Mampir (lagi) si tua ke bilik sendu,
menyelisik ruang kalbu dengan syahdu."Ah, ketemu!"
Ujarnya serak,
mata mulai berkehendak.Ditemani cahaya purnama,
sebatang kretek tidak bernama,
serta orang tua,
mengawang ia ke angkasa menuju fatarmogana menjelma duka.Setengah sadar, mulai si tua melucuti penutup ruh sembari sesekali mengelap peluh. Bibirnya napsu melumat manis memori yang candu.
Hingga ia luruh-terperosok ke jurang elegi yang riuh.
Sampai esok baskara pulang,
"Bodoh!" Umpatnya berulang.-Si September