18. Guild

35 2 1
                                    

Sebuah bangunan yang berisikan orang - orang yang terlihat sangat kuat dan bar-bar. Itu tempat Shiro berada sekarang. Ketika dia menuju ke tempat pelayan ada seseorang yang memanggilnya.

"Hoi bocah, apa kau tersesat bisa sampai disini?" Ucap seseorang yang berbadan sangat besar.

Namun lagi - lagi Shiro tidak menjawabnya. Orang itu tidak menyerah begitu saja. Ketika Shiro duduk, dia juga duduk di samping Shiro.

"Ada apa, apa kau sedang ada masalah" ucapnya

"Oh ya, Kest Wuin, itulah namaku" Kest

Shiro mulai sedikit menurunkan bahunya, dan mulai sedikit tenang.

"Hah, terima kasih Kest.... Tapi aku baik - baik saja" Shiro

"Huh, baguslah janganlah membawa kesedihan kemari Ok, disini kami sedang berusaha beristirahat jadi melihat dirimu yang seperti itu membuat kami merasa sedikit tidak nyaman" Kest

"Ah, maaf aku sudah baikan sekarang, sungguh" shiro

"Jadi kenapa bocah seperti mu bisa berakhir kemari?" Kest

"Tidak apa - apa, hanya saja sedang ada sedikit masalah dan aku ingin bersantai sebentar" Shiro

"Bersantai boleh, tapi tempat mu bukanlah disini" Kest

Shiro merasakan sebuah ledekan yang membuat dirinya merasa sedikit tidak nyaman disini, dengan cepat dia mengeluarkan senjata rahasianya.

"Ah, inikan tidak mungkin kau orangnya" kest

Sebuah lencana yang terbuat dari plat emas berada di genggaman Shiro. Lencana yang hanya dimiliki oleh orang - orang bekerja sebagai pelindung suatu daerah di kerajaan ini. Apalagi yang dimiliki Shiro adalah lencana emas.

"Woah, hebat ternyata rumor itu benar" Kest

"Psstt, tolong jangan keras - keras" Shiro

"Oh, maaf aku terlalu bersemangat" Kest

Pelatihan yang dihadapi oleh orang - orang yang memiliki lencana seperti Shiro sangatlah brutal bahkan jika memang tidak cocok bisa membuat calon penerima menergang nyawa. Karena itulah orang yang memiliki lencana ini bukanlah sembarang orang. Di tambah lagi lencana ini sangat sulit untuk di palsukan.

"Oy, bocah apa kau tertarik untuk masuk ke dalam guild" Kest

"Guild, apa itu" Shiro

"Tempat sekarang kau berada adalah sebuah guild" Kest

Kest menjelaskan semuanya tentang guild, mulai dari apa itu guild hingga apa yang dilakukan, dan banyak lagi. Sejujurnya Shiro tidak terlalu tertarik.

"Jadi bagaimana" Kest

"Aku tidak tau, akan ku pikirkan terlebih dahulu" Shiro

Setelah selesai, Shiro keluar dari bangunan itu. Tidak ada lagi bisikan setan serta tatapan sinis lainnya, justru yang terjadi malah sebaliknya. Sebelum pulang Shiro memutuskan untuk pergi jalan - jalan, namun kali ini dia akan keluar daerah ibu kota.

Saat melalui gerbang perbatasan Shiro di tahan oleh dua orang prajurit kota. Karena tidak ingin berdebat Shiro langsung mengeluarkan lencana dan masalah pun selesai.

Tujuan Shiro kali ini adalah hutan yang berada tak jauh dari gerbang perbatasan. Biasanya di jadikan tempat latihan dan berburu oleh beberapa prajurit.

"Hmm... Lumayan sunyi juga ternyata, baguslah" Shiro

Sembari menyusuri hutan, Shiro beberapa kali bertemu dengan monster tingkat rendah dan bahkan dari mereka langsung kabur saat melihat Shiro. Tak dirasa matahari sudah mulai terbenam dan hari akan mulai malam. Dalam keadaan seperti itu sangat tidak menguntungkan berada di hutan seperti ini, bahkan hutan yang dikategorikan tingkat aman.

Belum keluar dari hutan, Shiro malah bertemu dengan sebuah kelompok yang sepertinya akan memburu monster malam ini. Entah mereka itu nekat atau memang sudah biasa seperti ini tapi hal ini tetap saja berbahaya. Shiro pun memutuskan untuk mengikuti kelompok itu.

Kegelisahan Shiro perlahan pudar, soalnya mereka berhasil bertahan cukup lama bahkan berhasil masuk ke hutan dengan cukup dalam.

'Sepertinya tidak perlu ku khawatirkan' Shiro

Namun entah mengapa kegelisahan Shiro belum juga hilang. Tapi mungkin juga tidak apa - apa karena mereka mungkin sudah terbiasa.

"Huh, istirahat dulu sajalah" Shiro

Sembari beristirahat, Shiro melihat malam ini bulan bersinar sangat terang bahkan bintang terlihat bertaburan seperti pasir putih dalam pasir hitam di pantai.

"Hah... Hah... Hah"

Terdengar napas seseorang datang dari dalam hutan. Terdengar sangat terengah - engah sampai sangat tidak beraturan. Tak lama lewat lah seorang manusia dengan luka yang cukup parah di bagian pundaknya.

"Sudah kuduga" Shiro

Shiro langsung bertindak cepat dengan menyusul kelompok itu, karena Shiro merupakan ras werewolf dia dapat dengan jelas melihat walaupun di malam hari. Ketika sampai....

"Cih, rupanya mereka menginjak perangkap" Shiro

Beberapa orang dari kelompok itu sudah terkapar di tanah, bahkan ada yang sudah tercabik - cabik. Walaupun musuh mereka hanyalah goblin namun tetap saja mereka tidak boleh menurunkan kewaspadaan.

Memang benar goblin adalah monster tingkat rendah, namun mereka juga mahluk yang berpikir. Mereka tidaklah bodoh hanya saja kurang pintar. Mereka akan mempelajari apa yang sudah pernah mereka lihat, rasakan bahkan membuat sesuatu yang baru.

Kali ini kelompok itu bertemu dengan gerombolan goblin seperti itu. Memang merepotkan mengurusi monster seperti mereka.

"Semuanya tetap bersama, kita harus bertahan sampai bala bantuan datang" ucap seorang perempuan.

Shiro tidak menyadari ada perempuan dalam kelompok itu, mungkin karena banyaknya jumlah laki - laki sehingga aroma serta hawa perempuan tidak terasa. Ketika diperhatikan lagi bukanya hanya satu tapi ada juga satu, dua, tiga, empat perempuan dalam kelompok tersebut.

"Dasar bodoh membawa penghambat, itu adalah kesalahan besar" Shiro

Shiro mempersiapkan sihirnya dan langsung menembakkannya. Satu persatu goblin tumbang. Karena penglihatan mereka lumayan buruk ini menjadi satu keuntungan untuk Shiro. Yang pertama Shiro bunuh adalah yang membawa senjata dan sisanya.

"Hoi aku pinjam ini" Shiro

Shiro turun dari pepohonan dan mengambil salah satu pedang yang di pegang oleh anggota kelompok itu dan langsung menerjang para goblin sendirian.

Seluruh anggota yang tersisa hanya bisa menonton, entah memang sudah sampai batasnya atau terkagum dengan serangan Shiro. Pertempuran berlangsung hingga pagi hari. Walaupun matahari belum terbit namun Shiro sudah bisa merasakannya. Tidak semua goblin berhasil di basmi namun itu cukup untuk mencegah terjadinya kehancuran rantai makanan di hutan ini.

Setelah selesai, Shiro kembali ke kelompok itu dan mengembalikan pedangnya, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Kecuali...

"Ah, tunggu sebenatar" ucap seorang perempuan

"Ada apa?" Shiro

"Terima kasih" balasnya

"Jangan berterima kasih pada ku minta maaflah pada mereka" Shiro

Ketika Shiro mengatakan hal itu, si perempuan hanya bisa terdiam termenung.

"Janganlah jadi penghambat" Shiro

Shiro pun pergi dari kelompok itu dan kembali ke kota. Tak lama ternyata matahari mulai terbit. Di kota banyak tatapan aneh mengarah pada Shiro. Mungkin itu efek dia belum tidur selama semalam penuh, jadi kantungnya matanya sedikit menghitam. Karena mengantuk Shiro memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah dia langsung tertidur lelap.

"Woah..... apakah sudah malam" Shiro

Saat Shiro bangun rupanya sudah malam hari. Dia tertidur selama satu hari full, mungkin balas dendam tubuhnya yang kelelahan.

Last Chance : Re : Life Lonely WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang