3. New Vibes, But Similar

5.6K 803 5
                                    

Bugatti hitam bercorak garis oranye melesat laju membelah jalanan ibu kota yang cukup lengang. Sepasang insan yang berada di dalamnya tampak enggan memecah keheningan── sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pemuda tampan dengan balutan seragam sekolah yang melekat pas di tubuh atletisnya terlihat fokus menyetir besi roda empat itu, sementara gadis jelita yang duduk di bangku samping pengemudi sedang fokus menatap jalanan yang mereka lewati.

Lavena merasa takjub dalam hati. Di novel memang dideskripsikan bahwa Hevadal termasuk dalam kategori negara ter-tertib dan terbersih. Hal itu terbukti nyata, sebab di Deeown City── ibu kota Hevadal, sekaligus tempat tinggal Lavena dan para tokoh novel── tampak sangat tertib dan terasa nyaman.

Tidak banyak kendaraan pribadi yang berlalu lalang, sebab masyarakat lebih memilih untuk menaiki kendaraan umum ataupun berjalan kaki. Hal tersebut menyebabkan situasi jalanan menjadi tenang karena tidak adanya macet. Selain itu, jarang sekali terdengar bunyi klakson kendaraan yang memekakkan telinga. Lavena juga tidak mendapati asap kendaraan yang menggangu penciuman, sehingga udara di perkotaan masih terasa sejuk dan asri.

Sangat berbanding terbalik dengan kota yang ia tempati saat masih menjadi Riona Esmeray. Subuh-subuh sekali jalan raya sudah dipadati kendaraan. Menghirup polusi sudah menjadi makanan sehari-hari. Masih untung pemerintah menanam beberapa pohon di tepi jalan, meskipun jumlahnya sedikit. Walaupun hal itu tidak cukup membuat udara di sekitarnya menjadi sejuk, setidaknya pohon-pohon tersebut dapat berguna sebagai peneduh jalan.

Ketika mobil sport mewah itu berhenti di kawasan parkir khusus, Lavena bergegas membuka pintu. Dahi gadis itu berkerut samar, mendapati pintu yang masih terkunci. Terpejam sejenak guna mengubur rasa kesalnya, lantas gadis itu menoleh pada sang pengemudi.

"Buka pintunya." Pinta Lavena setenang mungkin.

Declan tidak menanggapi, alih-alih pemuda itu secara mendadak memajukan tubuh── tak urung membuat Lavena reflek mundur hingga tersudut, menatap Declan penuh waspada. Rasa-rasanya Lavena ingin memukul wajah Declan agar menjauh, namun gadis itu enggan mencari masalah dengan sang tunangan untuk saat ini. Rasa sakit akibat tembakan feromon Declan kemarin masih membuat Lavena bergidik.

Respon Lavena yang menciut seperti kelinci yang ditawan oleh serigala membuat Declan menarik tipis sudut bibirnya. Declan memang tidak mempunyai perasaan lebih pada Lavena, namun pemuda itu selalu merasa terhibur setiap melihat gelegat panik Lavena. Gadis itu terlihat sangat menggemaskan di matanya.

Setelah melumat singkat bibir Lavena, Declan tidak langsung menjauh── alih-alih sepasang netra seindah permata safir miliknya menatap Lavena lurus, menanti ekspresi yang akan ditunjukkan sang gadis. Tatapan Declan menyorot semakin tajam ketika mendapati respon Lavena di luar ekspektasinya. Gadis itu tidak terlihat malu-malu dan terangsang seperti biasanya, alih-alih manik amethyst itu memancarkan kemarahan.

"Lav, aku ada berbuat salah? Kamu bertingkah aneh sejak kemarin." Meskipun bukan nada yang lembut, namun Declan bertanya penuh perhatian. Satu tangan besar pemuda itu menyentuh halus pipi merona Lavena.

Jika saja Riona Esmeray tidak membaca novel itu, mungkin dia juga akan terhanyut dalam pesona Declan sebagaimana Lavena Hanasta Sepehr yang asli. Karakter Declan Thaddeus D'arcy itu complicated. Lelaki itu tampak dominan dan penuh intimidasi, namun secara bersamaan, Declan tidak 'memaksa' orang lain untuk merangkak di bawah kakinya. Declan mempunyai cara tersendiri yang mampu membuat orang-orang secara sadar mendewakannya, tanpa harus mengancam atau berbuat huru-hara.

Declan bukan tipikal orang yang penyabar, namun, lelaki itu tidak akan menunjukkan emosinya secara gamblang. Declan selalu bersikap setenang air, tetapi secara bersamaan akan membelit hingga tercekik siapapun yang dirasa mengganggunya.

𝐅𝐀𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 𝐈𝐍𝐓𝐎 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐄𝐄𝐏 𝐄𝐍𝐃 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang