“Dekatimu, selalu terasa banyak makna.”
—Bianca untuk Andro.
—-
Bianca memelankan langkahnya ketika kedua matanya melihat Andro sedang berjalan bersama teman-temannya keluar halaman Sekolah. Bianca tersenyum pasti. Walaupun beberapa jam yang lalu ia telah gagal, namun sekarang ia tidak akan menyerah.
Kakinya kembali melangkah mengejar Andro yang kini dipandangnya sudah berada di area Parkir Starmy. Tetapi sebelum itu, Bianca sudah terlebih dulu menarik tas ransel Andro yang berwarna hitam itu. Andro sempat terkejut, kemudian menggeram kesal pada cewek yang dianggapnya begitu tidak tahu malu tersebut.
Andro melepaskan tangan Bianca dari tas ranselnya dengan kasar, “Lo ngapain, sih?” tanya Andro kesal.
Namun tidak membuat gadis itu takut sama sekali, “Bianca mau pulang bareng sama Andro. Boleh kan?” ajak Bianca yang langsung direspons cepat oleh Andro dan teman-temannya.
Mungkin tidak hanya mereka saja yang terkejut karena Bianca yang dengan sangat berani mengajak Andro untuk pulang bersama, bahkan motor-motor yang terjejer rapi di sana pun juga ikut terkejut.
Mereka semua tahu, kalau Andro paling tidak suka direpotkan. Dia juga tidak suka keributan. Andro tidak suka hidupnya diganggu. Hidupnya selama ini sangatlah tertata rapi dan damai, hingga akhirnya datang cewek sial ini entah dari Galaksi mana. Apalagi, Bianca terlalu agresif yang mampu membuat Andro risih.
Andro berdecak sebal. Ia tidak mau repot-repot menanggapi ajakan Bianca. Pria berahang tegas itu berjalan menghampiri motor sport birunya. Tapi Bianca tidak memudahkan Andro lolos dengan mudahnya untuk yang kesekian kalinya.
Bianca berlari dan kali ini meraih tangan kiri Andro yang sudah bersiap-siap mengeluarkan motornya, “Andro, please! Aku enggak ada yang anterin pulang. Terus ini udah sore, sudah nggak ada Angkot atau bis. Ponsel aku juga mati. Aku nggak bisa mesen ojol atau taksi. Jadi—aku boleh ya minta kamu anterin aku?”
Andro mendesis marah dan mendorong Bianca untuk menjauh. “Bukan urusan gue!” balasnya ketus.
Bianca memajukan bibirnya beberapa centi, “Iya memang. Tapi, Andro sebagai cowok yang baik hati dan ganteng masa enggak mau bantu cewek cantik kayak Bianca?” goda Bianca dengan percaya dirinya, membuat Andro bergidik ngeri. Sungguh aneh gadis satu ini.
Andro tersenyum sinis, “Nggak. Lagipula, siapa yang bilang lo cantik?” sindir Andro yang mampu membuat Bianca mati kutu. Benar juga, kenapa ia menjadi sangat over seperti ini?
Bianca tersenyum lebar, menghilangkan rasa malunya susah payah. “Mama aku. Terus banyak kok yang bilang Bianca cantik. Bentar lagi, Andro pasti bakal bilang gitu juga! Aku jamin!”
Andro memutar kedua bola matanya malas. “Jangan kepedean! Minggir, nggak?” suruh Andro yang sudah berada di atas motornya. Perintah Andro, Bianca abaikan. Gadis itu malah dengan brutal naik ke jok motor Andro tanpa izin.
Andro tercengang melihat kelakuan Bianca. Mengapa gadis ini begitu bebal? Apa dia belum tahu bahwa Andro gampang tersulut emosi?
“Turun nggak!” ancam Andro pada Bianca yang masih tersenyum. Sial! Andro sudah hilang kesabaran.
Bianca menggeleng angkuh, “Nggak mau! Aku mau pulang sama Andro. Aku bener-bener minta tolong, aku—”
Andro mengacak rambutnya frustasi. “Gue nggak kenal sama lo!” sentak Andro kasar. Wajahnya telah memerah dan mengeras sempurna.
Bianca menunduk dan meneguk ludahnya takut, “Kalau gitu ayo kenalan. Nama aku Bianca, dari kelas—”
Andro membuka kedua matanya yang sempat terpejam. “Oke. Gue akan antar lo. Tapi harus ada persyaratan,” tawar Andro sudah lebih lunak dari waktu sebelumnya. Matanya menatap Bianca lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Andromeda
Ficção Adolescente"Aku ingin gapai Andro. Tapi kita berbeda semesta. Aku nggak bakalan bisa sampai." Andro diam. Ia memegang jemari kanan Bianca dan menatap lurus tepat pada binar matanya yang seolah tak pernah meredup. . "Gue yang akan jemput lo." •••• Ini adalah ce...