Prolog

1.1K 115 20
                                    

Lucifer sedang asyik menikmati anggur merah, gelasnya digoyang pelan, sembari memperhatikan istrinya sedang melakukan yoga. Mereka berdua sedang menyewa kamar di lantai paling atas di salah satu hotel Singapura.

"Aku tak tahu kenapa minuman ini populer di kalangan anak muda sekarang, aneh," gumamnya bingung.

Dia beranjak dari tempat duduknya, mendekatkan diri di jendela kaca hotel, menerawang jauh ke atas langit malam, di mana bulan menggantung bersama bintang.

"Sepertinya akan terjadi hal-hal menarik," Lucifer tersenyum penuh misteri.

Ethan sedang duduk merenung di taman sekolah, dia tak ada kelas di jam itu sehingga hal ini membuatnya bosan.

Sesekali dia melihat gawainya, tak ada berita menarik.

"Kenapa tak ada sesuatu yang menarik akhir-akhir ini? Aku merasa hampa," keluh Ethan menghela napas. Matanya menengok ke lapangan sekolah, dia melihat Emily yang sedang bermain bola tangkap dengan teman sekelasnya. "Oh ya ampun, dia benar-benar cantik sekali."

Mendadak dia merasakan energi kuat datang dari langit dengan cepat menghantam permukaan Bumi. Ethan melompat berdiri.

"Tunggu, apa ini? Arahnya dari sana," Ethan bergegas berteleportasi ke pusat energi.

Dia muncul di tengah hutan yang di antara pohon-pohon besarnya muncul kawah seukuran lapangan sepak bola. Ethan melihat semacam plat dari baja seukuran tutup panci di tengah kawah.

"Jangan diambil sembarangan, bodoh!" seru seseorang.

Ethan menengok ke sumber suara, mulutnya membentuk seringai menyebalkan ketika mengetahui sosok itu.

"Hooo... Gray Aldric, kukira siapa," serunya.

"Sudah lama kita tak bertemu, Ethan," balas pemuda berambut hitam tersebut. Gray meluncur ke bawah, berdiri di dekat Ethan.

"Ini seperti logam yang aneh," kata Gray berjongkok memeriksa sumber ledakan.

"Apa kau tadi merasakan ada getaran aneh dari luar Bumi?" gumam Ethan bertanya kepada Gray.

Gray berdiri. "Ya, semacam energi lembut namun kuat keberadaannya, hanya dalam sekejap terus menghilang."

"Berarti bukan hanya aku saja, kupikir tadi aku berhalusinasi. Kekuatan yang misterius mungkin dari makhluk asing,"

"...atau mungkin dari dewa,"

"Apa kita tinggalkan saja batu itu, Gray?" tanya Ethan. Dia mendongak ke atas. "Sepertinya ada orang yang akan datang,"

"Lebih baik kita amati saja perkembangannya. Lagipula buat apa mengambilnya,"

"Kau benar, aku akan kembali ke sekolah. Jika ada apa-apa kita akan saling menghubungi,"

Gray mengangguk. Kemudian keduanya pergi berteleportasi.

Dua helikopter terlihat Berputar-putar di udara sesaat setelah Gray dan Ethan pergi. Mereka menurunkan beberapa orang mengenakan APD di dekat kawah, memeriksa sumber ledakan tadi, lalu membawa logam tadi memasukkannya ke dalam peti, dan diangkut ke dalam helikopter menggunakan tali. Ada logo perusahaan di helikopter tadi, logo perusahaan milik seorang wanita muda yang sedang naik daun belakangan ini.

***

Gray duduk merenung di taman belakang markas Ordo Exorcist. Dia membelai lembut kepala Djin yang bergelung manja di pangkuannya.

"Meongg," Djin mengeong melihat rekannya itu terlihat melamun.

"Aku hanya memikirkan sesuatu," kata Gray lembut. "Tapi aku bingung itu apa, firasatku mengatakan tak lama lagi akan ada kejadian yang buruk datang,"

"Meoong,"

Gray tersenyum. "Kau mau makan apa hari ini?"

***
Emily menghampiri Ethan yang melambai ke arahnya, gadis itu penuh dengan keringat. Rambut pirangnya dikuncir kuda.

Ethan mengulurkan sapu tangan bersih kepadanya.

"Terima kasih," ucap Emily melepas kacamatanya, dan membersihkan keringat di wajah serta lehernya. Dia melihat Ethan tampak sedang mengarahkan kamera gawai ke arahnya. "Kau sedang apa?"

"Aku hanya sedang mengabadikan kecantikanmu bahkan saat berkeringat seperti ini di IG Story milikku," kata Ethan nyengir.

Semburat kemerahan muncul di wajah Emily. Dia sampai tak bisa berkata-kata lagi.

"Yah sebelum ada sesuatu yang menghampiri kita nanti," tambah Ethan dalam benaknya, mendongak ke atas langit.

***

Helikopter itu turun di helipad belakang gedung. Seorang cewek antusias melihatnya. Matanya Berbinar-binar layaknya anak kecil. Di dekatnya ada gadis lain yang lebih muda, terlihat malu-malu.

"Kau lihat Kara, kita mendapat mainan baru malam ini," kata gadis itu senang. Mulutnya membentuk seringai lebar.

Beberapa ratus ribu kilometer dari Planet Bumi, sebuah kapal tempur kecil melesat cepat bak komet. Pesawat itu kini sedang menuju Bumi jika dilihat dari jalur lintasannya.

"Aku harus menghentikan kehancuran planet ini," ucap pilot pesawat itu lirih.

Aegis: AnunnakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang