46

794 52 29
                                    

.
.
.
.
.

Fyi,
Hari ini adalah 2 (dua)
episode terakhir ya.

.
.
.
.
.

Tanggal 17 Januari besok
udah episode terakhir.

😊😊😊

.
.
.
.
.

" Bunda, kakak gak mau ketemu kakek lagi. " ucap Nata tiba - tiba saat dirinya duduk di samping ku yang sedang bersantai di sofa depan televisi sembari memandang Ica dan Ofi yang sedang bermain tak jauh dari ku.

" Hm? Ini kenapa anak bunda tiba - tiba ngomong gak mau ketemu kakek lagi? Kan nanti kakek sama nenek mau ke sini bareng ante Manda sama ante Adel? Sekalian liburan di sini. " tanya ku perlahan sembari mengelus puncak kepala anak pertama ku yang kini sudah berusia sepuluh tahun ini.

" Kakek udah jahat sama ayah. Aku gak suka! " ujarnya marah pada ku dan membuat kening ku berkerut.

" Kakak kenapa ngomong gitu? Kakak denger dari siapa emang? Kok bisa bilang kakek jahat sama ayah? " tanya ku lagi.

" Aku gak denger dari siapa - siapa. Tapi kakak liat sendiri di ayah. " jawab Nata memandang ku.

" Hm? Coba jelasin sama bunda. Bunda gak ngerti sayang. " ujar ku.

" Kemarin aku mandi bareng ayah. Aku liat badan ayah banyak luka - luka lama. Aku tau bunda gak mungkin mukul ayah. Apalagi sampe berbekas kayak gitu. Ayah juga gak mungkin berantem sampe gitu. Aku kenal siapa ayah. Satu - satunya orang yang mungkin nyakitin ayah cuma kakek. " ujarnya dingin.

Ucapannya ini membuat ku menghela nafas panjang. Aku tak kaget melihat dirinya sudah bisa menyimpulkan seperti ini walau masih sangat kecil. Bukan hal aneh mengingat dirinya memang keturunan seorang Arjuna Wira Atmadja yang begitu peka dan cepat tanggap dalam sekitarnya.

Nata akan sangat tidak suka jika ada yang mengganggu atau menyakiti keluarganya. Khususnya aku dan mas Juna. Sehingga aku tak heran dirinya bersikap seperti ini. Bahkan dulu dirinya sempat tak menyukai mamih saat mamih menegur ku yang justru teledor dan tertidur saat menjaga si kembar.

" Kakak udah ngomong sama ayah masalah ini? " tanya ku pelan seraya tetap mengelusi kepala Nata dengan lembut. Dan dapat ku liat jika kini Nata tengah menikmati elusan tangan ku walau masih dalam keadaan marah.

" Belum. Aku tau percuma. Ayah gak mungkin mau cerita. Satu - satunya orang yang jadi tempat ayah cerita cuma bunda. Jadi lebih baik aku ngomong sama bunda aja. " ujarnya menggeleng.

Aku tau pasti, percuma aku menyembunyikan ini dari Nata sekarang. Cepat atau lambat dia pasti mengetahui bekas - bekas luka lama di tubuh mas Juna. Lebih baik aku menjelaskan padanya walau tak semuanya akan ku jelaskan pada dirinya.

" Kakak tau gak. Kakek sebenarnya sayang sama ayah. Sayang banget. Apalagi ayah kan satu - satunya anak laki - lakinya kakek. " ujar ku membuka cerita lama antara mas Juna dan papa.

" Kalo kakek sayang sama ayah, kenapa kakek nyakitin ayah? Aku gak suka ada yang nyakitin ayah atau bunda! " potongnya dingin sembari memandang ku tajam. Benar - benar mirip tipikal ayahnya. Tak suka ada yang menyakiti ku. Bahkan sebelum kami menikah.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang