15

1K 63 15
                                    

" Aku mau ke Jakarta. " ujar ku tiba – tiba saat aku keluar kamar Dellon dan menemukan semua orang duduk di ruang tengah.

Bahkan ke dua orang tua ku dan juga orang tua mas Juna yang baru saja tiba di rumah ku terkejut saat aku bicara seperti itu. Rupanya tanpa ku ketahui, mas Bejo berbaik hati menjemput orang tua ku dan orang tua mas Juna bersama dengan Dellon ke Bandara menggunakan mobil mas Juna.

" Bicara apa kamu Desyca? Kamu jangan gegabah begitu dong. Kenapa tiba - tiba minta ke Jakarta sih. " ujar mamih sedikit memprotes ku.

" Iya nak. Papa yakin Juna akan baik – baik saja. " ujar papa mas Juna mencoba menenangkan ku.

" Kalau kalian tidak ingin pergi, biar aku yang pergi sendiri! " sentak ku setengah berteriak. Kenapa mereka semua bisa – bisanya setenang ini setelah mendengar kecelakaan mas Juna?!

Baru saja aku hendak melangkahkan kaki kembali masuk ke kamar, tubuh ku langsung ambruk dan pingsan. Untung saja mas Bejo yang berdiri di dekat ku langsung sigap menopang tubuh ku sebelum aku terjatuh ke lantai dan langsung membawa ku ke dalam kamar tamu dengan tatapan semua orang tertuju pada ku yang tengah di gotong oleh mas Bejo ke kamar.

Hilangnya kesadaran ku kali ini bahkan sampai di bopong oleh mas Bejo masuk ke dalam kamar Dellon, membuat Dellon akhirnya angkat bicara kepada mamih, papih dan juga ke dua orang tua mas Juna.

" Biarin aja mbak Dedes ke Jakarta. Nanti Dellon aja yang nemenin mbak Desyca selama di Jakarta. Bagaimana pun mbak Desyca pasti mau ke sana buat mastiin keadaan mas Juna. Lagi pula mbak Desyca kan.... " baru saja Dellon hendak mengatakan perihal sakit ku yang sudah di jelaskan oleh Irene kepada semuanya. Namun saat ingin mengatakan semuanya, Dellon tak sengaja melihat Irene yang menggeleng samar dan membuat Dellon akhirnya memantapkan hatinya.

" Desyca kenapa nak Dellon? Desyca baik – baik aja kan? " tanya tante Meri khawatir dan sedikit penasaran tentang diri ku. Tak hanya tante Meri, ke dua orang tua ku dan juga papa mas Juna pun memandang Dellon dengan tatapan bertanya.

*****

" Ngg... ngg... Iya. Mbak Dedes baik aja kok. Cuma, mbak Desyca kan kasian. Aku gak tega liat mbak Dedes kayak gini. Pasti dia kepikiran keadaan mas Juna. " sahut dellon setelah beberapa saat dirinya terdiam untuk menimbang – nimbang ucapan yang akan di lontarkannya.

" Iya tante. Biar Desyca pergi aja ke Jakarta. Irene bakal nemenin Dellon sama Desyca di sana. Mau gimana pun, Desyca pasti akan ke sana untuk mencari tahu kondisi kecelakaan pesawat itu sekaligus mencari tahu kondisi terakhir mas Juna. " sahut Irene menyetujui ide Dellon.

" Tapi membiarkan Desyca hanya dengan kalian berdua, tante sama om belum yakin. Apalagi kondisi Desyca yang tak terlalu baik saat ini. Tante dan om juga gak bisa lama – lama menemani kalian. Begitu pun orang tua Arjuna. Kami berempat harus kembali ke Pekanbaru dalam beberapa hari ke Depan. " ujar mamih mencoba menahan ku di sini dan tak pergi ke Jakarta untuk melihat kondisi terkini kecelakaan mas Juna di sana.

" Tante tenang aja, saya juga akan menemani Irene dan Dellon untuk menjaga Desyca selama di Jakarta sampai kami mendapatkan titik temu mengenai keberadaan mas Juna. " mas Bejo tiba – tiba bicara seperti ini sembari keluar dari kamar setelah mengistirahatkan ku dan membuat semua yang ada di sana memandang mas Bejo.

" Reihan juga bakal nemenin Desyca di jakarta kok om, tante. Cafe Reihan di Surabaya sama di Pekanbaru masih bisa di tangani lewat telepon nanti. " Reihan juga ikut – ikutan ingin menemani ku di Jakarta nanti bersama dengan Reihan dan mas Bejo.

" Tapi bagaimana kalian akan tinggal di Jakarta? Kalian akan menginap di hotel? " tanya papih akhirnya buka suara dengan nada yang terdengar sedikit khawatir.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang