Chapter 9

6.8K 187 4
                                    

Typo mohon di maafkeun kalau bisa mention...

Yaudah, Happy reading guys..

Alan POV
Alan merasakan badannya sudah lebih mendingan, tidak terlalu panas seperti tadi. Karena bosan ia memerintah April untuk menghidupkan tv, dan itu juga ia lakukan untuk mengalihkan April dari gawainya, namun sepertinya tak mudah.

Perempuan itu sedari tadi benar-benar happy sendiri, senyum sendiri tanpa memedulikan Alan yang berkali kali mendengus kesal agar April mengerti namun tak juga.

“Kamu ngapain sih?”dengan nada sedikit tinggi Alan bertanya
“Kenapa?ga ngapain ngapain kok, Cuma balas pesan doank.”
“Aneh.Daritadi ketawa ketawa sendiri.”
April hanya acuh, kembali fokus pada layar gawainya.Sedari tadi Alan terus saja mengoceh mengawasinya tak membiarkannya tenang barangkali sebentar saja.
Merasa tak senang di acuhkan, Alan pun merampas gawai itu membuat April terkejut. Lalu menjauhkannya agar tidak dapat di gapai oleh April.

“Apaansih, balikin.”April mencoba mengambil gawainya dari tangan Alan namun percuma, lengan kekar lelaki itu menghadangnya.

“Oh. Jadi mau jalan?”April mendengus, Alan terlanjur membaca balasan balasan pesannya.
“Sama pak dokter?”Lanjut Alan.

Ya, April sedang berbalas pesan melalui aplikasi Whatsapp bersama dr. Dika. Disana dokter dika mengajak nya jalan dan nonton. Namun ia belum mengiyakan ajakan itu.

Lagipun tidak ada salahnya kan, jika pun ia menerima ajakan itu, toh mereka hanya berteman tidak mempunyai hubungan spesial.

Rahang Alan mengeras karena April tak kunjung menjawab pertanyannya. “Jadi gimana, di terima ajakannya?”

“Kalau iya kenapa?”jawaban menantang April membuat Alan semakin geram.
“Yaudah pergi aja.Ga ada yang larang juga.”
“Ngusir, yakin?”
Prankkk
April memicingkan matanya, ketika Alan melemparkan gelas yang berisi air ke lantai dan menimbulkan bunyi pecahan. Lalu melempar gawai miliknya ke atas ranjang.

April sedikit merasa takut dan was was sekarang, seluruh wajah Alan terlihat memerah jari-jari nya pun mengepal lalu ia menggulingkan badannya.

“Aw.”Alan menindih April lalu menatap tajam ke mata lembut perempuan itu.
“lepaszz..ii.. n” Suara April tertahan, Alan menekankan bibirnya pada bibir April membuat suara nya tertahan dan sulit bernafas.

Alan melumat bibir ranum nan tipis milik April dengan perlahan. Nikmat yang ia rasakan benar-benar memabukkan, April mencoba melawan namun kungkungan Alan begitu kuat memenjarakan tubuh nya. Tapi ini tak bisa di biarkan Alan tak mau berbuat terlalu jauh, tak lama ia pun melepaskan tautan bibir mereka,emosi nya benar benar tak bisa ia kontrol.

April seperti di awang-awang, ia terdiam lalu menyentuh bibirnya, perlahan kristal bening keluar dari kedua matanya.Secepatnya ia mengahapusnya, ia tak menyangka Alan bisa sekasar itu padanya.

Alan tertegun, bodoh, ia telah membuat perempuan itu menangis. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia pun menghusap wajah nya kasar.

April menghapus air matanya dan mengambil gawai nya yang tergeletak di ranjang memencet beberapa tombol menelepon seseorang yang langsung di angkat oleh nomor yang ia tuju.
“tolong jemput saya sekarang dok, bisa kan?”

“...”

“Tunggu saya di jalan Akasia sekarang.”sambung April.

Ia pun beranjak mengambil tas nya dan ingin berlalu, tapi Alan menahan.Dengan cepat ia menangkap pergelangan tangan April.
“April maa.. maaf saya..”belum sempat Alan berucap banyak April sudah menghentakkan tangannya.
“Mau apa, mau lanjut? Maaf saya bukan pelacur.”
Boom. Alan merasakan sakit di dadanya mendengar ucapan April. Demi apapun ia tak sedikit pun menganggap April serendah itu ia benar benar khilaf, jika waktu dapat di putar ia akan melakukannyq, tapi itu semua mustahil.

#MY BASTARD BOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang