3. PROBLEM

629 50 1
                                    

“Aku akan tetap bertahan sampai kamu mau menoleh padaku.”
—Bianca pada Eknath Andromeda Gantama

-——

“Bianca. Lo buat gue terpaksa lakuin ini.”

Bianca membeku mendengar suara berat Andro yang menggema masuk disela telinganya. Hati bahkan jiwanya ikut bergetar tidak mampu menerima perlakuan seorang Andromeda yang membuatnya meleleh berkali-kali lipat seperti ini.

Cowok dingin itu telah membuatnya mati dalam satu kali tepukan.

Bianca mengepalkan tangannya yang sudah mendingin. Kedua kakinya telah melemas bak jelly. Setelah Andro melepaskan bibirnya dari kening miliknya, seluruh tubuh Bianca mendingin dan gugup setengah mati.

Bianca menahan napasnya ketika Andro melangkahkan kakinya untuk lebih mendekat padanya. Bianca tidak tahu telah jadi apa ia sekarang, mungkin mayat hidup? Bisa saja.

Dengan kegugupan setengah mati itu, Bianca mundur dengan cepat. “Andro mau ngapain lagi?” teriak Bianca yang membuat Andro menghela napasnya panjang.

Andro berdecak, ia kembali melangkah walau Bianca bersikeras menolaknya. “Sini,” suruhnya pelan. Bianca sempat terlena dengan suruhan Andro yang terdengar lebih lembut dari intonasinya yang biasa.

Andro kini berhasil memegang lengannya. Pria itu menatapnya dalam dan perlahan turun. Bianca tertegun, kedua netra Bianca dengan jelas melihat Andro sedang berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya yang terlepas. Andromeda berhasil membuatnya terbang setinggi langit lagi saat ini.

Andro masih nampak serius mengikat tali sepatu Bianca, “Jangan ceroboh. Kalau jatuh gimana?” setelah selesai, Andro bangkit dan menoleh ke arah Edgar yang sudah tidak ada ditempatnya. Taktiknya mengelabui musuhnya itu telah berhasil. Andro menjauh dari Bianca, tanpa memperdulikan gadis itu yang tersipu malu.

Andro mengerutkan keningnya melihat Bianca yang menunduk dan kedua pipinya bersemburat merah, “Kenapa lo?” tanya Andro seperti jijik.

Bianca mengangkat kepalanya. “Kenapa Andro lakuin ini?”

Kerutan di dahi Andro semakin terlihat. “Lakuin apa?” tanya Andro kembali yang bingung dengan Bianca.

Bianca terkejut dan napasnya mendadak berhenti syok. “Ya—ya lakuin seperti tadi. Andro panggil aku sayang, terus genggam tangan aku, dan—” Bianca memberanikan diri menatap tepat pada mata Andro. “Cium bibir aku! Bahkan juga cium kening Bianca, benerin sepatu aku. Maksud itu semua apa?”

“Tunggu-tunggu. Lo pasti salah paham. Gue lakuin itu semua supaya bisa ngelindungin lo. Lo harusnya berterimakasih sama gue!”

Mulut Bianca terbuka lebar, tidak percaya pada pengakuan Andro. “Tapi Andro nyium bibir aku! Itu udah kelewatan banget, tau nggak!”

Andro masih sempat-sempatnya memutar kedua bola matanya malas, “Asal lo tahu, cuma itu caranya supaya lo nggak berurusan sama mereka!” sentak Andro yang nampak lelah memberikan pengertian kepada Bianca. Apalagi, cewek itu seperti tidak ada tahu malu dan rasa terimakasih padanya.

“Tapi, apa harus dengan cara itu? Apa nggak ada cara lain?”

“Enggak ada! Nggak tahu diri banget lo jadi cewek. Coba kalau gue nggak ada disitu, lo pasti udah jadi makanan mereka tadi!” sentak Andro yang membuat Bianca menunduk dalam. “Lo ngapain sih, kesini? Ngikutin gue? Tolol banget jadi cewek! Ini tempat bahaya buat lo. Bisa mikir nggak?” hinaan demi hinaan Andro dengan rela Bianca dengar. Meskipun begitu menyakiti hati Bianca, namun ia yakin Andro tengah merasa khawatir padanya.

My AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang