Aku sebenarnya baru saja tiba di rumah. Dan bisa ku pastikan mas Juna belum pulang, karena mobil miliknya masih tak terlihat di garasi. Entah kenapa, hari ini sangat berat ku rasakan. Aku merasa benar - benar lelah.
Bukan hanya karena kerjaan di Boscha yang membuat ku lelah. Tapi hormon ku juga sedang sangat tak stabil karena dokter Rena kembali menambahkan dosis obat ku sejak kemarin malam. Sehingga, aku rasanya ingin menangis dan tak tau harus berbuat apa. Karena semua yang ku lakukan justru semakin membuat ku sensitif dan serba merasa salah.
Sebenarnya aku bisa aja menelepon mas Juna untuk cepat pulang dan bermanja - manja dengannya agar dirinya semakin memperhatikan aku. Tapi aku juga tahu dalam seminggu ini kerjaannya amat banyak. Bahkan tak jarang aku menemukannya begadang hingga nyaris subuh di ruang kerjanya setelah menidurkan ku di kamar.
Aku hanya tak ingin menambah beban dirinya dengan keadaan ku saat ini. Akhirnya aku memilih untuk memendam semuanya sendiri dan tak menambah banyak fikiran mas Juna. Tapi tetap saja. Aku merasa ada yang mengganjal di hati ku. Aku pun memilih untuk segera naik ke kamar dan beristirahat.
Aku berkali - kali mencoba untuk menghirup dan membuang nafas ku secara teratur agar perasaan ku sedikit tenang. Dan berkali - kali pula aku meyakinkan diri ku semuanya akan baik - baik saja dan tak ada alasan ku harus menelepon mas Juna untuk memintanya pulang cepat.
Namun, entah kenapa begitu aku tiba di kamar, ke dua kaki ku justru melangkah menuju ke teras beranda di kamar ku. Tanpa sadar, tiba - tiba air mata ku keluar sendiri dan membuat ku menangis tersedu - sedu. Bahkan aku tak sanggup menyangga tubuh ku sendiri dan duduk tersandar di pagar teras kamar kami berdua sembari mengubur wajah ku di ke dua lutut ku. Tak ku hiraukan lagi tas ku yang terjatuh di samping ku dan sedikit berhamburan isinya.
Aku sama sekali tak bisa berhenti terisak sampai akhirnya tiba - tiba aku merasakan ada seseorang yang berlari menuju ke arah ku dan langsung memeluk ku.
" Hey, ada apa? " aku dapat mendengar suara laki - laki yang amat ku cintai sedang berbisik di telinga ku sembari memeluk ku erat.
Dapat ku cium aroma tubuhnya yang semakin membuat ku menangis terisak - isak. Walau sudah sekuat tenaga aku menghentikan tangis ku, aku malah justru semakin terisak - isak di dalam pelukannya.
" Des? " Tanya dirinya khawatir. Aku yang kembali mendengar suaranya pun menggeleng - geleng kan kepala ku. Aku sendiri tak mengerti kenapa tiba - tiba aku seperti ini.
" Gak tau. " sahut ku tergugu dan merasakan pelukannya. Mas Juna pun segera mengangkat tubuh ku dan membopong ku ke atas ranjang seraya menidurkan ku dengan hati - hati dan perlahan.
***
" Ada apa Des? Cerita sama mas sini? " suara lembut dan dalam itu kembali terdengar di indra pendengaran ku.
" Desyca gak tau mas. Aku ngerasa gak tau. Gak enak. " ujar ku menggelengkan kepala ku di sela - sela tangis ku yang masih terisak saat mas Juna menenangkan diri ku di ranjang sembari memeluk tubuh ku.
" Hormon mu lagi naik turun gini ya wajar gak enak gitu Des. Udah ya? Jangan nangis lagi. Panas ini badan mu. " sahut mas Juna sembari mengelus wajah ku dan memainkan rambut ku.
Apalagi dirinya tak sengaja menyentuh tubuh ku yang suhunya semakin naik akibat aku yang menangis terus menerus. Mas Juna pun sedemikian rupa memeluk tubuh ku dengan pakaian kantor yang masih melekat di tubuh kami berdua.
Aku pun berusaha sekuat tenaga untuk berhenti menangis dan tak membuat mas Juna semakin kepikiran hingga membuat ku sesak nafas. Bahkan aku sudah merasakan kepala agak sedikit sakit karena aku mencoba menghentikan tangis ku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)
FanfictionTerbit : 27 Oktober 2019 Tamat : 17 Januari 2021 ~~~TAMAT~~~ Lanjutan cerita Desyca dan mas Juna begitu mereka berdua menikah. Akan kah mereka berdua yang selama ini tak pernah mengenal kata pacaran bisa bertahan dalam mahligai rum...