Heartbeat.5 |Me and My Broken Heart

24 8 0
                                    


"Jika ada yang bertanya mengapa aku menyukai hujan? Jawaban nya karena hujanlah saksi dari segala kenangan."

-Ravina-

Lima menit lagi ulangan IPA kali ini akan segera berakhir. Ravina sudah belajar sebaik mungkin dan dia yakin nilainya pasti bisa mencapai angka sempurna.

Ting!!

Semua murid mendongakkan kepalanya dari yang semula menunduk mencari jawaban di kertas. Sedangkan Ravina tersenyum senang sambil berdiri dan memberikan kertas ulangan nya kepada Pak Santoso, guru IPA Ravina.

Pak Santoso tersenyum dan menerima kertas Ravina. "Bagus, sekarang kamu bisa keluar lebih awal dan melakukan kegiatan lain." Ucap pak Santoso.

Ravina mengangguk dan menyalami tangan pak Santoso, tak lupa tersenyum lebar membayangkan sejuknya perpustakaan di sekolahnya.
Ketika Ravina berada di perpustakaan, seperti biasa. Sepi namun sejuk, tenang namun sepi. Ah begitulah.

Ravina melepas sepatunya dan mengucapkan salam setelah dirinya masuk ke dalam perpustakaan. Matanya mengedarkan pandangan. Mencari sosok yang ingin di temui nya.

"Permisi pak, Ada pak Firman nya?" Tanya Ravina kepada salah satu pengurus perpustakaan.

Lelaki yang di tanya kemudian menjawab, "tadi keluar mau makan katanya, dari tadi sih. Bentar lagi juga datang." Ucap lelaki tersebut.

"Ohh gitu ya pak, yaudah makasih ya pak." Ucap Ravina yang di balas anggukan dari pengurus tersebut.

Ravina berjalan menyusuri loker penuh buku di sepanjang perpustakaan. Buku yang sudah tak asing masih terpapar rapi di setiap sudutnya. Kali ini Ravina tertarik dengan loker paling ujung.

Loker itu terlihat berbeda, seperti di perlakukan spesial. Di dalam nya banyak sekali buku-buku sejarah, pengetahuan, cerita dan lain-lain. Di situ juga Ravina menemukan buku yang kini di bawa nya. Novel Shine karya Maharani Kartika.

Dapat Ravina lihat dari sela-sela buku yang berjejer rapi di rak, seorang lelaki tengah menatapnya, Ravina sudah menebak dia siapa. Dengan gerakan malas Ravina melangkah meninggalkan barisan loker tersebut.

"Rav!" Ravina merasa lengan bajunya di tarik oleh seseorang, dan suara berat itu memastikan siapa yang telah menariknya.

Ravina menepis tangan besar itu dan menatap lelaki tinggi itu dengan tatapan malas. "Apaan sih! Bisa sopan nggak?! Kalo mau manggil ya manggil aja gak usah narik!" Bentak Ravina.

Lelaki itu menatap Ravina dengan tatapan tanda dosa, Ravina tak habis pikir, entah memang dia lugu atau dia pura-pura tidak mengerti atau itu hanya topeng busuknya saja?

"Saya perlu bicara sama kamu." Ucap lelaki itu.

"Aku gak mau." Ucap Ravina ketua memalingkan pandangan.

"Sebentar aja." Rayu Nafhis.

"Apa? Kamu mau nanya pelajaran lagi? Maaf aku bukan google yang bisa kamu datangin ketika kamu butuh doang!" Ucap Ravina dingin.

"Rav.."

"Aku bilang nggak ya nggak. Ngerti ngga sih? Lagian ada urusan apalagi sih?! Bukan nya urusan kita udah selesai ya? Bukan nya kamu udah bahagia sama perempuan yang kamu banggakan itu ya?"

Your Heartbeat | 🕊️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang