Dering khas alarm memecah keheningan ruangan. Untunglah sang pemasang tipikal orang yang langsung bangun begitu mendengar suara yang cukup nyaring itu. Meraih benda elektronik pipih miliknya yang terselip di bawah bantal, lantas dengan mata yang sedikit tertutup gadis itu menonaktifkan alarmnya.
Lavena terdiam menatap langit-langit ruangan── mengumpulkan nyawanya sejenak, setelahnya bangkit duduk. Manik amethyst bulat miliknya langsung terpaku pada seorang remaja laki-laki berkacamata tebal dengan seragam sekolah kebesaran yang tampak fokus membaca buku di sofa seberangnya.
Lavena dan Magnus kini sedang berada di gudang tak terpakai yang ada di rooftop sekolah── yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, dan kemudian menjadi tempat persembunyian pribadi milik Magnus. Serta merta Lavena sedang berusaha menghindari Declan yang terus saja merecokinya sejak kemarin malam── setelah Lavena mengangkat teleponnya malam itu.
Malam itu, setelah berakting seolah kekasih yang sangat tersakiti, Lavena langsung mematikan panggilan telepon secara sepihak tanpa mau memberikan kesempatan pada Declan untuk berbicara. Tidak lupa memblokir nomor sang tunangan demi menghayati peran. Dan Lavena berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali demi menghindari lelaki itu. Beruntungnya, mereka tidak sekelas. Sehingga Lavena dengan mudah melarikan diri ke teritorial pribadi Magnus begitu bel istirahat berbunyi.
Menjadikan wilayah pribadi Magnus sebagai tempat persembunyian memang sedikit membuat Lavena cemas. Sebab bagaimana pun, lelaki itu merupakan seorang pembunuh handal yang tidak akan berpikir dua kali ketika melenyapkan orang lain. Ibaratnya, keluar dari kandang harimau, masuk ke sarang serigala.
Tetapi, mengingat mereka sudah terikat kontrak kerja sama yang mutualisme, Lavena yakin Magnus tidak akan berbuat macam-macam padanya. Magnus tidak akan menyingkirkan oknum yang sekiranya menarik dan memberikan keuntungan untuknya── begitulah yang tertulis di dalam novel tentang penjabaran singkat karakter sang villain.
"Kamu akan kembali ke kelas? Tidak ingin membolos aja sampai jam pulang? Pasti capek main petak umpet seharian." Interupsi Magnus, melirik sekilas pada Lavena yang sedang melakukan gerakan peregangan── sebelum kembali mengalihkan atensi terhadap buku bacaan.
"Declan nggak akan bertingkah berlebihan."
Declan bukan tipikal male lead yang mudah tantrum ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Di novel, setiap kali Lianna berusaha melarikan diri darinya, Declan tidak langsung menunjukkan sisi gilanya. Pertama-tama, Declan akan mengintai pergerakan sang target seperti predator buas. Dan ketika target mulai lengah, barulah Declan menggigit leher mangsanya tanpa ampun.
Tetapi, Declan tidak akan melakukan itu pada Lavena karena dia bukan female lead. Declan tidak memiliki ketertarikan dan cenderung bersikap tidak peduli tentang apapun yang berkaitan dengan Lavena. Jadi, dengan Lavena mengabaikan Declan sejak kemarin malam, pasti saat ini male lead itu sudah mulai jengah.
"Lalu, kenapa kamu berusaha sekeras itu untuk bersembunyi darinya?" Magnus mendengus malas, tidak habis pikir melihat pola tingkah Lavena yang rela menghabiskan banyak tenaga demi menghindari sang alpha── di saat gadis itu tahu bahwa yang ia hindari justru bersikap tidak acuh.
"Malas aja liat mukanya." Respon simpel Lavena. Gadis itu bangkit berdiri sembari memperbaiki seragamnya yang sedikit berantakan, lalu melayangkan senyuman manis. "Aku kembali ke kelas duluan."
Berdehem singkat sebagai tanggapan, setelahnya Magnus bersandar lemas pada punggung sofa begitu Lavena beranjak keluar ruangan. Melepas kacamata tebal dan menutup mulut menggunakan satu tangan, Magnus memicing tajam── tampak sangat kesal dan tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐋𝐋𝐈𝐍𝐆 𝐈𝐍𝐓𝐎 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐄𝐄𝐏 𝐄𝐍𝐃
Teen Fiction𝗦𝗧𝗔𝗧𝗨𝗦 : 𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚 [Material contents : transmigrasi, omegaverse, dark romance, dirty/vulgar words, obsessed, adult, violence, red flag characters] Riona Esmeray (22) merupakan seorang pekerja bar dengan sifat blak-blakan dan garang guna...