09

1.4K 79 24
                                    

" Des? " panggil mas Juna perlahan begitu dirinya baru keluar dari kamar mandi dan melihat ku sedang memandang ke luar jendela sembari menyandarkan kepala ku lemah di jendela. Dirinya saat ini hanya memakai handuk untuk menutupi bagian pinggang ke bawahnya.

Lagi - lagi dirinya pulang larut malam sehingga baru mandi jam segini. Padahal, jam kerja mas Juna sama dengan jam kerja ku. Dan seharusnya mas Juna sudah tiba di rumah jam lima sore tadi. Tapi entah kenapa, memang mas Juna terlihat seperti memforsir dirinya untuk terus - terusan bekerja.

" Hey? Kenapa ngelamun? " tanya mas Juna memeluk ku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu ku.

Dapat ku rasakan badannya dingin, lembab dan sedikit basah. Bahkan aroma tubuh dirinya yang baru selesai mandi pun sangat memabukkan untuk ku. Apalagi saat ini aku hanya memakai gaun tidur pendek dan sedikit tipis sehingga aku merasa kulit mas Juna langsung menyentuh kulit ku.

" Gak papa kok. " sahut ku pelan seraya membiarkan ulah mas Juna yang semakin berani mengecup bahu ku yang terbuka dan juga leher jenjang ku beberapa kali. Di tambah lagi sekarang aku hanya memakai gaun tidur yang memakai tali spagetti sehingga memudahkan mas Juna untuk menjelajahi bahu dan leher ku.

" Ergh. Mas. " desah ku karena ulah nya yang semakin menggoda ku dengan bibirnya itu.

" Mas pengen sayang. " ujar mas Juna singkat dan pelan namun dalam maknanya untuk ku.

Aku yang memang tak pernah bisa menolak pun hanya berdiam diri tak menanggapi ucapannya. Membuat mas Juna semakin berani berulah di tubuh ku. Bahkan kini dengan giginya, mas Juna mengigit tali gaun tidur yang tersampir di bahu ku dan menjatuhkannya dengan giginya. Membuat ke dua payudara ku sedikit tersibak.

Ke dua tangan ku yang hendak membenarkan posisi tali gaun ku pun di tangkap mas Juna dan di kuncinya dengan ke dua tangannya. Sehingga aku benar - benar tak berdaya di bawah kenikmatan yang dirinya berikan ini.

" Ergh mas. Jangan. " ujar ku semakin mendesah dan sedikit terengah - engah karena ulah nya ini.

" Kenapa Des? Kamu mau kita ngelakuinnya di ranjang? Hm? " bisik mas Juna tepat di telinga ku dan menghembuskan nafasnya di dekat telinga ku. Aku selalu saja tak bisa menang atas dirinya jika masalah ini. Apalagi setelah menikah, tingkat kemesuman mas Juna semakin menjadi – jadi dan semakin membuat ku di bawah tekanan jika masalah kemesumannya ini.

Tentu saja dirinya tau bahwa ini lah salah satu kelemahan terbesar ku. Aku sama sekali tak bisa di menahan desahan ku jika dirinya sudah berlaku seperti ini. Dan lagi, satu tangan mas Juna mulai masuk dari bagian bawah gaun ku dan semakin merayap naik ke bagian paha ku yang terdalam.

Aku sama sekali tak mampu menahan mas Juna karena sebenarnya aku juga menginginkannya. Tapi tetap saja ini tak bisa ku biarkan. Aku harus membuat mas Juna membatalkan niatnya pada ku.

" Aku masih dapet bulanan mas. " ujar ku akhirnya dalam satu tarikan nafas dan di ikuti dengan desahan - desahan akibat ulah diri nya.

" Hah? Apa kamu bilang? " tanya mas Juna langsung menghentikan ulah nya untuk membangkitkan hasrat ku padanya.

" Aku... Masihhh... dapet... mas.. " sahut ku terengah - engah dan sedikit melirik ke arah dirinya yang bertumpu di bahu ku.

" Serius? Bohong ah? " tanya nya kaget. Aku pun mengangguk kan kepala ku membenarkan ucapan ku pada dirinya.

" bener kok. "

" Arrgh... Des. " mas Juna yang tak bisa berbuat apa - apa pun akhirnya membenamkan wajahnya di leher ku sembari dirinya menaikkan gaun tidur ku yang sudah nyaris terjatuh karena ulah tangannya.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang