[23] RASA SAKIT ITU

408 124 63
                                    

"Kamu tahu? Rasa sakit terbesar yang pernah aku rasakan adalah saat aku melihatmu berusaha menutupi sakit yang kamu rasa dariku."


- Jo Yuri -

•••

"Hyunjin, tunggu!" Yuri berlari tertatih di belakang Hyunjin. Ia berusaha mengejar lelaki itu dengan sisa-sisa tenaganya. Sialnya, lelaki itu malah bersikap acuh dan terus berjalan meninggalkan Yuri.

"Aaakhh," ringis Yuri ketika merasakan nyeri di perutnya. Kepalanya juga tiba-tiba terasa sakit. Ia sudah tidak kuat mengejar Hyunjin lagi.

Hyunjin yang sadar bahwa sudah tidak ada lagi suara Yuri yang memanggil-manggil namanya pun menoleh ke belakang. Sebenarnya, tadi ia hanya pura-pura merajuk agar Yuri mau mengikuti sarannya, karena Hyunjin begitu khawatir akan kondisi Yuri dan ingin merawat gadis itu selama sakit.

"Lah, dia jatoh," gumam Hyunjin begitu melihat Yuri terduduk di koridor rumah sakit sambil memegangi perutnya sambil menunduk. Raut wajah gadis itu terlihat seperti sedang menahan sakit yang amat sangat.

"Ri, lo kenapa? Ada yang sakit?" tanya Hyunjin panik. Ia menaikkan dagu Yuri, dan melihat wajah kesakitan itu.

"S--sakit ... perut aku sakit banget nggak tau kenapa. Akhh!" Yuri meremas perutnya begitu rasa nyeri itu datang lagi.

Tanpa kata-kata, dan juga karena rasa khawatir yang semakin besar, Hyunjin langsung menyelipkan tangannya di bawah lutut Yuri. Ia menggendong Yuri menuju parkiran rumah sakit dan langsung memasukkan gadis itu ke dalam mobilnya.

"Ri, gue nggak mau lo kenapa-napa, jadi tolong untuk kali ini lo jangan bantah permintaan gue." Hyunjin menatap Yuri intens. Ia lalu memajukan tubuhnya untuk memakaikan seatbelt ke tubuh Yuri agar gadis itu aman.

Yuri tidak menjawab. Jangankan untuk menjawab ucapan Hyunjin, untuk mengeluarkan satu kata pun ia sudah tidak kuat. Gejolak dalam perutnya semakin menjadi. Sekarang yang bisa Yuri lakukan hanyalah menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit itu.

"Lo aman sama gue, Ri," ucap Hyunjin sambil mengelus puncak kepala Yuri. Setelah itu ia langsung menancap gas menuju ke rumahnya.

•••

Perjalanan selama sepuluh menit lebih telah ditempuh keduanya. Kini, mobil Hyunjin terparkir rapi di garasi rumahnya. Ia keluar dengan panik, lalu mengitari mobilnya, membukakan pintu untuk Yuri.

"Nih anak pingsan apa tidur?" Hyunjin menggaruk-garuk kepalanya. Merasa bingung ketika melihat kedua mata Yuri dalam keadaan tertutup.

Akhirnya, lelaki itu mengeluarkan Yuri dari dalam mobil dan menggendongnya ke dalam rumah.

"Papa?"

Langkah Hyunjin terhenti seketika. Siluet pria tinggi itu berhasil membuat jantungnya seolah berhenti berdetak. Pasalnya, pria itu baru terlihat sekarang, sejak beberapa bulan lalu ia pamit pada Hyunjin dan Yeji untuk meeting ke luar kota. Kehadirannya saat ini begitu terasa asing bagi Hyunjin.

Sosok itu menoleh. Tatapan mata setajam elang langsung menghunus iris Hyunjin. Tatapan yang sudah biasa ia lihat tiap kali ia menerima luapan amarah dari pria itu.

"Maaf, papa baru bisa pulang sekarang, kolega bisnis papa--"

"Sekalian aja nggak usah pulang."

"Hei, begini cara kamu menyambut kedatangan papa?!" Pria itu, Hwang Yejun, memancarkan aura kemarahan pada putranya itu. Selalu saja seperti ini. Tiap kali ia baru pulang ke rumah, Hyunjin selalu marah karena Yejun seolah lupa untuk pulang.

[✔] SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang