8

11.4K 467 60
                                    


"Makasih yang sebanyak-banyak buat kamu, Syraf. Kalau enggak ada kamu, kami enggak tau gimana nasib kami selanjutnya."
Laili mengambil posisi duduk di sisi Isyraf yang masih asyik berkutat pada laptop kesayangannya.

"Iya, Maafin kita juga karena udah banyak ngerepotin kamu."
Karin ikut duduk di sofa yang sama.

"Serah, kalian lah. Dari dulu, kalian memang paling seneng nyusahin gue. Dari kecil sampai sekarang." Tutur Isyraf ketus tanpa menoleh pada sisi kanan dan juga kirinya. Dua wanita itu hanya memanyunkan mulut merasa sebal.

"Ngomong-ngomong, Si Manda tau kan, siapa kita?" Tanya Karin serius.

"Enggak"
Jawab Isyraf enteng.

"Kok enggak di ceritain?"
Tanya Laili.

Isyraf menoleh pada dua wanita itu bergantian. Lalu kembali fokus pada laptopnya.

"Enggak penting. Toh, dia juga terlihat santai-santai aja pas gue pengen nikah lagi. Gue yakin, dia enggak punya perasaan apa-apa ke gua. Males.. "
Isyraf lalu berlalu setelah menutup laptop. Meninggalkan dua wanita yang kini sudah mengatup mulut rapat-rapat.

Melihat punggung Isyraf sudah menghilang dari balik pintu, dua wanita itu lalu sama-sama menghambur tawa sambil memegang perutnya.

"Jutek gitu. Siapa yang bakal jatuh cinta, coba. Kita aja yang udah kenal puluhan bahkan hampir ratusan tahun pun, kadang masih sebel lihat muka juteknya." jelas Karin setelah menyudahi tawanya.

"Lagian, Si Isyraf itu kok enggak kepedean gitu, yah. Aku yakin, si Manda itu, cinta sama Isyraf."

"Kalau aku, enggak yakin seratus persen. Muka Isyraf kan kalau lagi ketemu cewek, mirip orang yang di paksa makan jengkol. Hahaha.." Karin kembali tertawa membuat Laili juga ikutan.

"Udah, ah. Entar tersinggung lagi. Kayaknya, dia lagi sensitif belakangan ini." Tegur Laili serius.

"Jangan-jangan, si Isyraf lagi PMS, yah?"

"Yaelah.. Karin. Emang kamu kira si Isyraf itu cowok jadi-jadian apa?" Laili berlalu setelah menimpuk jidat Karin menggunakan bantal sofa.

Karin menyudahi tawanya lalu mengikuti langkah Laili yang  berjalan keluar dari kamar kerja Isyraf.

"Li, tunggu!" serunya masih dengan wajah yang menyisakan secuil tawa.

Three Wives (18+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang