang kalau aku wanita bar-bar.
🚨 15+🚨
Mohon Pembaca Bijak Memilih Bacaan.
...
Mohon Vote Sebelum Maupun Setelah Membaca. Terimakasih Sudah menjadi Bagian Dari Cerita Ini! Selamat Membaca! Borahae Yeorobun 💜✨
Walaupun cuacanya tidak sedingin minggu lalu tapi menunggu selama 5 jam di luar tanpa sarung tangan dan syal adalah hal yang bodoh. Beberapa kali aku menggosokan kedua tanganku untuk menghangatkan diri. Tapi Yoongi tak kunjung tiba.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku hanya bisa menangis hingga pipiku terasa membeku sambil terus mengingat perkataan Taehyung yang dilihat dari celah manapun tidak ada yang salah.
Aku pasrah dalam dingin dan memutuskan untuk kembali kerumah atau aku bisa mati kedinginan di tengah malam. Tapi sepertinya harapanku tidak sepenuhnya pupus karena sebuah mobil tiba-tiba terparkir beberapa meter di depanku yang kini sedang terduduk sambil memeluk kedua lututku di dekat sungai.
Pengelihatanku samar karena terlalu banyak menangis tapi bisa kupastikan Yoongi belari dari mobilnya ke arahku sambil melepaskan sweater merah tebalnya yang terlihat hangat. Seperti kembali dari kematian, aku lega melihat Yoongi tidak membuangku. Setidaknya ada 1 perkataan Taehyung yang salah membuatku akhirnya bisa berhenti menahan nafas.
"Maaf aku terlambat. Ya ampun kau demam!" dia menyelimutiku dengan jaketnya dan menggendongku di kedua lengannya yang kuat setelah memeriksa dahiku yang memerah karena kedinginan. Seluruh tubuhku memang kelu, tapi hatiku cukup sehat untuk merasa senang karena Yoongi mengkhawatirkanku saat ini.
Namun, belum sempat Yoongi melangkah lebih jauh, aku memutuskan untuk turun dari lengannya dan kembali ke pinggir sungai.
"Yak! Kau gila?"
Aku tersenyum sambil berjalan terhuyung kepinggir Han River. Tentu Yoongi terpaksa menuntunku dan menuruti kemauanku.
"Yoongi" Kataku dengan lembut.
"Hm?"
"Apa kau menyayangiku?"
"Tentu"
"Apa kau mencintaiku?" Yoongi terdiam sejenak membuatku sedikit kecewa.
"Apa perlu ditanya jika aku terus mengkhawatirkanmu seperti ini sepanjang waktu?"
"Tapi mengapa aku menjadi yang kedua?" Dia kembali terdiam tapi kali ini dia menoleh ke arah lain. "Maaf, aku terlalu egois ya?"