• 09 •

859 104 11
                                    

"Operasinya bakal berhasilkan??"

"Pastii! Lo pesimis bangett sih, sahabat lo dia tuh!" Sentak Sunwoo

"Bukannya pesimis... Gue takutt..." Hyunjin benar-benar khawatir. Perkataan Hyunjin tersebut, membuat Sunwoo dan Jongho terdiam. Benar apa kata Hyunjin, mereka juga takut.

Jisung sedang dioperasi, dan hanya mereka bertiga yang menunggunya. Dan pastinya dengan seizin kedua orang tuanya.

Hampir menunggu kedatangan kerabat/keluarga Jisung selama 6 jam lebih, dan ga ada yang datang. Akhirnya mereka memutuskan untuk menelpon ibu Jisung.

Panik, pasti. Tapi hanya karena pekerjaan, ia ga bisa datang. Dan yang bisa dilakukannya sekarang mengizinkan agar Jisung dioperasi. Untuk diambil peluru yang sudah tertanam di tubuhnya.

"Gara-gara kalian!" Sentak Jongho tiba-tiba.

Lantas Hyunjin dan Sunwoo menengoknya.

"Coba aja kalian ga ngajak kita ikut demo kayak gitu, ga bakal ada kejadian seperti ini!" Bentak Jongho. Matanya berkaca-kaca.

"Tapi kok gua ikut disalahin?! Yang ngajak Hyunjin doang ya!"

"Lo tetep salah, dari kita bertiga cuma lo yang berani sama Hyunjin! Kenapa waktu itu lo ga nolak aja?!"

"Gua salah mulu anjing, bilang aja lo masih dendam sama gue!" Sunwoo emosi. Selepas mengatakan itu ia pergi meninggalkan Hyunjin dan Jongho.

"Bodo amat.." Lirih Jongho, menyusul Sunwoo pergi dari sana. Tetapi berbeda arah.

Hyunjin melihat kepergian kedua sahabatnya itu. Hatinya dipenuhi rasa bersalah. Yang membuat Jisung seperti ini, dia. Yang membuat Jongho dan Sunwoo marahan lagi, juga dia.

Entahlah, membuat Jongho dan Sunwoo baikan itu susah. Karena memang dari awal Jongho dan Sunwoo itu bisa dibilang..... Saingan dan musuh.

Ia mengacak rambutnya frustasi. Ia meringkuk, membenamkan kepalanya di lututnya. Lalu menangis di sana.



 Lalu menangis di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(cr: Pinterest)

• • •

Di sini, Hyunjin masih nunggu. Udah sekitar  3 jam Jisung dioperasi. Susah untuk mengambil peluru, apalagi peluru tersebut mengenai dada Jisung.

Dokter pun keluar ruangan, buru-buru Hyunjin mendekati sang dokter.

"Gimana dok? Berhasilkah? Sahabat saya tidak apa-apakan?" Tanya Hyunjin bertubi-tubi.

"Tenang nak.. Pasien atas nama Jisung sudah melewati masa kritisnya. Peluru yang berada di dadanya sudah diambil. Tinggal menunggu temanmu itu bangun dari koma." Tutur sang dokter.

"Makasihh banyak dok... Terimakasiihh.."

"Itu adalah kewajiban saya sebagai dokter. Sebaiknya kamu sekarang ke ruangan pasien, tadi ia sudah diantarkan ke ruangan oleh suster-suster."

"Baiklah, terimakasih sekali lagi."

Setelah ia membungkukkan diri, Hyunjin berjalan, setengah berlari ke ruangan Jisung

Ia menemukan ruangan Jisung, lantas ia masuk. Terpaparlah Jisung yang sedang dipasangkan ifusan oleh suster.

Hatinya nyeri, sangat nyeri. Melihat sang sahabat tak berdaya dan pucat seperti saat ini.

Para suster sudah selesai memasangkan infus, menjelaskan ini itu kepada Hyunjin. Lalu pergi dari ruangan.

"Kami do'a kan temanmu agar cepat membaik."

"Aamiin, makasih sus."




Hyunjin duduk di kursi sebelah Jisung. Menatapnya dalam, "Maaf.." gumamnya.

Sebenernya ga sepenuhnya salah Hyunjin. Hyunjin cuma ngajak demo doang. Tapi entah kenapa Hyunjin merasa bersalah.

Ditambah lagi, kini Jongho dan Sunwoo sedang marahan. Entah mereka bakal baikan lagi atau hubungan mereka kembali seperti dahulu kala.

Hyunjin berharap mereka baikan. Dia gamau persahabatannya hancur. Hanya karena ini

TBC

Percayalah guys, ini bukan konflik utama :')

Hey! Entah kenapa lama-lama author pengen buat cerita ini angst. Tapi ku ga tegaa. Karena awalnya konflik cerita ini ga bakal berat-berat. Dan eassy ae. Wkwk.

Rencang [ Hyunsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang