xiii. kambuh

21 2 0
                                    

jungkook membiarkan gue untuk nangis dulu. udah sekitar setengah jam kita diem.

dia ngasih gue tisu.

dia berhak tau.

"mama dulu suka bungkem gue di kamar. ruangan kecil. yang gue denger cuma ada teriakan nyokap dan bokap, suara pecahan gelas-- tangisan veli waktu itu, dia masih setengah tahun. gue baru 1 tahun lebih. dan-- velma kabur dari rumah." kata gue ngejelasin.

jungkook genggam tangan gue yang bergetar.

"disitu gue phobia. sama ruangan kecil. kegelapan. dan teriakan orang." kata gue, "mama, gak pernah bisa ngertiin gue. dia berusaha. tapi itu salah. dia berusaha happy didepan gue seakan gue bener-bener anak yang disayang,"


and then gue dongak. tersenyum dengan mata gue yang bengkak.




"its okay, juki! gini effort anak tengah." kata gue dan buka pintu mobil.










jungkook megang tangan gue yg satunya, "virla. maaf, gue, gak seharusnya bukan orang yang dengerin ini. seharusnya jinyoung." kata dia. gue bingung.

"ngga. kenapa harus dia?"

"nothing. gue gak ngerasa gue bukan orang yg pantes dengerin cerita masa lalu lo." kata dia.

"lo orangnya, juki." kata gue, dan pergi, menuju rumah gue.

🌟

pagi-pagi. gue masih sembab kayak biasanya cuma si nyokap, dia nanya ke gue apa yang salah. tapi gue diemin aja. dia gak peduli.

gue keluar hanya untuk mandi. latihan hari ini pagi, jadi gue harus berangkat awal, makan aja gasempet. meskipun bukan gue yg piket sih, tapi yeri ngajak bareng.

"virla duluan." ujar gue pamit, dan segera keluar rumah menuju halte. iya, gue sama yeri ketemuan di halte, dia udh duluan naik bis, karena dia lebih jauh.




btw, yeri gak tau soal masalah gue ini. one and only banget ya cuma jungkook kemaren. dan, gue gak tau kenapa tapi gue percaya sama jungkook.


dia bukan tipikal yang kekanak-kanakan, tapi dia dewasa which i really like. dia punya sisi yang enak untuk disandarkan masalahnya.











tapi, sifat-sifatnya susah ditebak.

latihan kali ini berat banget. kita mau ada pertandingan nasional kan sebentar lagi dan kita semua berlomba-lomba biar diikutin karena cuma bisa 6-7 orang yang jadi pemain inti.

pelatih ngebebasin kita untuk latihan sendiri. tapi yeeun malah nyuruh kita untuk bagi dua tim dan saling lawan. biar bisa tau nanti gimana ngelawannya.

nguras tenaga banget. dari jam 7-12 siang tuh kita full latihan. literally latihan yang ekstra banget.

karena udh ngerasa cukup, pelatih ngebolehin kita untuk istirahat.







gue keluar untuk cari makan. sama yeri dan irene juga.

"eh virla. mau ke kantin juga?" tiba-tiba muncul jinyoung di depan ruang latihan voli putri bersama teman-teman jinyoung, sekomplotan cabor renangnya.

"...iya," jawab gue lemes, ngehindar dari dia sejak kejadian kemaren (HAHA) dan jalan duluan.




dunia jadi keputer. mata gue gemeteran, lalu pandangan makin lama gelap, dan gue jatoh.





"virla!" teriak jinyoung, nyamperin gue yang lagi duduk sambil megangin kepala gue. dia jadiin lengannya untuk sandaran badan gue, lalu dia gendong gue.

🌟

gue gak ngerti ini gimana yang penting sekarang gue udh di atas kasur. disamping gue ada jinyoung. gue buka mata, dan ngerang karena kepala pusing banget.

jinyoung langsung lepas earphonenya, "udah enakan, virla?" tanya dia sambil bantuin gue duduk.

gue ngangguk dikit, lalu mau pergi, "udah ya jinyoung. gue latihan lagi." kata gue, berdiri, namun dicegat sama jinyoung.

"eh eh nggak! istirahat dulu," ujar dia, nahan bahu gue, malah buat gue deg degan. ah pokoknya harus menghindar dari dia!1!1

gue nakis tangan dia, lalu berjalan keluar uks. dia malah teriak teriak sambil kejar gue. sampe akhirnya gue masuk ke ruangan yang gue gak tau itu ruangan apa.

"virla?!" lalu gue lihat jungkook, di bawah lagi duduk dengan buku bacaannya. gue ngelihat sekitar, sudut sudut ruangan begitu deket sama pandangan gue.

phobia terhadap ruangan kecil gue kambuh.

[2] Ibig; jeon jungkook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang