Seumur hidup, Omega hanya bisa menjadi pasangan dengan satu orang. Sedangkan Alpha, bisa menandai begitu banyak Omega tanpa takut terikat. Terdengar tidak adil ya.Lalu apa yang terjadi jika sang Alpha meninggalkan Omega-nya?
Omega akan perlahan melemah, dan mati...
.
.
.
Yohan memeluk Yuvin dengan seluruh tubuhnya. Tubuhnya bergetar. Kaki dan tangannya melingkari tubuh Yuvin dengan posesif. Kepalanya disandarkan di bahu Yuvin, menggigiti kecil leher dan bahunya. Seolah menandai daerah kekuasaannya.
Yuvin duduk bersandar di sofa dengan Yohan di pangkuannya. Suhu tubuh Yuvin meningkat lagi, seperti demam, reaksi alami ketika akan mengalami rut. Tapi Yuvin baru saja rut beberapa hari yang lalu, jadi bukan karena itu, melainkan reaksi akibat menghirup feromon lifemate-nya.
Byungchan tidak bohong.
Yuvin mengusap bahu Yohan. Tidak ada kata yang terucap dari keduanya. Menyelami perasaan masing-masing. Bertahun-tahun setelah marking, Yohan memang belum pernah mengatakan cinta dengan gamblang seperti yang dilakukan Yuvin setiap hari, tapi dari sikapnya, Yuvin tahu. Dan Yuvin memang merasa tidak butuh pernyataan cinta.
Bagi Yuvin, memiliki Yohan adalah keajaiban yang diberikan Tuhan. Dengan Yohan di hidupnya, Yuvin tidak butuh siapapun lagi. Cukup Yohan saja.
.
.
.
Byungchan masih tersedu-sedu di ruang pegawai, air matanya merembes di sela jarinya. Tangannya menutup wajah, menolak siapapun melihat dia di kondisi seperti ini. Eunsang memperhatikan dari pintu. Bingung. Antara memihak sahabat atau teman barunya.
Eunsang memberanikan diri menghampiri Byungchan. Duduk di lantai, di samping remaja bongsor itu. Byungchan baru 19 tahun. Diusir dari rumah di pertengahan usia SMA, terlunta-lunta di jalanan dan bekerja paruh waktu di berbagai tempat, termasuk menjual dirinya, sebelum akhirnya bekerja tetap di cafe ini sebulan yang lalu.
"Kenapa Byungchan seperti itu? Sikap Byungchan menyakiti Yuvin dan Yohan..."
Byungchan masih menangis. Mengingat sikapnya beberapa saat yang lalu, setelah menolak melepaskan seseorang yang dia klaim adalah mate-nya. Dia sempat membentak mate dari lifemate-nya itu. Menuduhnya dengan beberapa kalimat yang tidak pantas. Sampai Junho yang tadinya berada di lantai atas, turun dan mengamankan Yohan yang hampir akan ditampar.
"T-tapi dia pencuri, kak...", suaranya mengecil di akhir kalimat, berusaha berbicara se-normal mungkin.
Eunsang menyodorkan sapu tangannya, "Hiks... Harusnya... dia nunggu aku kan kak? K-kenapa dia mating sama orang lain? Terus... kenapa orang itu rebut mate aku kak?", Byungchan sedikit berteriak serak, dibersihkan wajahnya dari air mata dan ingus dengan kasar.
"Mungkin Yuvin ga nyangka bakal ketemu sama lifemate-nya, hal itu kan kayak... satu banding sejuta kemungkinan, Chan..."
"Namanya Yuvin?", nada suara Byungchan meninggi.
"Iya, dan... maafin aku harus bilang ini. Dia sama sekali gak direbut, tapi itu pilihan dia untuk bersama orang yang dia cintai", Eunsang memeluk Byungchan yang sepertinya akan menangis lagi, kali ini mungkin lebih keras.
.
.
.
Beberapa hari setelahnya, Byungchan tidak pernah menemukan Yohan ataupun Yuvin berkunjung lagi ke cafe. Eunsang sebenarnya memperbolehkan Byungchan untuk berlibur, alasan pertama adalah jadwal heat Byungchan sudah dekat, dan alasan kedua tentu saja karena keadaannya yang sedang tidak terlalu baik.
"Hmm... hari ini aku jalan-jalan aja deh", gumam Byungchan. Dipolesnya wajah manis itu dengan skincare dan make up, agar tidak nampak lusuh akibat menangis berhari-hari.
Beberapa stand makanan sudah dicoba, rasanya menyenangkan juga mengisi perut dengan jajanan pinggiran seperti ini. Byungchan masih mengunyah makanan ketika netranya menemukan seseorang yang tidak asing. Ditaruhnya segera sisa makanan itu ke tempat sampah dan segera dia mengejar orang itu.
"Kak!"
Kerumunan orang menghambat Byungchan untuk menemukan orang itu. Hari mulai sore, para pekerja dan pelajar mulai turun ke jalan untuk segera pulang ke rumahnya. Byungchan masih mencoba untuk mencari.
Memejamkan matanya, Byungchan berusaha berkonsentrasi mencari kemana feromon orang itu mengarah. Pelan-pelan dia berlari. Dari jalanan yang dipenuhi stand makanan, melewati beberapa jalan, sampailah dia di depan sebuah gedung besar. Byungchan masuk tanpa ragu.
Hanya ada beberapa orang disana, tak sulit untuk Byungchan menemukan orang yang dia maksud.
"Kak! Tunggu!", Byungchan menarik lengan orang itu.
"Kak Yuvin! Kenapa Kak Yuvin tinggalin aku, Kak?", lirih Byungchan.
Yuvin yang sebenarnya tidak terkejut, melepaskan cengkraman Byungchan.
"Maaf, tolong jangan cari saya lagi", tegas Yuvin.
Yuvin segera melangkahkan kaki menuju salah satu pintu kaca transparan, menggunakan kartu aksesnya untuk membuka pintu. Byungchan mengejar.
"T-tapi... aku mate-nya Kakak, bukan orang itu!", Byungchan terduduk di depan pintu yang menutup. Siluet Yuvin masih ada disitu, tangannya terlihat seperti menutup indra penciumannya.
"Maaf... tolong... cari kebahagianmu sendiri...", ujar Yuvin lirih, kemudian pergi menjauh.
Lagi, untuk kesekian kalinya Byungchan menangis karena hal yang sama.
Selama ini, dia selalu ditolak. Orangtuanya mulai tidak menganggap kehadiran Byungchan karena dia gay. Ketika hasil tes statusnya keluar, Byungchan diusir dari rumah. Diperkosa oleh teman-teman sekelasnya ketika heat pertamanya datang,
dikeluarkan dari sekolah. Hidup menjadi parasit bagi beberapa orang Alpha/Beta yang dia temui, sampai akhirnya dia ditendang ketika mereka menemukan mate-nya.Byungchan pikir, tak apa semua orang menolaknya, mungkin Byungchan akan bahagia jika dia sudah bertemu dengan lifemate-nya. Namun kenyataannya...
Beberapa orang yang melihat kejadian itu seakan membeku, sampai seseorang menarik lengan Byungchan untuk pergi dari sana.
"Let's talk somewhere else?", elusan lembut terasa di bahu Byungchan sebelum akhirnya ia mengangguk.
.
.
.
Uchan masih kecil guys, sementara Yuyo & friends umurnya sekitar 25tahun.
Btw siapakah itu yang bawa Uchan? :3
Selamat malam!
-bbbiyooo
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTSIGN | YUYO Omegaverse
FanfictionDulu, bertahun-tahun yang lalu, Yohan dan Yuvin bagaikan satu paket. Tidak terpisah. Dimana ada Yohan disitu pula Yuvin berada. Seiring bertambahnya usia, sang teman kecil berubah jadi asing. Tapi, Yuvin yang memendam, akhirnya punya kesempatan. Aka...