18. Stigma

1.2K 151 8
                                    

Mohon Vote Sebelum Maupun Setelah Membaca. Terimakasih Sudah menjadi Bagian Dari Cerita Ini! Selamat Membaca! Borahae Yeorobun 💜✨

Sudah hampir 2 bulan aku dan Taehyung resmi menjadi sepasang kekasih. Tentu saja teman-temanku tidak ada yang kaget menimbang kedekatanku dengan Taehyung sudah sering terlihat.

Tidak banyak yang berubah dari kami, kecuali kontak fisik untuk melepas rindu. Kami sarapan bersama, berangkat bersama, bertengkar kecil seperti biasanya. Cukup romantis sesekali membuat para teman-teman kampusku yang mengagumi visual Taehyung menjadi iri.

"Taehyung-ah!" Panggilku dari lobby fakultas kedokteran begitu melihatnya keluar dari lab.

"Hei." Taehyung menghampiriku sambil melebarkan tangannya, lalu memelukku untuk melepas rindu setelah lebih dari seminggu dia pergi ke America untuk bertemu saudara tirinya, yaitu Yoongi. "Kabarmu baik? Maaf pagi ini aku tidak sempat menjemputmu, aku sudah telat."

"Aku sedikit lelah akhir-akhir ini dengan pekerjaanku, tapi tak apa! Sekarang aku sedang mengisi energiku." Aku mengeratkan pelukanku gemas pada Taehyung. "Bagaimana kabar Yoongi" ujarku santai.

"Ehm, dia baik. Aku khawatir dia kelelahan, jadwalnya padat sekali. Tapi dia suka pekerjaannya, mau bagaimana lagi."

"Ooh begitu?" Aku sedikit ragu karena— oh! aku ingat sekarang. Sewaktu SMA, Yoongi pernah menceritakan tentang cita-citanya menjadi musisi. Tapi orang bisa berubah, kita semua berubah, termasuk diriku.

"Iya! Bayangkan saja jika dia punya keinginan lain. Pasti aku yang akan disuruh meneruskan perusahanan dan belajar di America." Katanya seraya menyipitkan matanya. "Sudahlah, Bagaimana kalau kita kencan? Kelasmu sudah berakhir?"

"Eoh, aku hanya perlu menyerahkan ini pada Profesor Song."

"Hari ini kau tidak bekerja bukan?"

"Tentu saja tidak. Hanya untukmu." Aku mengedipkan mataku genit.

"Cih dasar penyihir. Ayo!" Dia menarik tanganku antusias menuju mobilnya.

"Kita mau kencan dimana?— ini pasangkan." Pintaku mengarah pada seatbelt ku yang belum terpasang.

"Hmm... taman bermain? Akhir-akhir ini sepertinya cuacanya mulai hangat." Jawabnya seraya memasangkan seatbelt ku dengan trampil.

"Aku malas berjalan."

"Lalu?" Tanyanya kini terfokus pada jalan.

Aku terdiam sejenak melihat ponsel untuk mencari referensi, tapi nihil. "Terserah"

"Tck, dasar wanita."

"Ah!" Kataku teringat sesuatu. "Kita kerumahmu saja, pesan online Se Bucket Ayam Goreng lalu menonton Netflix. Sempurna bukan?"

"Kalau itu memang maumu." Dia mengangkat pasrah bahunya lalu langsung membawaku ke rumahnya dengan kecepatan penuh.
.
.
"Permisi~" aku masuk ke rumahnya yang begitu besar, disambut beberapa pelayan yang sibuk mengambil alih mantel dan juga tasku.

Sesungguhnya aku jarang sekali ke rumah Taehyung. Bukan karena sungkan— ibunya Taehyung justru memperlakukan aku dengan baik, aku juga pernah sekali bertatap muka dengan ayahnya Taehyung di America melalui Video Call— tapi setiap kali aku kerumah besar ini, hanya rasa tidak nyaman yang ada padaku, entah mengapa.

"Tolong ambilkan beberapa camilan dan— kau ingin minum apa?" Dia bertanya padaku sebelum menyelesaikan kalimatnya pada salah satu pelayan.

"Hmm... aku akan senang jika kamu membawakanku air putih." Aku tersenyum pada pelayan itu lalu beranjak naik ke atas menuju kamar Taehyung, tentu saja bersama Taehyung.

DAEGU'S TRIANGLE (MYGxYOUxKTH) •ENDING•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang