[07] PESONA HAN

581 157 190
                                    

"Aku tak tahu pada siapa hati ini akan berlabuh. Yang aku tahu, hatiku selalu berdebar tiap kali ada kamu."

— Jo Yuri —

•••

10 jam pelajaran terasa membosankan bagi Yuri. Entah lah, hari ini ia merasa tidak bersemangat mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Padahal biasanya ia selalu menjadi murid paling cekatan di kelasnya. Tapi hari ini tidak.

Yuri termenung sejenak. Memikirkan apa yang membuatnya menjadi seperti ini--maksudnya ini bukanlah dirinya yang biasa. Yuri merasa ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya, tepatnya sejak kejadian kemarin saat Hyunjin menolongnya dan memintanya untuk menginap semalam di rumah cowok itu.

Tidak. Yuri tidak berpikir bahwa Hyunjin menyukainya. Sama sekali tidak. Hanya saja Yuri tidak tahu mengapa kemarin Hyunjin bisa berubah menjadi malaikat baik untuk dirinya. Padahal biasanya lelaki itu selalu mem-bully-nya dan menyuruhnya macam-macam seperti babu.

"Kalo bengong terus, bisa-bisa jidat kamu nyium tembok!" Han dengan cepat berpindah posisi ke hadapan Yuri agar kening gadis itu tak membentur tembok pilar di depannya.

Perpindahan posisi yang tiba-tiba itu menyebabkan kening Yuri yang seharusnya menabrak tembok--kini malah menabrak dada Han. Bodohnya lagi Yuri tak menyadari hal itu. Ia masih melamun dan tak berusaha bergeser sedikitpun dari posisinya sekarang ini.

Melihat Yuri diam saja, Han pun tertawa kecil. Tangannya terangkat, lalu bergerak mengelus rambut Yuri dengan gemas. "Lagi mikirin apa, sih, Ri? Aku perhatiin dari tadi kamu cuma bengong sambil jalan. Udah kayak zombie di film Train To Busan tau, nggak?"

Yuri yang tersadar dari lamunannya pun langsung bergerak mundur. Ia kaget sekaligus bingung. Karena saat ia melihat ke depan, yang ia lihat pertama kali adalah dasi abu-abu milik Han. Kemudian ia tersadar bahwa kini jaraknya dengan laki-laki itu sangatlah dekat, bahkan hampir tak berjarak.

"H--Han ... maaf ... aku tadi ...."

"Ssttt, nggak papa."

Pipi Yuri memerah begitu lelaki itu membungkuk dan menaruh jari telunjuk di depan bibirnya sambil tersenyum lembut. "Maaf dari tadi aku ngelamun dan nggak fokus ke kamu," ucap Yuri tak enak hati.

Han hanya terkekeh pelan sambil mengacak rambut Yuri dengan gemas. "Nggak papa, Ri. Masih aja dibahas."

Lalu merekapun melanjutkan langkahnya menuju parkiran sekolah. Han memang selalu mengantar Yuri pulang meski gadis itu sudah menolak dengan alasan tidak mau merepotkan Han, karena rumah mereka yang berlawanan arah.

"Tapi emangnya kamu ngelamunin apa sampe hampir nabrak tembok kayak tadi?" Han menoleh pada Yuri yang berjalan pelan di sebelahnya.

"Ehm ... itu Bu Taeyeon tadi ngasih tugas banyak banget. Aku jadi agak pusing karena mikirin gimana caranya bagi waktu untuk ngerjain tugas sama ngerjain kerjaan sampingan aku." Yuri terpaksa berbohong pada Han. Ia tidak mau lelaki itu tahu bahwa ia sedang memikirkan Hyunjin.

Namun, Yuri tidak sepenuhnya berbohong. Guru sejarahnya itu memang memberikan banyak tugas yang membuatnya bingung harus membagi waktu antara mengerjakan tugas dan bekerja di rumah Tante Irene.

"Oh soal itu tenang aja. Tugas sejarah, kan? Serahin semuanya ke aku, Ri. Kamu fokus aja sama kerjaan sampingan kamu, nggak papa." Han menepuk bahunya dengan bangga. Seolah ia dapat diandalkan sebagai pahlawan untuk Yuri. Memang, sih, Han itu jago sekali dalam pelajaran sejarah. Nilainya tidak pernah di bawah angka 95.

Mata Yuri membulat sempurna. "S--serius, Han? Kamu mau bantuin aku?"

Han mengangguk lalu tersenyum manis. Membuat Yuri semakin kagum dengan sosoknya yang baik hati dan pengertian.

[✔] SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang