Pernah jatuh cinta? Jatuh sampai seakan menggila dan tidak tau mana yang benar, mana yang salah? Jatuh sampai hanya dia yang nampak bersinar di depan kalian? Merasakan yang orang bilang, dunia hanya milik berdua dan yang lainnya mengontrak?Yuvin merasakan itu di usia yang sangat muda.
Hari itu, memasuki musim dingin. Salju belum turun, tapi cuaca terasa sangat dingin. Yuvin baru berusia lima tahun. Sedang nakal-nakalnya sebagaimana anak seumurannya. Di ruang keluarga, Yuvin menyusun beberapa buah lego untuk dirubuhkan dengan bola basket mini. Main bowling katanya.
Sang ibu sedang memanaskan sup di dapur, sedangkan sang ayah tidak nampak di rumah. Suara tv yang menyala menampilkan sebuah tayangan khusus anak. Baru pukul dua siang.
"Yuvin... makan dulu yuk!" sahut sang ibu. Tapi yang dipanggil masih saja asyik melempar bola sambil sesekali berpose. Membayangkan bahwa dirinya adalah atlit profesional. Anak-anak dan imajinasinya yang luar biasa.
Pada akhirnya, si ibu menghampiri anak pertamanya itu. Tersenyum melihat anaknya yang sedang berkonsentrasi merubuhkan tumpukan lego.
"Ayo makan dulu, katanya mau cepat besar?"
"Mamaaaaa~" Yuvin memeluk kaki ibunya erat.
"Abis makan mau main ya Maa?"
"Iya abis makan lanjut lagi mainnya, tapi jangan lupa diberesin lagi ok?", digendongnya anak itu menuju kursi meja makan.
"Yeay! Makan bareng adek ya Ma?"
Sang ibu tersenyum, memang ia sedang hamil dan Yuvin sudah diberitahu dari jauh-jauh hari. Yuvin sangat senang ketika tahu akan jadi seorang kakak. Daerah rumahnya ini jarang anak seusia atau dibawah umur Yuvin. Jadi Yuvin senang sekali jika akan ada anak yang lebih kecil darinya.
Yuvin makan dengan suasana hati yang senang. Tidak menolak diberi sayur asalkan dipotong kecil-kecil. Tak ada bedanya dengan makan nasi, katanya.
Tok-tok-tok
"Pin buka pintu Maa!!", dengan sekejap Yuvin turun dari kursi untuk membuka pintu. Mulutnya terbuka ketika ia melihat sosok di depannya.
Imut banget ><
"MAMA! Kenapa ada malaikat di depan rumah kita Ma?"
.
.
.
"Hai, aku Yohan. Aku empat tahun!", Yohan membungkuk lalu tersenyum dengan menunjukkan bunny teethnya.
Belum juga sehari berkenalan, Yuvin merasa sudah membawa Yohan jauh berkeliling komplek. Sebenarnya tidak jauh sih, hanya sekitaran rumah mereka dan taman dekat rumah. Sudah cukup jauh bagi mereka yang baru berusia empat dan lima tahun.
Yohan sedang duduk di ayunan sementara Yuvin sedang bermain perosotan. Beberapa anak lain yang lebih dewasa ada yang bermain jungkat-jungkit dan lainnya.
Yohan yang merasa diacuhkan menendang pasir di sekitar sepatunya. Ugh... tau begini Yohan lebih baik main di kamar baru. Lebih hangat.
"Pin, itu siapa yang di ayunan? Temen kamu?" tanya seorang anak yang bermain perosotan dengan Yuvin.
"Ya ampun Pin lupa. Itu calon pacar Yupin kak. Namanya Yohan!"
Yohan yang merasa terpanggil langsung melirik ke arah perosotan. Mungkin Yohan membatin, ngapain ya mereka ngomongin aku di perosotan?
"Yohaaaaan!" Yuvin melambaikan tangannya ke arah Yohan. Tapi Yohan tidak merespon apapun. Sepertinya dia malu.
"Ih Kak Yuri nih, Yohan pasti cemburu!"
"Lah kenapa jadi salah aku?" Yuri yang ditinggal Yuvin memutuskan untuk menghampiri Baekjin saja yang sedang bermain sendirian.
"Calon pacar jangan cemberut dong! Pin temenin ya? Atau mau pulang?" Yuvin berdiri di depan Yohan dan merengkuh kedua pipinya.
Yohan diam saja.
"Tadi Kak Yuri tanya namanya Yohan, Yohan jangan deket-deket dia ya. Kan Yohan calon pacarnya Pin", bola mata Yuvin berbinar-binar saat berbicara dengan Yohan.
Yohan menunduk dan melanjutkan permainannya menendang-nendang pasir.
Yuvin mengernyitkan dahi, tadi waktu kenalan Yohan sangat ceria. Sekarang Yohan diam saja. Apakah Yohan lapar? Atau Yohan sakit?
Yuvin menggandeng Yohan untuk duduk di kursi taman, tangganya meraih sebungkus coklat yang dia simpan di sakunya. Agak hancur sih, tapi masih bisa dimakan kok.
Tanpa kata, Yuvin menaruh coklat itu di tangan Yohan. Raut wajahnya menjadi agak sedih. Kalau Yohan ga lapar, berarti Yuvin harus segera bawa pulang Yohan soalnya Yohan pasti sakit!
"Ungg... makasih?" kata Yohan pelan.
"Mau dibukain?" tawar Yuvin dengan penuh antusias.
"Engga, aku bisa" jawab Yohan sambil tersenyum. Yuvin ikut tersenyum lebar. Ah, benar kan dugaan Yuvin. Yohan pasti lapar.
Yuvin memandangi taman yang mulai sepi, Yuri dan Baekjin masih ada di sisi lain taman. Rambut Yuri dipenuhi daun kering sementara Baekjin sedang tertawa-tawa.
Sesuatu yang dingin dan lembut terasa menyentuh hidung Yuvin. Seketika mencair ketika berpapasan dengan suhu tubuhnya.
"Eh, ada burung pipisin aku?" Yuvin yang terkejut langsung mengelap hidungnya. Yohan ikut mengelap sambil memandangi Yuvin dengan penasaran.
Keduanya lalu melihat ke arah langit.
"Wah saljuuu!!!"
"Akhirnya main salju!"
"Saljunya turun!"
Teriakan anak-anak memenuhi taman itu. Salju pertama di musim ini sudah turun.
"Oh salju ternyata, bukan pipis burung, hehe", kekeh Yuvin. Yohan yang melihat ekspresi Yuvin akhirnya ikut tertawa.
"Pin lucu"
"Yohan tau ga? Katanya kalo sepasang kekasih lihat salju pertama bareng-bareng, mereka akan bahagia dan bersama selamanya!"
Yohan mengerjapkan matanya.
"Tapi kita kan temen, Yupin?"
Kemudian Yuvin berjanji dalam hati untuk menjadikan Yohan bukan hanya sekedar calon pacar. Melainkan calon istrinya di masa depan.
.
.
.
Anak kecil dimodusin, hih!
Tidak mood :'
Akhirnya jadinya chapter ini. Semoga kalian tetep enjoy bacanya. hehehehe :)-bbbiyooo
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTSIGN | YUYO Omegaverse
FanficDulu, bertahun-tahun yang lalu, Yohan dan Yuvin bagaikan satu paket. Tidak terpisah. Dimana ada Yohan disitu pula Yuvin berada. Seiring bertambahnya usia, sang teman kecil berubah jadi asing. Tapi, Yuvin yang memendam, akhirnya punya kesempatan. Aka...