.
Bukan nya aku tak mau mengalah,
Sekarang biar ku tanya padamu,
Adakah orang yang rela membiarkan penantian nya lenyap begitu saja?Jika ada, tolong katakan padaku.
Akan ku beri tahu resep impian kepadanya.🌷
Lorong sekolah itu tampak ramai karena sudah waktunya siswa untuk pulang. Tetapi tidak untuk lorong di bagian Tata Usaha. Lorong itu hanya di gunakan untuk orang-orang yang berkepentingan.
Sambil menggendong ransel nya, Ravina berjalan senang membawa selembar formulir yang di dapatkan nya tadi. Dia melewati lorong yang sepi itu dengan langkah ringan.
Diketuknya pintu tata usaha dan mengucapkan salam. Beberapa detik kemudian pintu ruangan terbuka dan menampilkan pengurus ruang tata usaha yang terkenal galak.
Ravina sedikit terkejut, tetapi dia menetralkan dirinya. Kemudian tersenyum ramah kepada lelaki di hadapan nya. "Permisi pak, saya Ravina. Saya mau mengajukan permohonan untuk mengikuti olimpiade IPA."
Lelaki itu tampak meneliti dengan ekspresi datar. Ravina merasa risih dan kembali bertanya. "Pak? Saya bisa bicara dengan siapa ya untuk mengajukan permohonan ini?"
"Masuk, Pak Huda dan Bu Ensa." Ucapnya lalu mempersilahkan Ravina masuk.
Begitu memasuki ruang tata usaha, pandangan nya mengedar mencari meja seseorang yang di maksud. Ravina menghampiri meja Bu Ensa yang kebetulan bersebelahan dengan meja Pak Huda.
"Bu, Pak, Saya Ravina. Emm.. saya mau mengajukan diri untuk daftar dalam olimpiade IPA." Ucap Ravina setelah menyalami kedua nya.
M
ereka bertatapan sesaat kemudian bertanya. "Yang bener?" Tanya Bu Ensa.
Ravina mengangguk cepat. "Iya Bu, makanya saya kesini. Ehmm boleh kan Bu?" Tanya Ravina memastikan.
Senyum lebar tercetak di sudut bibir keduanya. "Boleh banget malah bagus dong akhirnya ada yang mau mengajukan diri, nama kamu siapa?" Tanya Pak Huda.
"Ya ampun pak masa bapak gak tau, dia kan anak yang sering di perbincangkan sama guru-guru." Ucap salah satu pengurus tata usaha yang berada di seberang meja mereka.
Pipi Ravina bersemu. Benarkah?
"Masa sih?"
"Ravina pak, Ravina Senja Aquilla." Ucap Ravina menjawab.
Kedua orang di hadapan Ravina menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah. "Saya senang akhirnya ada yang berpartisipasi mengajukan dirinya untuk ikut olimpiade ini. Ada tiga orang dalam olimpiade ini, Zola, Gio, dan Meyda. Di tambah kamu jadi empat. Ada empat anak yang mewakili sekolah kita." Jelas pak Huda.
"Benar, dan mereka bertiga pun perlu sedikit di paksa untuk ikut, mereka menolak mentah-mentah tetapi karena kami memberikan nilai lebih untuk mereka jadi mereka ikut." Lanjut Bu Ensa.
Ravina tersenyum. "Saya suka IPA, begitu saya melihat formulir ini saya langsung tertarik." Ravina tidak bisa menahan diri untuk segera pulang dan mengisi formulir ini.
"Tapi olimpiade ini hanya satu bulan lagi, apa itu cukup?" Tanya Bu Ensa khawatir.
Ravina menggeleng cepat. "Enggak masalah ko Bu, Saya bisa belajar di rumah lagi lebih giat." Ucap Ravina meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Heartbeat | 🕊️
Teen Fiction-🕊️ Kurangnya kasih sayang dari orang tua, pertengkaran sahabat, dan rasa suka yang tak kunjung mendapat kepastian. Itu semua membuat Ravina semakin murung dan tak bersemangat. Tetapi karena suatu hal, dia bisa menemukan bahagianya kembali. Melupak...