.
.Terkadang kita memang harus mengalah dalam melakukan sesuatu,
Bukan karena kita tak mampu,
Melainkan ada sebuah rasa yang memutarbalikkan waktu.—Bulan
🌷
Ada kalanya ketika manusia berada di titik terlemah dan merasa bahwa dirinya tak mampu untuk melanjutkan kehidupan. Tetapi bukan berarti kata menyerah menjadi pilihan, melainkan berusaha dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja.
Bulan Radisa, gadis dingin itu berdiam diri di kelas sejak satu jam yang lalu. Beberapa anak berada di lapangan basket untuk bermain, ada juga yang di kantin, atau ghibah dengan teman yang lain.
Tapi tidak dengan Bulan, dia sama sekali tidak tertarik dengan obrolan yang di anggapnya alay itu. Entahlah, semenjak masuk SMP Alstar ini tidak ada teman yang cocok untuknya. Tetapi setelah dia mengenal Mella, gadis kurus dengan wajah ceria. Mampu membuatnya berbeda.
Di tambah lagi ketika dirinya, Mella, Ayana, Ravina, Athilla, Fany, dan Vira bergabung dalam persahabatan yang begitu menyenangkan. Tidak ada teman sebaik mereka. Mereka berbeda dan Bulan menyukai itu.
Pusing mendengar ocehan para ciwi-ciwi di kelasnya, Bulan memilih mengerjakan soal-soal di buku Matematika nya. Hari ini adalah jamkos, di karenakan guru nya sedang sakit. Tentu saja membuat satu kelas bersorak gembira.
Rumus.
Satu kata itu mampu mengakari ribuan angka. Bulan menyukai nya. Setelah puas mengisi beberapa soal, Bulan merasa bosan. Berlama-lama di kelas membuatnya pening.
Dia melangkah ke arah lelaki yang berada di kursinya. "Saya izin ke toilet." Ucap Bulan.
Lelaki yang di akui sebagai ketua kelas itu menganggukkan kepalanya. "Bulan mau ke toilet?" Tanya lelaki di sebelah ketua kelas tadi.
Bulan menatapnya dingin. "Ya, kamu budek ya?"
Belum sempat di jawab, Bulan sudah melengos keluar dari kelas. "Buseet, dingin banget tuh cewe."
Angin berhembus pelan menyambung Bulan yang bernapas lega di koridor sekolah. Matanya menatap sekitar, tampak sepi karena acara belajar mengajar masih berlangsung.
Di tengah perjalanan nya yang damai, matanya menangkap sebuah buku yang tergeletak di atas tanah. Bulan membungkuk dan mengambil buku tersebut.
"Buku siapa nih." Ucapnya bertanya-tanya.
Baru saja ingin di berikan ke ruang piket, tetapi seseorang menghalangi langkahnya. Bulan mendongak, pria berseragam SMA berada di depan nya. Sekejap Bulan terpana, lelaki itu tampan. Penampilan nya rapi, tetapi karena dia SMA, Bulan tidak jadi terpana lama-lama.
"Kenapa?" Tanya Bulan.
"Buku itu punya gue." Ucap lelaki di hadapan nya.
"Oh ya? Saya nemuin ini di atas tanah."
"Terus lo mau bilang kalo ini punya tanah?" Lelaki itu menjulurkan tangan nya. "Gue Abimanyu dari SMA Puspa Taruna. Gue kesini karena ada sosialisasi mengenai-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Heartbeat | 🕊️
Teen Fiction-🕊️ Kurangnya kasih sayang dari orang tua, pertengkaran sahabat, dan rasa suka yang tak kunjung mendapat kepastian. Itu semua membuat Ravina semakin murung dan tak bersemangat. Tetapi karena suatu hal, dia bisa menemukan bahagianya kembali. Melupak...