[12] DIA RAPUH

514 146 129
                                    

"Bagaimana caranya supaya kamu sadar bahwa aku di sini menunggu kamu untuk menoleh kepadaku?"

— Hwang Hyunjin —

•••

Tes.

Tes.

Yuri dengan tenang mengamati tiap tetes cairan infus yang jatuh ke kantongnya. Suasana hening kamar VIP yang dihuni atas nama Kim Seungmin itu membuatnya merasa nyaman berada di sini. Tangannya tak pernah lepas dari genggaman tangan seorang cowok yang sedang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.

"Kenapa harus kamu yang nanggung ini semua, Min?" tanya Yuri dengan suara yang amat pelan, hampir berbisik. Tangannya terangkat untuk menyeka air matanya yang selalu saja jatuh.

Sedih rasanya begitu melihat Seungmin yang tiap harinya selalu ceria, kini hanya bisa terbaring lemah dengan alat bantu nafas yang terpasang di hidungnya. Yuri tak habis pikir, mengapa harus Seungmin yang berada di posisi ini? Mengapa harus sahabatnya yang tak tahu apa-apa yang dipukuli Hyunjin tadi siang?

"Cepet bangun, Min. Semua orang khawatir sama kondisi kamu," bisik Yuri tepat di telinga Seungmin. Berharap lelaki itu dapat mendengar suaranya dari alam bawah sadarnya.

Tadi dokter yang menangani Seungmin mengatakan bahwa kondisi Seungmin tidak begitu parah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Seungmin pasti akan siuman, tapi lelaki itu butuh sedikit waktu untuk memulihkan staminanya. Bagaimana pun juga, siang tadi Seungmin dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sangat lemah.

"Kak, ada Kak Han di luar, dia mau ketemu kakak katanya." Tiba-tiba Jiheon datang dari arah belakang. Raut wajah gadis itu sama seperti Yuri. Sama-sama menyiratkan kekhawatiran yang sangat besar untuk Seungmin.

Yuri menoleh pada Jiheon, lalu tanpa aba-aba ia menarik gadis itu ke dalam dekapannya. Entah untuk alasan apapun, Yuri merasa bahwa ialah penyebab Seungmin terbaring lemah di sini sekarang. Hyunjin kalap dan akhirnya memukuli Seungmin karena cowok itu tak suka melihatnya bersama lelaki lain.

"Maafin kakak, Hyon. Karena kakak, Seungmin jadi kayak gini," ucap Yuri sambil terisak pelan di pelukan Jiheon.

"Nggak papa, Kak. Aku nggak nyalahin kakak atas apa yang menimpa Kak Seungmin. Karena aku tau, Kak Yuri itu sahabat terbaiknya kakak aku." Jiheon melepas pelukannya lalu tersenyum manis. Berusaha membuat Yuri melupakan rasa bersalah itu. Lagi pula Jiheon tahu, bukan karena pukulan Hyunjin yang membuat Seungmin terbaring lemah di sini. Kakaknya itu memang sakit.

"Makasih. Kalau gitu aku mau keluar dulu ya nemuin Han. Kabar apapun tentang Seungmin jangan lupa kamu kabarin ke aku ya, Hyon," pesan Yuri sebelum akhirnya hilang di balik pintu rumah sakit.

•••

"Gimana kondisi Seungmin?" tanya Han membuka pembicaraan.

Yuri memutar-mutar sedotan plastik di dalam gelas teh miliknya, lalu menatap Han dengan tatapan yah-kamu-tau-sendiri-lah-gimana.

"Hyunjin emang keterlaluan. Bisa-bisanya dia mukulin Seungmin yang bahkan lagi dalam keadaan nggak sehat. Otaknya di mana coba?" Han mengembuskan nafas panjang sebelum akhirnya meneguk air mineral sampai tandas. Dalam benaknya, ia menerka-nerka, apa sih yang ada di pikiran Hyunjin saat itu?

"Jangan sebut nama dia, Han. Hati aku sakit begitu keinget gimana brutalnya dia waktu mukulin Seungmin di UKS," ucap Yuri. Wajahnya mulai memerah seperti ingin menangis.

Mengerti bahwa sebentar lagi Yuri akan menangis, Han pun berpindah posisi ke sebelah gadis itu. Ia lalu menarik Yuri masuk ke dalam dekapannya. Membiarkan gadis itu membasahi kaos hitamnya dengan tetesan air mata.

"Dia suka kamu, Ri."

"Nggak, Han."

"Tapi itu kebenarannya. Hyunjin suka sama kamu, Jo Yuri."

Yuri menarik dirinya dari Han. Ia lalu menatap Han dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kalau aja situasinya nggak kayak gini, mungkin aku akan kaget begitu kamu bilang kalau Hyunjin suka sama aku. Tapi sekarang ini aku udah terlanjur benci sama dia, Han. Dia laki-laki paling brengsek yang pernah aku kenal!" ucap Yuri berapi-api.

Han paham, mungkin Yuri sudah lelah berada di bawah perintah Hyunjin. Tiga tahun berada di kelas yang sama dengan Hyunjin pasti membuat Yuri bosan karena harus mengikuti apapun kemauan lelaki itu. Karena jika Yuri menentangnya, Hyunjin tidak akan segan-segan membuat hidup gadis itu menderita.

"Kamu benci sama dia?" tanya Han lembut.

Yuri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seperti anak kecil. Membuat Han gemas dan tak tahan untuk tidak mengacak rambutnya.

"Ish, Han!" teriak Yuri yang kesal karena rambutnya menjadi berantakan akibat ulah Han.

"Aku nggak akan biarin dia gangguin kamu lagi, Ri," ucap Han serius. "Jadi mulai sekarang, aku minta kamu jangan jauh-jauh dari aku. Okey?"

Yuri ingin mengangguk, tapi ia ragu begitu teringat ancaman Chaeryong tempo hari. Gadis itu pasti tak akan segan-segan mem-bully-nya seperti waktu itu, bahkan bisa jadi lebih sadis. Memang, sih, dengan menjauhi Hyunjin akan membuat Yuri lepas dari ancaman Ryujin. Tapi bagaimana bila ia dekat dengan Han?

Ini, sih, namanya keluar kandang singa, masuk kandang buaya!

"Ehmm, Han! Gimana kondisi Tante Hera?" Yuri sebisa mungkin berusaha mengalihkan pembicaraan. Lagi pula ia juga penasaran dengan kondisi bunda Han yang kemarin masuk rumah sakit karena terjatuh dari tangga.

Ekspresi wajah Han langsung berubah ketika Yuri membahas tentang bundanya. Aduh, maafin aku, Han. Aku terpaksa ngalihin pembicaraan ini, ucap Yuri dalam hati.

"Bunda udah berhasil lewatin masa kritisnya dan sekarang beliau udah dipindahkan ke kamar inap," ucap Han dengan nada tak bersemangat. "Aku bersyukur, Ri. Seenggaknya Tuhan masih mengizinkan aku untuk menyayangi bunda lebih lama. Walau dia bukan ibu kandungku."

Yuri mengusap-usap punggung Han. Memberikan kekuatan pada lelaki yang tampak rapuh di sebelahnya ini. Han begitu menyayangi Hera, meski Hera bukanlah ibu kandungnya. Dan itu yang membuat Yuri salut pada Han. Lelaki itu tahu bagaimana caranya membalas budi pada keluarga yang sudah menampungnya selama sepuluh tahun ini.

Diam-diam, ada seorang lelaki yang menyaksikan kedekatan mereka sejak tadi. Ia terluka melihat bagaimana lembutnya Yuri menenangkan Han yang sedang rapuh. Tidak ada satupun orang yang tahu, bahwa dirinya juga butuh usapan lembut itu. Maksudnya, ia juga rapuh, tapi ... ah sudahlah! Yuri tidak perlu tahu itu.

TBC

hyunjin rapuh ... but nobody knows :')

next? hari senin ya!

with luv,
lafasyaokta💚

[✔] SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang