8. PERIH

525 48 12
                                    

“Jatuh cinta padamu adalah jalan menuju patah hati yang dengan sengaja aku tempuh.”

Bianca Strara

—Bianca Strara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

“Sama lo.. boleh?”

Jantung Bianca berdegup kencang setelah Andro mengucapkan kalimat tersebut. Pipinya beranjak memanas, sekujur tubuhnya beranjak membeku.
Bianca meneguk ludahnya susah payah, ia memeras piyamanya dengan kuat. Rasanya ingin menjerit sekuat tenaga mendengar suara Andro yang begitu dalam.

“Bo—boleh, banget. Andro bisa cerita apapun ke aku. Dan Aku bakal terus dengerin, bakal terus berusaha jadi pendengar Andro yang baik.”

Senyum Andro seketika sirna.
Apakah gadis itu sungguh-sungguh ingin mendengarkan ceritanya?
Padahal, Andro berlaku seperti ini padanya agar Bianca masuk ke dalam permainannya.
Agar gadis itu tidak menolak ketika ia mulai menekan tombol start. Andro hanya ingin mendekatkan diri dengannya, tentu untuk membuatnya percaya.

“Andro mau cerita sekarang?”

Andro mendongak menatap wajah polos Bianca. Haruskah ia benar-benar melibatkan gadis ini? Akankah rencananya berjalan dengan lancar dan tak tercium sedikitpun?
Cuma kepada Bianca, seluruh game yang ia cipta akan terealisasikan.

Cowok jangkung itu mengangkat kepalanya, lalu menatap kedua mata Bianca intens. Memandangi setiap jengkal wajahnya yang tertusuk angin dingin malam ini.

“Ca?”

Bianca tersentak saat Andro memanggil. Apa lagi tatapan itu sungguh membuatnya tak berdaya. Iris cokelat terang tersebut mampu membius mata Bianca untuk tak bergerak sedikitpun.

“Apa?”
Andro menyunggingkan senyumnya.
“Lo cantik.”

Bulatan kedua mata Bianca menunjukkan bahwa gadis itu tidak percaya pada dua kata yang Andro ucapkan. Jantungnya semakin dugun-dugun. Kedua pipinya yang berisi itu serasa terbakar dan bersemu.

Pria yang Bianca puja itu beranjak untuk berdiri, lalu jemari tangan kanannya bergerak mengacak puncak kepala Bianca dengan gemas.

“Gue pulang, ya?” tanya Andro bersama netranya yang terus saja memandang Bianca lekat.

Semu yang semula menempel lekat di pipinya, meredup begitu saja beriringan dengan binar matanya. Bianca sedih, karena durasi Andro muncul dipenglihatannya akan berakhir.

“Kok cepet banget, sih? Kalau gajadi cerita, terus tujuan Andro ke sini mau ngapain sebenernya?”

Lagi-lagi senyum manis Andro muncul dibibir tipis cowok itu. Belum selesai Bianca menetralkan hatinya yang terbang tinggi, Andro dengan seenaknya mendekat sekaligus memeluk cewek polos itu dengan cukup erat.

My AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang